Bursa Saham Asia Naik Terbatas, Investor Menanti Data Inflasi dan Pertemuan Bank of Korea

Sejumlah negara di Asia akan umumkan data ekonomi dan bank sentral di Korea Selatan akan umumkan kebijakan moneter bayangi bursa saham Asia.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Jan 2024, 08:52 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2024, 08:52 WIB
Bursa Saham Asia Naik Terbatas, Investor Menanti Data Inflasi dan Pertemuan Bank of Korea
Bursa saham Asia Pasifik menguat tipis pada perdagangan Senin (8/1/2024) seiring investor menantikan data dan peristiwa ekonomi penting.(AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat tipis pada perdagangan Senin (8/1/2024) seiring investor menantikan data dan peristiwa ekonomi penting.

Dikutip dari CNBC, Australia dan Jepang akan merilis inflasi pada Selasa dan Kamis pekan ini. Sedangkan China akan mengumumkan neraca perdagangan dan inflasi Desember pada Jumat pekan ini.

Bank of Korea akan mengadakan pertemuan bank sentral pertama 2024 di antara negara-negara besar di Asia pada Kamis pekan ini. Bank sentral Korea Selatan atau Bank of Korea akan pertahankan suku bunga stabil di 3,5 persen.

Di Australia, indeks ASX 200 naik tipis 0,17 persen. Sementara itu, indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong menguat 16.590 dibandingkan penutupan perdagangan terakhir di 16.535,33.

Sementara itu, bursa saham Jepang libur dan akan buka pada perdagangan Selasa pekan ini. Indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,34 persen, sedangkan indeks Kosdaq turun 0,08 persen.

Di wall street pada Jumat pekan lalu, tiga indeks acuan menguat setelah laporan pekerjaan lebih kuat dari perkiraan. Indeks S&P 500 naik 0,18 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,09 persen dan indeks Dow Jones mendaki 0,07 persen.

Ekonomi Amerika Serikat (AS) menambahkan lebih banyak lapangan kerja dibandingkan perkiraan pada Desember, dengan jumlah upah non pertanian (nonfarm payrolls) tumbuh 216.000, dibandingkan perkiraan ekonom yang disurvei Dow Jones 170.000.

Tingkat pengangguran stabil di 3,7 persen yang merupakan tanda lain dari berlanjutnya kekuatan tenaga kerja. Laporan tersebut membuat imbal hasil obligasi Amerika Serikat menguat. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun menyentuh 4,1 persen.

Penutupan Bursa Saham Asia pada 5 Januari 2024

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Jumat, 4 Januari 2024 setelah anjlok beberapa perdagangan pertama pada 2024. Sebagian besar pasar mencatat penurunan pada akhir pekan pertama 2024.

Dikutip dari CNBC, investor menilai data dari seluruh wilayah dengan inflasi Filipina yang mencapai titik terendah dalam dua tahun. Selain itu, data dari Jepang menunjukkan kontraksi dalam aktivitas sektor swasta telah berhenti.

Sebagian besar bursa saham di Asia melemah pekan ini. Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 2,8 persen dan indeks Kospi di Korea Selatan merosot lebih dari 3 persen.

Indeks Hang Seng turun 0,63 persen, sedangkan indeks CSI 300 China susut 0,54 persen ke posisi 3.329,11. Selama sepekan, indeks CSI 300 merosot 2,97 persen.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,07 persen ke posisi 7.489,10, dan memperpanjang penurunan untuk hari ketiga berturut-turut. Indeks ASX 200 melemah 1,3 persen selama sepekan ini.

Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 0,27 persen ke posisi 33.377,42. Indeks Topix bertambah 0,62 persen ke posisi 2.393,54. Ini menandai kenaikan pertama indeks Nikkei sejak gempa bumi di Jepang pada tahun baru dan tabrakan penerbangan Japan Airlines dalam dua hari pertama tahun ini.

Indeks Kospi Korea Selatan susut 0,35 persen ke posisi 2.578,08. Sedangkan indeks Kosdaq naik 1,39 persen ke posisi 878,33. Indeks Topix dan Kosdaq termasuk di antara saham-saham yang mencatat keuntungan terbesar pada pekan ini yang diperkirakan masing-masing naik lebih dari 1 persen.

 

Penutupan Wall Street

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Jumat, 5 Januari 2024. Indeks S&P 500 menguat terbatas jelang akhir pekan, tetapi rata-rata tiga indeks acuan menghentikan kenaikan beruntun selama sembilan minggu berturut-turut.

Pergerakan wall street tersebut seiring laporan pekerjaan yang lebih kuat dari perkiraan. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,18 persen ke posisi 4.697,24. Indeks Nasdaq bertambah 0,09 persen menjadi 14.524,07. Indeks Dow Jones menguat 25,77 poin atau 0,07 persen ke posisi 37.466,11. Demikian dikutip dari CNBC, Sabtu (6/1/2024).

Rata-rata tiga indeks acuan mencatat kinerja mingguan negatif pertama dalam 10 minggu. Indeks Nasdaq alami penurunan terbesar 3,25 persen, kinerja mingguan terburuk sejak September. Indeks S&P 500 dan indeks Dow Jones masing-masing turun 1,52 persen dan 0,59 persen.

Saham bergejolak pada perdagangan saham Jumat pekan ini seiring pelaku pasar menilai data ekonomi yang masuk untuk menentukan apakah dan kapan the Federal Reserve (the Fed) akan mulai memangkas suku bunga.

Di sisi lain, perekonomian AS menambahkan lebih banyak pekerjaan dibandingkan perkiraan pada Desember dengan jumlah upah nonpertanian atau nonfarm payrolls meningkat 216.000. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan kenaikan sebesar 170.000 pada bulan lalu.

Tingkat pengangguran tetap stabil 3,7 persen yang merupakan tanda lain dari berlanjutnya penguatan sektor tenaga kerja. Laporan tersebut membuat imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun melonjak menyentuh level tertinggi 4,103 persen.

Dengan pasar tenaga kerja yang kuat dapat berarti the Federal Reserve (the Fed) mungkin berpotensi menunda penurunan suku bunganya yang pertama, yang telah dinanti-natikan oleh pelaku pasar.

 

Data Tenaga Kerja AS Meredam Harapan Penurunan Suku Bunga

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Sebelum data yang kuat yang dirilis pada Jumat pekan ini, pelaku pasar berharap the Fed akan mulai memangkas suku bunga pada awal Maret dan menurunkannya sebanyak enam kali pada 2024. Harapan tersebut perlu diubah.

Indeks jasa ISM meski pada Desember menunjukkan aktivitas bisnis secara keseluruhan masih berkembang dalam perekonomian, angka sebesar 50,6 persen di bawah konsensus Dow Jones sebesar 52,5 persen dan tingkat pada November sebesar 52,7 persen. Angka di atas 50 persen menandai ambang batas pertumbuhan ekonomi.

“Pasar kerja terlihat bagus, mungkin terlalu bagus, dan mungkin inflasi akan menjadi sedikit lebih panas sekarang berdasarkan pertumbuhan upah yang kiat lihat,” ujar Direktur FBB Capital Partners, Mike Bailey.

Ia menambahkan, data ekonomi dari pasar tenaga kerja mungkin meredam harapan akan serangkaian penurunan suku bunga yang cepat. Bailey menuturkan, saat ini investor menginginkan tiga hal yakni inflasi turun, pasar kerja yang stabil dan penurunan suku bunga.

“Namun, menurut saya jumlah lapangan kerja saat ini menunjukkan kepada saya ada beberapa hal yang memberi dan menerima, dan investor mungkin hanya mendapatkan satu dari tiga hal yang ada dalam daftar keinginannya,” kata dia.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya