Liputan6.com, Jakarta - Pengakuan batik warisan budaya dunia takbenda UNESCO pada 2009 menimbulkan konsekuensi logis pada upaya pelestarian. Namun, tugas itu makin berat seiring berkurangnya jumlah perajin batik secara signifikan.
Mengutip Antara, berdasarkan data Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI) pada 2020, jumlah perajin batik di Indonesia diperkirakan mencapai 151.565 orang. Namun, jumlah itu, menurut Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, sudah menyusut hingga tersisa kurang dari sepertiganya, yakni 37.914 orang.
Baca Juga
Lalu, bagaimana para pengusaha batik menanggapi situasi ini? Rizki Triana, pendiri brand Oemah Etnik (OE), mengakui bahwa jumlah perajin secara umum menurun. Tapi, itu tak berlaku dengan jumlah perajin yang bekerja bersamanya.
Advertisement
"Justru perajin kita tahun ini malah bertambah," kata perempuan yang akrab disapa Kiki dalam jumpa pers Hari Batik Nasional 2024, Tokopedia dan ShopTokopedia Bicara Tren Batik di Jakarta, Rabu (2/10/2024).
Kiki mengaku sejak merintis bisnis itu pada 2013, ia mendedikasikan usahanya untuk melestarikan batik agar terus beregenerasi dan sesuai dengan kesukaan anak muda. Saat memulai bisnis, ia mendapati banyak anak muda yang enggan meneruskan keterampilan membatik orangtuanya karena merasa profesi itu tidak keren.
Ia pun mencari cara agar pekerjaan itu kembali diminati anak muda dengan merancang produk yang sesuai target pasar mereka, yakni anak muda. Harganya pun didesain terjangkau, walau bukan berarti murah. "Affordable tuh bukan murah ya, tapi dibanding dengan kompetitor kita, kita bisa lebih terjangkau untuk generasi yang muda," ujarnya.
Pembatik Mulai Beregenerasi
Setelah pasarnya terbentuk, anak-anak muda mulai kembali melihat profesi pembatik menjanjikan. Kiki mengaku kini regenerasi pembatik berjalan. Mereka juga mengadopsi teknologi dalam proses pengerjaannya.
"Sudah sangat-sangat regenerasi, sudah high tech semua. Koordinasi sudah digital semua. Jadi, ngeliat ekosistem pengrajin regenerasi tuh kita bangga banget rasanya, setelah 11 tahunan berjalan," ucapnya.
Kiki mengaku tidak semua perajin bisa diterima bergabung. Pihaknya mempertimbangkan berbagai hal sebelum merekrutnya, terutama faktor apakah mereka bisa bertumbuh bersama. Belum lagi soal kemampuan perajin memenuhi standar produk yang ditetapkan OE, seperti warna tertentu. "Biasanya setiap rumah pengrajin itu dedicated untuk OE doang," ucapnya.
Hal serupa juga dijalankan oleh Nona Rara. Brand batik yang didirikan oleh kakak beradik asal Solo itu memiliki komunitas perajin yang cukup solid. Sekitar 30 perajin lokal batik dari Jawa dan Bali kini bergabung di bawah jenama tersebut.
"(Terkait) penurunan perajin ini juga tidak terlalu terpengaruh," kata Brand Manager Nona Rara, Yunita Stefani. Walau begitu, bukan berarti mereka tidak mengantisipasi penurunan jumlah perajin. Pasalnya, mereka mendapati bahwa sejumlah perajin gulung tikar karena beragam faktor.
Advertisement
Rangkul Perajin yang Hampir Tumbang
Yunita mengatakan fakta itu didapati terutama saat kedua pendiri brand pulang ke kampung halamannya di Solo atau ke Yogya. "Ketemu para tetangga, mereka jadi dengar cerita-cerita. Yang sini udah mau tutup loh, yang sini udah mau tutup loh," ujarnya. Dengan kesadaran pentingnya perajin, Nona Rara berencana untuk merangkul mereka yang kesulitan untuk mencari jalan keluar bersama.
Di sisi lain, pihaknya juga terus merangkul pembatik dalam proses pembuatan batik. Salah satunya saat mendesain motif batik. Para perajin diajak berdiskusi menciptakan motif bersama.
"Misalnya kayak di manekin ini, ini kan sebenarnya batik encim Pekalongan ya, cuma latarnya dibedain, dikasih aksen, namanya ramekan. Jadi, malamnya itu sebelum dilorot lagi diremek, jadi ada kayak motif pecahan-pecahannya," ia menjelaskan.
"Fun fact-nya, para perajin ini senang sekali kalau dilibatkan kayak itu. Mereka juga belajar kan oh ternyata bisa dibikin kaya gini," celotehnya. Di sisi lain, para pendiri juga belajar dari perajin soal pakem yang tak boleh dilanggar terkait motif batik tertentu.
Dukungan untuk Pengusaha Batik
Sementara itu, Fashion Apparel and Campaign Senior Director Tokopedia and TikTok E-commerce, Desey Muharlina Bungsu menyatakan pihaknya melakukan berbagai kampanye untuk mendukung pengembangan batik. Salah satunya lewat Melokal Dengan Batik.
Tokopedia dan ShopTokopedia, bersama pemerintah, kreator konten, dan berbagai instansi, berupaya meningkatkan kapasitas dan kapabilitas perajin batik untuk menghidupkan ekonomi lokal di era digital. Inisiatif ini dimulai awal 2024 dan mengintegrasikan sejumlah inisiatif kunci, antara lain: akselerasi digitalisasi UMKM lokal batik, halaman khusus, shoppertainment batik, dan peningkatan kapasitas produksi UMKM lokal batik.
"Tokopedia dan ShopTokopedia telah memberdayakan lebih dari 550 perajin batik di Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan, 50 persennya bergabung dengan ShopTokopedia. Di sisi lain, ada ribuan penjual baru batik yang bergabung di Tokopedia selama dua minggu pertama peluncuran kampanye. Penjual yang berpartisipasi di Melokal Dengan Batik mengalami rata-rata kenaikan transaksi lebih dari 90 persen (sumber: ShopTokopedia, data 25 Januari-7 Februari 2024)," jelas Desey.
Tokopedia dan ShopTokopedia juga memberikan etalase khusus bagi brand fashion termasuk batik lewat Tokopedia Fashion. Kampanye ini menghadirkan diskon Rp500.000 dan flash sale 90 persen untuk berbagai produk fashion termasuk batik. Sejumlah wilayah mengalami peningkatan tertinggi jumlah transaksi produk fashion melalui Tokopedia Fashion, antara lain: Jabodetabek, Surabaya, dan Bandung (sumber: Tokopedia, data kuartal III 2024 dibandingkan kuartal II 2024).
"Kami pun memulai kampanye terbaru Selasa Bergaya di Tokopedia dan ShopTokopedia. Setiap hari Selasa, akan ada penawaran menarik dari berbagai brand fashion termasuk batik, contohnya diskon 90 persen. Selasa Bergaya bertujuan memberikan panggung lebih luas terhadap brand fashion di Indonesia termasuk yang bergerak di bidang batik," tambah Desey.
Advertisement