Liputan6.com, Jakarta - Ratusan saham perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpantau parkir pada posisi tidak lebih dari Rp 50 per saham.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian Sihar Manullang mengatakan, Bursa senantiasa melakukan pemeriksaan dan monitoring terhadap saham-saham yang harganya terus merosot dari level gocap.
Baca Juga
"Kita akan periksa. Kita tetap pantau itu, monitoring berdasarkan prosedur," kata Kristian kepada wartawan di Gedung Bursa, Senin (29/1/2024). Hingga berita ini ditulis, terdapat 188 perusahaan tercatat yang sahamnya berada pada papan pemantauan khusus.
Advertisement
Dari jumlah tersebut, sebanyak 112 emiten menyandang kriteria nomor 1, yakni harga rata-rata saham selama 6 bulan terakhir di Pasar Reguler dan atau Pasar Reguler Periodic Call Auction kurang dari Rp 51,00.
Bursa telah menerbitkan Peraturan Bursa Nomor I-X tentang Penempatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus dan Peraturan Bursa Nomor II-X tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas pada Papan Pemantauan Khusus. Jika sebelumnya saham perusahaan mentok pada level terendah di posisi Rp 50 per lembar, melalui beleid tersebut harga saham bisa terjun hingga Rp 1 per lembar.
Kondisi ini berlaku pula untuk emiten yang baru listing di Bursa. Namun sebagai upaya perlindungan investor, Bursa juga berupaya melakukan pengawasan sejak perusahaan menjadi emiten baru di Bursa.
"Sejak masuk, itu diawasi juga. Jadi kalau ada (transaksi janggal) pasti kita akan lakukan tindakan pengawasan sebagai upaya untuk perlindungan investor. Jadi kita warning investor. Itu yang bisa kita lakukan," ujar Kristian.
BEI Minta Investor Rasional Hadapi Pemilu
Sebelumnya diberitakan, gelaran pesta demokrasi tahun ini rupanya ikut mempengaruhi pandangan investor pasar modal. Umumnya, investor melakukan wait and see terkait langkah investasi selanjutnya, memperhatikan kebijakan yang ditelurkan pemimpin baru. Sebagai gambaran, belum lama ini sejumlah perusahaan terafiliasi partai politik ramai melakukan IPO di Bursa.
Beberapa petinggi emiten juga tampak memiliki tendensi ke salah satu pasangan calon presiden (capres)-calon presiden (cawapres). Merujuk kondisi tersebut, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik mengimbau agar investor tetap rasional dalam memperhitungkan strategi investasinya.
"Kita sampaikan kepada publik untuk selalu mengambil keputusan investasi secara rasional, itu yang paling penting. Dan untuk bisa mengambil keputusan secara rasional tentu dibutuhkan skill dan dibutuhkan data,” kata Jeffrey dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal, Kamis (25/1/2024).
Rasionalitas, lanjut Jeffrey, harus tetap dijaga meski pasar dalam keadaan sideways, market bearish, maupun market bullish. Dalam catatannya, investor cenderung lengah saat market atau pasar sedang bullish.
Selain itu, investor juga harus memperhatikan pengumuman atau notifikasi khusus yang disampaikan bursa seperti unusual market activity (UMA) hingga pemberhentian perdagangan saham atau suspensi.
"Kalau memang para investor memutuskan mau wait and see, atau ada beberapa investor yang justru mengatakan ini adalah waktunya untuk mengambil keputusan dengan mengantisipasi apapun yang akan terjadi di depan, itu adalah keputusan masing-masing investor. Investor harusnya melihat prospek jangka panjang," kata Jeffrey.
Advertisement
Kinerja IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara historis mencatatkan kinerja solid pada momentum pemilu. Sebagai gambaran, pada 1999 IHSG tumbuh 70,06 persen dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar 157,11 persen. Pada pemilu selanjutnya yakni 2004, IHSG naik 44,56 persen dan 47,70 persen pada kapitalisasi pasar. Pada 20229, IHSG naik 86,98 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh 87,59 persen.
Pada 2014, IHSG naik 22,29 persen dengan kapitalisasi pasar tumbuh 23,92 persen. Terakhir, pada 2019 lalu IHSG naik tipis 1,70 persen dengan kenaikan kapitalisasi pasar 3,44 persen.
"Kegiatan pemilu adalah kegiatan yang sudah kita lakukan berkali-kali sepanjang keberadaan Bursa Efek Indonesia. Dan tetap banyak investor kita yang sukses sampai dengan hari ini. Artinya bagaimana investor melakukan analisis," ujar Jeffrey.
Menengok Prospek Investasi di BEI saat Pemilu
Sebelumnya diberitakan, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis pasar modal tanah air masih menarik di tengah gelaran pemilihan umum (pemilu).
Head of Research Mirae Asset, Robertus Hardy mengatakan peningkatan minat investasi publik di pasar saham tahun ini juga didukung optimisme prediksi pasar saham yang akan menguat pada semester II dengan dukungan dari saham-saham unggulan (blue chips).
"Ada potensi penurunan suku bunga bank sentral di tingkat global, termasuk BI rate, yang terutama disebabkan oleh inflasi yang terkendali dan sudah ada kejelasan hasil pemilu. Kami masih memprediksi nilai wajar IHSG akan berada pada level 8.100,” kata Robertus dalam Mirae Asset Media Day, Rabu (24/1/2024).
Dua faktor lain, lanjut Robert, adalah investor domestik yang diprediksi masih akan jadi penopang IHSG serta total kapitalisasi saham emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar yang masih kecil.
Robert mengatakan total kapitalisasi pasar saham lima emiten terbesar di pasar saham Indonesia sangatlah kecil dibanding pasar saham Asia lain seperti Korea Selatan, Jepang, dan India.
Lima saham blue chips terbesar di Indonesia yaitu BBCA, BREN, BBRI, BYAN, BMRI hanya sekitar USD 273 miliar, jauh di bawah lima perusahaan terbesar di bursa Korea Selatan, Jepang, dan India yaitu USD 628 miliar, USD 672 miliar, dan USD 691 miliar.
"Dengan optimisme pasar saham tersebut. Saham-saham yang dapat menjadi pilihan adalah BBCA, BBRI, ACES, MAPI, TLKM, ISAT, dan ASII," ungkap Robertus.
Advertisement