Wall Street Loyo Usai Rilis Data Inflasi AS dan Kekhawatiran Resesi

Wall street tergelincir pada perdagangan saham Rabu, 12 April 2023 karena kekhawatiran resesi. Indeks Nasdaq alami koreksi terbesar dengan susut 0,85 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Apr 2023, 07:14 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2023, 06:57 WIB
Wall Street Merosot Imbas Kekhawatiran Resesi
Wall street merosot pada perdagangan saham Rabu, 12 April 2023 imbas kekhawatiran resesi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan saham Rabu, 12 April 2023 seiring kekhawatiran resesi yang bebani wall street Bahkan ketika pelaku pasar menilai rilis data inflasi yang lebih dingin dari perkiraan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (13/4/2023), indeks Dow Jones hentikan penguatan beruntun dalam empat hari. Indeks Dow Jones menguat 38,29 poin atau 0,11 persen ke posisi 33.646,50. Sebelumnya, indeks acuan tersebut menguat lebih dari 200 poin. Indeks S&P 500 tergelincir 0,41 persen ke posisi 4.091,95. Indeks Nasdaq susut 0,85 persen ke posisi 11.929,34.

Pergerakan wall street itu terjadi setelah risalah dari pertemuan kebijakan the Federal Reserve (the Fed) pada Maret 2023 menunjukkan pejabat khawatir ekonomi dapat masuk ke resesi ringan pada akhir 2023 setelah krisis perbankan Amerika Serikat.

“Mengingat penilaian mereka tentang dampak ekonomi potensial dari perkembangan sektor perbankan baru-baru ini, proyeksi staf pada staf pertemuan Maret termasuk resesi ringan mulai akhir tahun ini, dengan pemulihan selama dua tahun berikutnya,” demikian mengutip dari ringkasan tersebut.

Sementara itu, dalam wawancara dengan CNBC, Presiden the Federal Reserve Richmond Thomas mengatakan, puncak inflasi mungkin berasa di belakang. “Kita masih memiliki cara untuk pergi,” ujar dia.

Adapun kekhawatiran resesi terus membebani investor bahkan ketika indeks harga konsumen pada Maret 2023 datang lebih dingin dari yang diharapkan, menunjukkan kenaikan 0,1 persen. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones berharap CPI naik 0,2 persne dari bulan ke bulan.

“Ini menggembirakan karena menunjukkan arah yang diinginkan the Fed, tapi saya pikir itu tidak cukup untuk menyebabkan the Fed berhenti menaikkan suku bunga,” ujar Sam Stovall dari CFRA.


Tanggapan Warren Buffett Mengenai Ketua The Fed Jerome Powell

Ini 10 Daftar Orang Terkaya Dunia Tahun 2017 Versi Forbes
Peringkat kedua diikuti oleh pemilik Berkshire Hathaway, Warren Buffett. Kekayaan pria 86 tahun ini mencapai US$ 75,6 miliar atau sekitar Rp 1.005 triliun. (NYC)

Pada akhir pekan ini, kesehatan ekonomi dan konsumen Amerika Serikat akan diuji saat musim pendapatan kuartal I dimulai. Raksasa perbankan JPMorgan Chase, Wells Fargo, dan Citigroup dan raksasa perawatan kesehatan UnitedHealth akan rilis laporan keuangan.

Sementara itu, CEO BlackRock Larry Fink menuturkan, inflasi di bawah 4 persen belum akan terjadi dalam waktu dekat. “Saya tidak melihat bagaimana kita mendapatkan inflasi di bawah 4 persen dalam waktu dekat, yang menurut saya mungkin akan menyebabkan lebih banyak pengetatan oleh the Federal Reserve dan bank sentral lainnya,” ujar Fink.

Dia menunjukkan investasi dari pemerintah di bidang seperti energi hijau dan semikonduktor bekerja berlawanan arah dengan kenaikan suku bunga dari bank sentral.

CEO Berkshire Hathaway Warren Buffett menuturkan tidak berpikir bisa menjalankan the Federal Reserve sebaik Jerome Powell. Pemimpin bank sentral agresif menaikkan suku bunga telah menarik kritik dari mereka yang mengatakan Powell menunggu terlalu lama untuk menargetkan kenaikan inflasi.

“Anda harus bertindak berdasarkan informasi yang tidak memadai, dan Anda memiliki tanggung jawab utama kepada publik Amerika Serikat,” ujar Buffett.

Ia menuturkan, hal itu tidak berarti Anda dapat hentikan resesi. Itu tidak berarti Anda dapat ubah pinjaman menjadi pinjaman bagus atau apapun. “Tetapi itu berarti Anda harus menjaga agar sistem tetap berfungsi. Sistem hampir berhenti. Syukurlah, Anda tahu, Jay Powell ada di sana pada Maret 2020,” ujar dia.


Penutupan Wall Street 11 April 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Selasa, 11 April 2023. Indeks S&P 500 ditutup mendatar karena investor bersiap untuk rilis data inflasi akhir pekan ini.

Dikutip dari CNBC, Rabu (12/4/2023), indeks S&P 500 melemah tipis ke posisi 4.108,94. Indeks Dow Jones bertambah 98,27 poin atau 0,29 persen ke posisi 33.684,79. Indeks Nasdaq merosot 0,43 persen ke posisi 12.031,88.

Sektor saham siklikal mengungguli, bahkan saat nama-nama sektor saham teknologi tertinggal. Sektor saham energi memimpin di antara sektor saham indeks S&P 500. Sektor saham energi menguat 0,9 persen. Di sisi lain, saham teknologi tertinggal dengan turun 1 persen.

Sementara itu, saham CarMax melonjak 9,6 persen setelah pengecer mobil bekas itu membukukan laba kuartalan yang lebih kuat dari perkiraan. Saham Moderna turun 3 persen setelah perusahaan mengatakan menunda vaksin flu-nya.

Pergerakan indeks saham terjadi menjelang pembacaan indeks harga konsumen pada Maret 2023 yang akan dirilis Rabu pekan ini serta indeks harga produsen yang akan rilis Kamis pekan ini. Kedua metrik inflasi dapat memberikan kejelasan lebih lanjut tentang bagaimana the Federal Reserve (the Fed)  melanjutkan kebijakan pengetatan suku bunga.

“Data yang akan datang pekan ini penting karena akan menjadi salah satu data terakhir untuk informasikan pertemuan the Federal Reserve pada 3 Mei 2023. Ini karena Federal Reserve evaluasi kebijakannya melawan inflasi dan laju kebijakan moneter yang tepat,” ujar William Northey dari US Bank Wealth Management seperti dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, kondisi pasar telah mulai condong ke arah kenaikan suku bunga tambahan pada pertemuan berikutnya. “Kumpulan data ini pasti akan memberikan konteks bagi Federal Reserve untuk evaluasi di mana mereka berada dalam pertempuran itu,” ujar Northey.

 


Menanti Laporan Keuangan AS

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Wall street saat ini menuju musim laporan keuangan. Sejumlah bank besar Amerika Serikat dijadwalkan untuk merilis laporan keuangan untuk pertama kalinya sejak serangkaian krisis bank pada Maret 2023.

JPMorgan Chase, Wells Fargo, dan Citigroup akan melaporkan kinerja keuangan pada Jumat pekan ini. Sedangkan BlackRock dan UnitedHealth Group juga dijadwalkan untuk rilis laporan keuangan.

Sementara itu, Warren Buffett mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan Nikkei kalau keputusannya untuk melepas sebagian besar saham Taiwan Semiconductor baru-baru ini sebagian berasal dari ketegangan geopolitik.

Ia menjual 86 persen sahamnya di produsen chip tersebut pada kuartal IV 2022. Ia baru membeli saham itu pada kuartal III dan menjadikannya termasuk terbesar ke-10 dalam portofolio Berkshire, perusahaan investasi milik Buffett.

Nikkei melaporkan kalau Buffett menyebutkan ketegangan geopolitik adalah pertimbangan dalam divestasi. Ia menuturkan, perusahaan chip Taiwan itu dikelola dengan baik tetapi Berskhire memiliki tempat lebih baik untuk investasi.

Selain itu, saham maskapai juga menguat setelah Boeing rilis kenaikan jumlah pengiriman karena pelanggan ingin memenuhi permintaan perjalanan yang meningkat. Laporan itu mendorong saham Boeing naik 1 persen. Saham United Airlines dan JetBlue masing-masing naik hampir 3 persen. Saham maskapai Delta dan American Airlines menguat lebih dari 1 persen.

 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya