Perusahaan Investasi Warren Buffett Cetak Rekor Pegang Kas Rp 2.461 Triliun, Ini Alasannya

Penimbunan kas sebagian besar disimpan oleh Berskhire Hathaway di treasury atau surat utang.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Nov 2023, 15:30 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2023, 15:30 WIB
Ini 10 Daftar Orang Terkaya Dunia Tahun 2017 Versi Forbes
Kas perusahaan investasi milik Warren Buffett, Berkshire Hathaway Inc mencapai rekor baru sentuh USD 157,2 miliar atau sekitar Rp 2.461 triliun (NYC)

Liputan6.com, Jakarta - Kas perusahaan investasi milik Warren Buffett, Berkshire Hathaway Inc mencapai rekor baru sentuh USD 157,2 miliar atau sekitar Rp 2.461 triliun (asumsi kurs Rp 15.661 per dolar Amerika Serikat)  yang didukung oleh kenaikan suku bunga dan kurangnya kesepakatan.

Dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Minggu (12/11/2023), penimbunan kas itu sebagian besar disimpan oleh Berskhire Hathaway di treasury atau surat utang melampaui angka tertinggi sebelumnya dua tahun lalu.

Selain itu, Berkshire Hathaway meski telah meningkatkan mesin akuisisi dalam beberapa tahun terakhir, tetapi masih kesulitan menemukan banyak kesepakatan besar yang mendorong Warren Buffett sehingga memiliki lebih banyak uang tunai dari pada yang digunakan dengan cepat.

Setelah menahan diri selama pandemi COVID-19, Berskhire Hathaway mengambil alih saham di Occidental Petroleum Corp dan mencapai kesepakatan senilai USD 11,6 miliar untuk membeli Alleghany Corp. Warren Buffett juga sangat bergantung pada pembelian kembali saham di tengah kurangnya alternatif yang menarik dengan mengatakan tindakan tersebut menguntungkan pemegang saham.

“Penyebaran uang tunai (kas-red)jelas melambat,” ujar Analis Edward Jones, Jim Shanahan.

Ia menuturkan, pada akhirnya, Berkshire akan mulai merasakan tekanan untuk memakai uang tunai. Kesepakatan yang jarang tidka menyurutkan antusiasme investor terhadap perusahaan. Saham kelas B Berkshire Hathaway mencapai rekor tertinggi pada September karena investor mencari diversifikasi bisnis sebagai lindung nilai terhadap kondisi ekonomi yang memburuk.

Berkshire Hathaway juga habiskan USD 1,1 miliar untuk melakukan pembelian kembali atau buyback saham sehingga total pembelian selama sembilan bulan pertama 2023 menjadi USD 7 miliar.

Berkshire Hathayway juga memangkas keseluruhan portofolio sahamnya pada kuartal tersebut, menghasilkan sekitar USD 5,25 miliar dari penjualan setelah dikurangi pembelian.

Termasuk kerugian investasi dan derivatif, Berkshire Hathaway juga membukukan kerugian pada kuartal ini hampir USD 12,8 miliar, lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya terutama karena kerugian portofolio saham.

Cetak Laba Operasional

Berkshire Hathaway juga melaporkan laba operasional sebesar USD 10,76 miliar, melonjak dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini karena perseroan mendapatkan keuntungan dari dampak kenaikan suku bunga pada tumpukan uang tunai dan keuntungan pada bisnis asuransinya.

Laba Operasional Perusahaan Investasi Warren Buffett Melonjak 40,6%

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya diberitakan, perusahaan investasi milik miliarder Warren Buffett, Berkshire Hathaway melaporkan kinerja keuangan kuartal III 2023 pada Sabtu, 4 November 2023. Berkshire Hathaway melaporkan lonjakan besar laba operasional.

Namun, Warren Buffett sedikit mencatat peluang kesepakatan seiring jumlah kas yang besar. Laba operasional Berkshire Hathaway yang diperoleh dari berbagai bisnis termasuk asuransi, kereta api, dan utilitas tercatat USD 10,76 miliar pada kuartal terakhir. Laba operasional itu 40,6 persen lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu USD 7,651 miliar.

Berkshire memegang rekor jumlah kas hingga akhir September 2023 mencapai USD 157,2 miliar. Kas tersebut melampaui rekor tertinggi USD 149,2 miliar pada kuartal III 2021.

Warren Buffett telah mengambil keuntungan dari lonjakan imbal hasil obligasi, membeli surat utang jangka pendek yang hasilkan imbal hasil lima persen. Selain itu, Berkshire Hathaway juga memiliki investasi USD 126,4 miliar pada akhir kuartal III 2023 dibandingkan USD 93 miliar pada akhir tahun lalu.

Aktivitas pembelian kembali terus melambat karena saham Berkshire mencapai rekor tertinggi selama kuartal tersebut. Perusahaan habiskan USD 1,1 miliar untuk pembelian kembali atau buyback saham. Dengan demikian, total buyback saham menjadi USD 7 miliar hingga sembilan bulan pada 2023.

Saham Berkshire kelas A telah menguat hampir 14 persen pada 2023. Setelah mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada 19 September, saham Berkshire Hathaway telah jatuh sekitar 6 persen dari puncaknya.

Geico, perusahaan asuransi Berkshire melaporkan keuntungan kuartalan dengan pendapatan jaminan USD 1,1 miliar. Perushaaan asuransi mobil berada di tengah-tengah perubahan setelah kehilangan pangsa pasar.

Namun, BNSF mengalami penurunan laba 15 persen seiring divisi kereta api bergulat dengan volume rendah dan biaya lebih tinggi.

 

 

 

Kerugian Investasi

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector
Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Warren Buffett membukukan kerugian investasi yang signifikan sebesar USD 24,1 miliar pada kuartal III. Sebagian besar kerugian disebabkan penurunan saham di Apple. Saham Apple turun 11,7 persen selama kuartal tersebut.

Dikutip dari CNBC, seperti biasa, Berkshire Hathaway meminta investor untuk mengabaikan fluktuasi kuartalam portofolio saham Berkshire.

“Jumlah keuntungan/kerugian investasi pada kuartal tertentu biasanya tidak ada artinya dan memberikan laba (rugi) per saham yang bisa sangat menyesatkan bagi investor yang memiliki sedikit atau tidak sama sekali pengetahuan tentang peraturan akuntansi,”

Berkshire Hathaway meski mencetak kenaikan laba operasional cukup besar, Berkshire mengakui dampak negatif pandemi COVID-19 terhadap perekonomian, risiko geopolitik dan tekanan inflasi.

“Pada tingkat yang berbeda-beda, operasional bisnis terkena dampak dari tindakan pemerintah dan sektor swasta untuk memitigasi dampak ekonomi yang merugikan dari pandemi COVID-19 dan variannya serta berkembangnya konflik geopolitik, gangguan rantai pasokan, dan tindakan pemerintah untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi, inflasi,” ujar Berkshire.

Berkshire menyebutkan, dampak ekonomi dari peristiwa ini dalam jangka panjang tidak dapat diperkirakan secara wajar saat ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya