Bos Bank Syariah Indonesia Beli 167 Ribu Saham BRIS

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Hery Gunardi membeli saham BRIS dengan harga Rp 2.400 per saham.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Mar 2024, 15:48 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2024, 15:48 WIB
FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Hery Gunardi membeli saham BRIS pada 21 Februari 2024.(Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) Hery Gunardi membeli saham BRIS pada 21 Februari 2024.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu (6/3/2024), Hery Gurnadi beli saham BRIS sebanyak 167.000 lembar dengan harga Rp 2.400 per saham. Dengan demikian, nilai pembelian saham itu sekitar Rp 400,80 juta. "Tujuan dari transaksi investasi dengan status kepemilikan langsung,” tulis Hery.

Setelah pembelian saham, Hery Gunardi memiliki 2.377.600 saham atau 0,00515 persen dari sebelumnya 2.210.600 saham atau 0,00479 persen.

Berdasarkan data RTI, saham BRIS turun 0,41 persen ke posisi Rp 2.420 per saham pada sesi pertama perdagangan, Rabu, 6 Maret 2024. Saham BRIS berada di level tertinggi Rp 2.440 dan terendah Rp 2.400 per saham. Total frekuensi perdagangan 3.974 kali dengan volume perdagangan 95.329 saham. Nilai transaksi Rp 23 miliar.

Bos Bank Syariah Indonesia Ramai-Ramai Tambah Kepemilikan Saham BRIS

Sebelumnya diberitakan, Direksi dan Komisaris PT Bank Syariah Indonesia (BRIS) menambah porsi kepemilikan saham dalam rangka pemenuhan POJK 59/POJK.03/2017.

Adapun POJK yang dimaksud tentang Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian Remunerasi Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, di mana terhadap saham-saham tersebut ditangguhkan atau diblokir selama tiga tahun dan akan dibuka blokirnya secara bertahap setiap tahun. 

Mengutip keterbukaan informasi, Senin, 21 Agustus 2023, Direktur BSI Ade Cahyo Nugroho membeli 863.200 saham BRIS dengan harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikan sahamnya menjadi 1.726.600 saham.

Sementara itu, Direktur BSI Tribuana Tunggadewi membeli 863.200 saham BRIS dengan harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikan sahamnya menjadi 1.726.600.

Direktur BSI Anton Sukarna membeli 863.200 saham BRIS dengan harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikan sahamnya menjadi 1.726.600.

Direktur BSI Moh Adib membeli 517.900 saham BRIS dengan harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikan sahamnya menjadi 527.400.

 

Pembelian Saham BRIS

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Pekerja melayani nasabah di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Tak hanya itu, Direktur Bank Syariah Indonesia Zaidan Novari membeli 517.900 saham BRIS dengan harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikan sahamnya menjadi 517.900.

Direktur BSI Ngatari membeli 883.500 saham BRIS dengan harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikan sahamnya menjadi 18.621.200.

Selanjutnya, Direktur BSI Bob Tyasika Ananta membeli 548.400 saham BRIS dengan harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikan sahamnya menjadi 548.800.

Kemudian, Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi membeli 1.194.800 saham BRIS dengan harga Rp 1.673,9 pada 9 Agustus 2023 sehingga kepemilikan sahamnya menjadi 2.210.600.

 

Bank Syariah Indonesia Kantongi Laba Rp 5,7 Triliun pada 2023

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Pekerja menghitung uang di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya diberitakan,  PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) berhasil membukukan kinerja solid untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2023.

Pada periode tersebut, Bank Syariah Indonesia membukukan laba bersih Rp 5,7 triliun. Laba ini naik 34 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba tahun sebelumnya.

Dari sisi aset, BSI mengalami pertumbuhan sebesar 15,67 persen secara year on year menjadi Rp 354 triliun. Pembiayaan tumbuh sebesar 15,70 persen jadi sebesar Rp 240 triliun pada 2023. Adapun dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sebesar 12,35 persen menjadi Rp 294 triliun pada 2023.

"Jadi pertumbuhan baik aset pembiayaan maupun dana pihak ketiga itu tumbuhnya double digit," kata Direktur Utama BSI, Hery Gunardi dalam paparan kinerja BSI, Kamis (1/2/2024).

Bersamaan dengan itu, CASA tumbuh sebesar 10,51 persen secara tahunan menjadi Rp 178 triliun. Pendapatan margin dan bagi hasil di BSI juga mengalami pertumbuhan sebesar kurang lebih 13,04 persen menjadi sebesar Rp 22,2 triliun.

Selain itu, fee base income juga mengalami pertumbuhan lebih dari 12 persen tepatnya adalah sebesar 12,08 persen mencapai sebesar Rp 4,2 triliun.

"Pertumbuhan yang bagus ini perlu kita syukuri bahwa sebetulnya upside ataupun white space untuk pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia itu masih sangat luas. Mudah-mudahan ini akan terus berlanjut ya positif di kuartal pertama tahun 2024 ini," imbuh Hery.

Direktur Keuangan & Strategi BSI, Ade Cahyo Nugroho menjelaskan, dari sisi rasio-rasio profitabilitas pada 2023 juga mencatat angka yang mengesankan. Misalkan dari rasio profitability baik return on asset (ROA) maupun return on equity (ROE) mengalami konsisten mengalami perbaikan.

 

BOPO dan ROA

BSI Masih Mengkaji Rencana Aksi Korporasi Unit Usaha Syariah BTN
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). (Dok. Istimewa)

Pada 2023, ROA BSI naik ke angka 2,35 persen dari 1,98 persen pada 2022. Sementara ROE juga mengalami perbaikan dari 16,84 persen di 2022 menjadi 16,88 persen di 2023.

"ROE mengalami perbaikan meskipun sebenarnya kita di tengah-tengah ini melakukan penambahan modal melalui rights issue tahun kemarin. Jadi ini tentu sinyal yang sangat baik dan yang menariknya juga menjadi bank syariah terbesar melalui merger kita mulai lihat benefitnya dari sisi efisiensi," jelas Ade.

Rasio BOPO maupun cost to income rasio juga terus mengalami perbaikan. Rasio BOPO pada 2023 tercatat sebesar 71,27 persen dari 75,88 persen pada 2022. Sementara CIR pada 2023 tercatat sebesar 49,86 persen dari 51,01 persen pada 2022.

"Dari sisi kualitas juga memiliki dampak yang sangat positif. Hampir semua rasio terkait dengan kualitas baik financing at risk (FaR), cash coverage dan termasuk NPF growth serta NPF net mengalami perbaikan yang sangat signifikan. Ini menegaskan bahwa pertumbuhan agresif BSI tiga tahun terakhir diiringi dengan kualitas dan efisiensi yang lebih baik," imbuh dia.

FaR BSI pada 2023 tercatat sebesar 9,15 persen dari 12,46 persen pada 2022. Kemudian cash coverage BSI pada 2023 yakn 194,35 persen dari 183,12 persen pada 2022. NPF Gross pada 2023 tercatat sebesar 2,08 persen dari 2,42 persen pada 2022.

 

Bank Syariah Indonesia Penuhi Aturan Free Float 7,5%, Siapa Investor yang Eksekusi Rights Issue?

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Aktivitas pekerja di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya diberitakan, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengaku telah memenuhi aturan free float atau kepemilikan saham publik dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

Head of Investor Relations Bank Syariah Indonesia Rizky Budinanda menuturkan, pihaknya telah memenuhi aturan free float sebesar 7,5 persen. Hingga saat ini, saham BSI yang beredar di publik sekitar 10 persen. 

"Jadi memang untuk ketentuan free float kami sudah mencapai. Kalau dari  komposisi free float hampir mencapai 10 persen," kata Rizky dalam Public Expose 2023, Rabu (29/11/2023). 

Menurut ia, raihan tersebut tidak terlepas dari aksi korporasi berupa rights issue yang dilakukan tahun lalu. Ini mengingat, sebagian dari rights issue BRI atau BNI itu dilepas kepada masyarakat. Sehingga membantu peningkatan saham BSI yang beredar di masyarakat. 

Dia melanjutkan, dengan adanya rights issue saham BSI yang semula hanya 5,5 persen di publik sekarang bertambah menjadi sekitar 7 persen. 

"Sekarang juga sedikit demi sedikit tahun ini  beberapa sudah melepas juga dari pihak afiliasi, sehingga sekarang sudah lebih dari ketentuan," imbuhnya. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Kepatuhan & SDM BSI Tribuana Tunggadewi menuturkan, divestasi saham oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI) masih dalam tahap proses. 

Alhasil, ia belum bisa menjabarkan siapa investor strategis yang bakal menggantikan kepemilikan saham kedua bank tersebut di BSI. 

"Kami belum bisa memberikan gambaran seperti apa nantinya yang akan menggantikan terkait divestasi," kata Dewi. 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya