Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) optimistis bisa meraup keuntungan di tengah kondisi pelemahan harga nikel. Bahkan, harga nikel turun hingga menyentuh level USD 16 ribu.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto menuturkan, penurunan harga nikel tersebut sejalan dengan penurunan biaya produksi perusahaan.
Baca Juga
"Tetapi unit cost kami juga menurun, bahkan pada tiga bulan terakhir sudah berada di bawah USD 10 ribu jadi kalau mau breakeven harga nikel harus USD 12-13 ribu," kata dia dalam Public Expose 2023, Selasa (29/11/2023).
Advertisement
Meski demikian, ia melihat harga nikel tidak akan jatuh di bawah USD 13 ribu.Alhasil, Vale Indonesia masih bisa membukukan kinerja yang positif.
"Margin masih cukup aman dan saya tidak perkirakan harga nikel akan jatuh di bawah USD 13 ribu dengan melihat faktor yang ada saat ini," kata dia.
Dalam rangka menjalankan bisnisnya, Vale Indonesia pun berkomitmen untuk terus mencapai pertumbuhan secara berkelanjutan. Perseroan melakukan beberapa efisiensi dalam kegiatan produksinya.
"Utamanya adalah inisiatif yang terkait dengan energy cost. Kami mengoptimalkan blending energy sources yang ada, dari minyak, batu bara, dan lain sebagainya," kata Irmanto.
Selanjutnya, Vale Indonesia juga juga secara bertahap mengurangi konsumsi energi yang ada. Terakhir, adalah bagaimana mendapatkan sumber energi yang lebih kompetitif.
"Jadi, dari tiga inisiatif ini tentu saja kami mengharapkan biaya produksi kami, terutama energy cost, yang representing sekitar 30-35 persen dari biaya produksi, itu betul-betul bisa kami jaga dalam level yang efisien, sehingga margin yang ada itu masih bisa tetap dijaga ke depannya," ujar dia.
Produksi Nikel Bakal Stagnan pada 2024
Sebelumnya diberitakan, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memproyeksikan produksi nikel perusahaan sebesar 70.800 ton nikel dalam matte pada 2024. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan target tahun ini.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, hingga akhir 2023 pihaknya memperkirakan dapat memproduksi sebanyak 70.000 ton nikel dalam matte. Sedangkan untuk tahun depan, pertumbuhan produksi nikel dalam matte INCO kemungkinan cenderung stagnan atau hanya tumbuh tipis menjadi 70.800 ton.
Ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi produksi nikel Vale Indonesia sepanjang 2024. Salah satunya adalah aktivitas pemeliharaan alat pertambangan yang diperkirakan durasinya bakal berbeda dengan tahun sebelumnya.
"Jumlah hari yang kami habiskan untuk masa pemeliharaan alat tambang akan berbeda pada 2024, sehingga ini berpengaruh pada ketersediaan alat yang ada di pabrik untuk keperluan produksi,” kata Bernardus dalam Public Expose 2023, Rabu (29/11/2023).
Selain itu, INCO juga harus mempertimbangkan tingkat (grade) nikel yang hendak ditambang sepanjang tahun depan. Alhasil, INCO harus benar-benar cermat dalam menentukan area untuk aktivitas penambangan supaya perusahaan ini bisa memperoleh nikel dengan grade yang sesuai keinginan pelanggan.
Manajemen Vale Indonesia tentu berharap proses pemeliharaan alat-alat pertambangan bisa berjalan lancar agar utilisasi produksi perusahaan dapat lebih optimal.
"Kami juga sedang mengupayakan bagaimana caranya bisa mendapatkan ore atau bijih nikel dengan grade lebih baik,” ujar dia.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu, 29 November 2023, saham INCO melonjak 7,08 persen ke posisi Rp 4.690 per saham. Saham INCO dibuka naik 70 poin ke posisi Rp 4.450 per saham. Saham INCO berada di level tertinggi Rp 4.750 dan terendah Rp 4.430 per saham. Total frekuensi perdagangan 12.515 kali dengan volume perdagangan 328.636 saham. Nilai transaksi Rp 152,8 miliar.
Advertisement
Produksi Nikel Vale Indonesia Naik 17,62 Persen hingga Kuartal III 2023
Sebelumnya diberitakan, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berhasil memproduksi nikel dalam matte sebesar 51.644 metrik ton hingga kuartal III 2023. Angka tersebut meningkat 17,62 persen dari sebelumnya 43.907 metrik ton pada periode yang sama tahun lalu.
CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy menuturkan, Perseroan memproduksi 17.953 metrik ton dalam matte pada kuartal III 2023. Realisasi ini meningkat 2,51 persen dari 17.513 metrik ton dalam matte pada periode sembilan bulan pertama 2022.
Dengan demikian, ia mengaitkan hasil positif ini dengan strategi pemeliharaan yang telah diterapkan sebelumnya.
“Kegiatan pemeliharaan skala besar yang direncanakan berhasil diselesaikan pada semester pertama tahun 2023," ujar dia dalam keterangan resminya, dikutip Kamis (19/10/2023.
Dikombinasikan dengan keandalan aset perusahaan yang baik, hal ini berkontribusi pada peningkatan produksi. Peningkatan ini tidak lepas dari keberhasilan kembalinya Furnace 4 ke performa optimalnya setelah menjalani pembangunan kembali tahun lalu.
"Kami tetap optimis untuk mencapai target produksi setahun penuh pada tahun 2023, yaitu sekitar 70.000 ton," ujar dia.
Menelisik Prospek Saham Vale Indonesia Usai Divestasi Diputuskan
Sebelumnya diberitakan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memastikan, proses divestasi saham 14 persen PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah selesai diputuskan. Alhasil, kini pemerintah RI menjadi pemegang saham mayoritas Vale Indonesia.
Dengan demikian, negara memiliki porsi 34 persen saham yang dipegang MIND ID dan 20 persen dari publik. Lantas, bagaimana prospek saham Vale Indonesia?
Pengamat Pasar Modal Lanjar Nafi mencermati proses divestasi 14 persen saham Vale Indonesia dapat dianggap sebagai katalis positif, terutama jika ini diinterpretasikan sebagai tindakan yang mendukung keberlanjutan operasional Perseroan.
"Pemberian perpanjangan izin usaha hingga 20 tahun dapat memberikan kepastian jangka panjang untuk operasional perusahaan," kata Lanjar Nafi kepada Liputan6.com, Senin (13/11/2023).
Menurut ia, keterlibatan MIND ID sebagai pemegang saham mayoritas dapat membawa perubahan dalam manajemen direksi dan pengambilan keputusan strategis.
Di sisi lain, ia menilai harga saham INCO dapat mengalami kenaikan dalam beberapa waktu mendatang.
"Keterlibatan MIND ID sebagai pemegang saham mayoritas dan peran mereka dalam manajemen direksi dapat memiliki dampak pada kebijakan dan strategi perusahaan, yang mungkin juga akan mempengaruhi harga saham," kata dia.
Sejalan dengan itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan, tujuan dari divestasi saham Vale Indonesia kepada MIND ID ini salah satunya untuk meningkatkan nilai tambah lewat hilirisasi yang dicanangkan Pemerintah.
"Investor menunggu realisasi dari hilirisasi, sebab divestasi saham ini untuk mempercepat hilirisasi yang dicanangkan Pemerintah, ini bisa jadi added value," kata Nafan.
Advertisement