Mitrabara Adiperdana Ramal Harga Batu Bara Bakal Stabil pada 2023

PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) perkirakan harga batu bara tetap stabil hingga akhir 2023. Namun, ancaman ekonomi global dan cuaca bayangi industri batu bara.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 24 Mei 2023, 20:37 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2023, 20:37 WIB
FOTO: Ekspor Batu Bara Indonesia Melesat
Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor produk pertambangan dan lainnya pada September 2021 mencapai USD 3,77 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Emiten pertambangan batu bara, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) prediksi harga batu bara akan tetap stabil hingga akhir 2023. 

Meski demikian, Direktur Mitrabara Adiperdana Syadaruddin mengaku, di satu sisi ada ancaman ekonomi global. Hal itu tentu memberi tekanan bagi industri batu bara dan sentimen terhadap energi fossil serta memberi tekanan.

"Kami melihat cuaca saat ini akibat perubahan iklim hujan masih sangat tinggi. Jadi kami percaya proyeksi kami tahun ini tetap menantang untuk produksi," kata Syadaruddin dalam paparan publik, Rabu (24/5/2023).

Di sisi lain, ia juga meyakini sampai akhir tahun harga batu bara akan tetap stabil seperti kondisi saat ini.

"Kami melihat ini akan menyeimbangkan batu bara tapi di satu sisi kemudian ada permasalahan supply lainnya. Kami yakin sampai akhir tahun harga batu bara akan tetap stabil seperti kondisi saat ini," kata dia.

Dengan demikian, perseroan menargetkan produksi 2023 untuk konsesi Malinau sebesar 2,3 juta ton dan penjualan sebesar 2,3-2,5 juta ton. 

"Selama kuartal I 2023 produksi sudah 526.000 metrik ton. Batu bara DBU rencananya produksi 1,1 juta metrik ton, ekspor kurang lebih 825.000 ton," imbuhnya. 

Sementara itu, penjualan kuartal I 2023 MBAP sebesar 30 persen ke DMO tercapai, Korea Selatan 27 persen, Filipina 20 persen, Jepang 15 persen dan China 10 persen.

Di samping itu, perseroan juga memiliki sejumlah tantangan, seperti ancaman krisis ekonomi global (inflasi yang tinggi), sentimen terhadap energi fosil, dan perubahan Iklim yang berdampak pada operasional.

Selain itu, perseroan juga melihat sejumlah peluang pada tahun ini, yakni pemulihan ekonomi kawasan Asia terus berlanjut. Kebutuhan batu bara kualitas medium relatif stabil, perseroan tetap menjaga eksistensi di bisnis pertambangan pada level produksi saat ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pengembangan Usaha

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pengembangan usaha pada sektor sumber daya alam yang berkelanjutan termasuk energi baru terbarukan (Biomass & Solar Energi) sebagai growth driven dan memiliki sumber daya manusia yang unggul untuk menghadapi tantangan yang ada.

Dalam menjalankan bisnisnya, Mitrabara Adiperdana pun tengah menyiapkan sejumlah strategi, sebagai berikut:

Pertama, mempertahankan eksistensi perseroan di industri batubara, serta fokus pada pengembangan bisnis baru.

Kedua, melakukan optimasi melalui upaya-upaya perbaikan yang berkelanjutan di setiap proses bisnis, dalam kaitannya dengan efisiensi.

Ketiga, memastikan seluruh kewajiban pertambangan dapat terpenuhi.

Terakhir, mempersiapkan proses transformasi dan pengembangan organisasi yang unggul sesuai dengan perkembangan bisnis perseroan.


Belanja Modal 2023

20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Pengunjung melintasi layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, emiten pertambangan batu bara, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) menyiapkan belanja modal sekitar USD 42 juta atau Rp 625,8 miliar (asumsi kurs Rp 14.900 per dolar AS) pada 2023. 

Direktur Mitrabara Adiperdana Syadaruddin mengatakan, pendanaan belanja modal tersebut sebagian besar dari kas perseroan. 

"Capex 2023 kita anggarkan USD 42 juta, pendanaannya sebagian besar dari kas perseroan," kata Syadaruddin dalam paparan publik, Rabu (24/5/2023).

Syadaruddin menyebutkan, alokasi belanja modal tersebut 90 persen lebih untuk yang berkaitan dengan rencana pengembangan anak perusahaan.

"Sebagai kami jelaskan bagian strategi perseroan 2023 dan ke depan adalah fokus anak perusahaan," kata dia.

Dalam menjalankan bisnisnya, Mitrabara Adiperdana pun tengah menyiapkan sejumlah strategi, sebagai berikut. Pertama, mempertahankan eksistensi perseroan di industri batu bara, serta fokus pada pengembangan bisnis baru.

Kedua, melakukan optimasi melalui upaya-upaya perbaikan yang berkelanjutan di setiap proses bisnis, dalam kaitannya dengan efisiensi. Ketiga, memastikan seluruh kewajiban pertambangan dapat terpenuhi.

Terakhir, mempersiapkan proses transformasi dan pengembangan organisasi yang unggul sesuai dengan perkembangan bisnis perseroan.

 

 

 


Tebar Dividen

Ilustrasi dividen (image by Alexsander-777 from pixabay)
Ilustrasi dividen (image by Alexsander-777 from pixabay)

Sebelumnya, emiten pertambangan batu bara, PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) akan melakukan pembagian dividen tunai sekitar Rp 1,18 triliun kepada seluruh pemegang saham perseroan.

"RUPST menyetujui atas penggunaan laba bersih perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2022, termasuk memberikan ratifikasi atas pembagian dividen interim yang telah dilaksanakan pada 15 Oktober 2022, termasuk persetujuan atas rencana pembagian dividen tunai untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2022, dimana perseroan selanjutnya akan melakukan pembagian dividen tunai sekitar Rp 1,18 triliun kepada seluruh pemegang saham perseroan," kata Direktur Utama Syadaruddin, Rabu (24/5/2023).

Sementara itu, pada tahun lalu merupakan tahun yang sangat tidak terduga bagi industri pertambangan batubara di Indonesia, dikarenakan kenaikan harga batu bara acuan yang mengalami peningkatan dengan harga tertinggi sebesar USD 330,97 per ton pada Oktober 2022 dan ditutup pada harga USD 281,48 per ton pada Desember 2022. 

"Sebagai akibat peningkatan harga batu bara tersebut, perseroan berhasil mencatatkan pendapatan sebesar USD 449,53 juta pada 2022, meningkat 45,09 persen apabila dibandingkan 2021 sebesar USD 309,84 juta," imbuhnya.

Laba tahun berjalan perseroan pada 2022 mencapai USD 179,39 juta atau mengalami kenaikan sebesar 78,39 persen dibandingkan 2021 yang tercatat sebesar USD 100,56 juta. Peningkatan tersebut disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga penjualan batu bara 2022 yang signifikan dibandingkan 2021.

Pada sisi kinerja keuangan, beberapa indikator mengalami peningkatan, diantaranya adalah beban pokok penjualan yang naik 29,36 persen dari USD 142,05 juta pada 2021, menjadi USD 183,76 juta pada 2022.

Untuk ke depan, perseroan berkomitmen untuk melakukan diversifikasi kegiatan usaha melalui anak perusahaannya, untuk melakukan pengembangan usaha pada sektor sumber daya alam yang berkelanjutan (sustainable) termasuk energi baru terbarukan (Biomass & Solar Energy) sebagai growth driven Perseroan.

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya