Liputan6.com, New York - Saham Tesla merosot 12 persen pada perdagangan Kamis, 25 Januari 2024, dan alami penurunan terbesar lebih dari setahun. Hal ini setelah perusahaan melaporkan laba yang tidak sesuai harapan dan memperingatkan perlambatan pada 2024.
Saham Tesla anjlok lebih dari 12,13 persen menjadi USD 182,63. Saham Tesla berada di level tertinggi USD 193 dan terendah USD 180,06. Kapitalisasi pasar tercatat USD 572,27 miliar.
Baca Juga
Dikutip dari CNBC, Jumat (26/1/2024), sepanjang perdagangan, saham Tesla menuju penurunan paling tajam sejak 2020, tetapi berhasil menghindari penurunan tersebut pada penutupan perdagangan.
Advertisement
Tesla melaporkan pendapatan dan laba pada Rabu, 24 Januari 2024 yang meleset dari harapan pasar. Pendapatan otomotif Tesla yang merupakan metrik yang diawasi ketat mencapai USD 21,6 miliar pada kuartal IV 2023, hanya naik 1 persen dibandingkan tahun lalu.
Namun, kekhawatirna terbesar adalah pandangan Tesla. Produsen mobil listrik tersebut mengatakan pertumbuhan volume kendaraan pada 2024 “mungkin jauh lebih rendah” dibandingkan tingkat yang diamati tahun lalu, seiring upaya perusahaan meluncurkan kendaraan generasi berikutnya di Texas. Tesla memperingatkan investor saat ini berada di antara dua gelombang pertumbuhan besar.
Investor yang bertaruh melawan saham yang sedang alami hari yang menguntungkan. Short sellers menghasilkan lebih dari USD 2 miliar di Tesla sejak penutupan 24 Januari 2024, berdasarkan perusahaan analisis keuangan Ortex Media. Saham Tesla turun 27 persen pada 2024 setelah naik lebih dari dua kali lipat pada 2023.
Tesla mengirimkan 1,8 juta mobil tahun lalu. Tesla memangkas harga kendaraan di dunia terutama di pasar utama di Eropa dan China karena hadapi meningkatnya persaingan dari pemain China seperti BYD dan produsen mobil tradisional. Pemangkasan harga membebani margin Tesla.
Di sisi lain, menambah tekanan pada saham Tesla, berbagai broker mengurangi target harganya untuk perusahaan tersebut. Barclays memangkas target harga dari USD 250 menjadi USD 225.
"Tidak seburuk yang dikhawatirkan, namun kondisi yang suram di masa depan memperkuat beberapa risiko penurunan untuk saat ini,” tulis analis Barcalys.
Analis RBC menurunkan target harga saham Tesla dari USD 300 menjadi USD 297. Canaccord Genuity juga menurunkan target harga menjadi USD 234 dari USD 267.
Wall Street Melejit, Indeks S&P 500 Kembali Cetak Rekor saat Saham Tesla Anjlok
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Kamis, 25 Januari 2024. Indeks S&P 500 menguat dalam enam hari berturut-turut. Pergerakan indeks saham acuan itu di tengah saham Tesla yang tertekan.
Dikutip dari CNBC, Jumat (26/1/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat 0,53 persen ke posisi 4.894,16, dan meraih rekor penutupan tertinggi sepanjang masa.
Indeks Dow Jones bertambah 242,74 poin atau 0,64 persen ke posisi 38.049,13. Indeks Nasdaq naik tipis 0,18 persen ke posisi 15.510, terbebani anjloknya saham Tesla usai rilis laporan keuangan.
Kenaikan meski tidak terlalu besar pada perdagangan Kamis pekan ini, indeks Nasdaq telah unggul pekan ini. Indeks Nasdaq bertambah 1,3 persen. Indeks S&P 500 menguat 1,1 persen, sedangkan indeks Dow Jones mendaki 0,5 persen.
Baik indeks S&P 500 dan Nasdaq menguat selama enam hari perdagangan terakhir. Indeks S&P 500 ditutup ke rekor tertinggi selama lima sesi berturut-turut, rekor terpanjang sejak November 2021.
Di sisi lain, produk domestik bruto (PDB) menunjukkan ekonomi Amerika Serikat tumbuh 3,3 persen pada kuartal IV. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan prediksi ekonom yang disurvei Dow Jones sebesar 2 persen. Hal ini yang menekankan berlanjutnya ketahanan ekonomi meski ada kenaikan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed).
Pada laporan Kamis pekan ini juga mencakup data yang menggembirakan mengenai inflasi. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi mencatat kenaikan kuartalan sebesar 2 persen ketika tidak termasuk makanan dan energi yang merupakan ukuran inti yang disukai the Fed ketika menilai inflasi. Inflasi umum hanya naik 1,7 persen.
Advertisement
Aksi Jual Saham Tesla Bebani Pasar
“Itu adalah gabungan data yang sangat sehat. Ini mendekati target the Fed dalam mencari pertumbunan non-inflasi,” tutur Senior Investment Strategist Charles Schwab, Kevin Gordon.
Namun, aksi jual di saham Tesla yang menjadi favorit investor ritel, membebani pasar. Saham Tesla anjlok lebih dari 12 persen setelah produsen kendaraan listrik itu membukukan hasil kuartal IV yang mengecewakan dan memperingatkan pertumbuhan volume kendaraan lebih rendah pada 2024.
Sementara itu, saham IBM melompat lebih dari 9 persen setelah perusahaan teknologi itu membukukan laba yang disesuaikan dan pendapatan yang mengalahkan prediksi analis.
Di sisi lain, lebih dari seperlima perusahaan di indeks S&P 500 telah melaporkan kinerja keuangan pada musim laporan keuangan ini, menurut FactSet. Hampir 74 persen di antaranya telah melampaui harapan wall street, menurut data perusahaan.
Elon Musk Ingin Genggam 25% Saham Tesla
Sebelumnya diberitakan, CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk menginginkan sekitar 25 persen saham dari total pemilik saham bisnis kendaraan listriknya.
Pemilik jejaring sosial X yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter ini sudah memiliki sekitar 13 persen saham Tesla atau sekitar 411 juta saham dari 3,19 miliar saham biasa yang beredar. Hal ini seperti dilaporkan dalam laporan keuangan yang berakhir kuartal III 2023.
Dikutip dari CNBC, Selasa (16/1/2024), ini adalah sebuah pertaruhan yang besar terutama mengingat Elon Musk menjual sahamnya di Tesla senilai puluhan miliar dolar AS pada 2022. Penjualan saham itu sebagian besar untuk membiayai pembelian Twitter senilai USD 44 miliar atau sekitar Rp 686,86 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.610).
Saat ini, Elon Musk ingin mendapatkan kendali lebih besar atas Tesla. Secara khusus ia menulis keinginan tersebut di platform X.
"Saya tidak nyaman mengembangkan Tesla menjadi pemimpin dalam kecerdasan buatan dan robotik tanpa memiliki 25 persen kendali suara. Cukup untuk menjadi berpengaruh, tetapi tidak terlalu berpengaruh sehingga saya tidak bisa digulingkan,” tulis dia.
"Kecuali jika itu masalahnya, saya lebih suka membuat produk di luar Tesla,” ujar dia.
"Sepertinya Anda tidak mengerti Tesla bukanlah satu startup tapi selusin. Lihat saja perbedaan antara apa yang dilakukan Tesla dan GM. Adapun kepemilikan saham itu sendiri sudah cukup menjadi motivasi, Fidelity dan taruhan lainnya yang serupa dengan saya. Mengapa mereka tidak muncul untuk bekerja,”
Tesla tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Advertisement