Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mencatat penurunan pendapatan dan laba hingga semester I 2024. Penurunan pendapatan dan laba itu di tengah kenaikan produksi nikel dalam matte (t).
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (30/7/2024), PT Vale Indonesia Tbk meraup pendapatan USD 478,75 juta pada semester I 2024, turun 27,34 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 658,96 juta.
Baca Juga
Beban pokok pendapatan terpangkas 4,8 persen menjadi USD 417,16 juta hingga semester I 2024 dari semester I 2023 sebesar USD 438,49 juta. Dengan demikian, laba bruto anjlok 72,06 persen menjadi USD 61,58 juta pada semester I 2024 dari periode sama tahun sebelumnya USD 220,47 juta.
Advertisement
Perseroan mencatat beban usaha turun menjadi USD 13,67 juta hingga semester I 2024 dari periode sama tahun sebelumnya USD 16,58 juta. Pendapatan lainnya naik menjadi USD 4,92 juta hingga semester I 2024 dari semester I 2023 sebesar USD 225 ribu. Beban lainnya terpangkas menjadi USD 3,96 juta hingga 30 Juni 2024 dari periode sama tahun sebelumnya USD 11,19 juta.
Sementara itu, laba usaha merosot 74,66 persen dari USD 192,91 juta hingga semester I 2023 menjadi USD 48,87 juta pada semester I 2024. Pendapatan keuangan naik menjadi USD 18,27 juta hingga semester I 2024 dari periode sama tahun sebelumnya USD 16,27 juta.
Seiring kinerja keuangan tersebut, PT Vale Indonesia Tbk meraup laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk USD 37,28 juta hingga semester I 2024. Laba tersebut turun 82,05 persen dari semester I 2023 sebesar USD 207,80 juta. Dengan demikian, laba per saham dasar dan dilusi tercatat 0,0036 pada semester I 2024 dari periode sama tahun sebelumnya 0,0209.
Total ekuitas naik menjadi USD 2,69 miliar hingga semester I 2024 dari periode Desember 2023 sebesar USD 2,56 miliar. Liabilitas naik menjadi USD 366,89 juta hingga 30 Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar USD 361,46 juta. Aset Perseroan naik menjadi USD 3,06 miliar hingga Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar USD 2,92 miliar. Perseroan kantongi kas dan setara kas naik menjadi USD 832,14 juta hingga Juni 2024 dari Desember 2023 sebesar USD 698,79 juta.
Produksi Nikel
Mengutip keterbukaan informasi ke BEI, PT Vale Indonesia Tbk mencatat produksi nikel dalam matte (t) sebesar 34.774 t hingga semester I 2024, naik 3,21 persen dari periode sama tahun sebelumnya 33.691 t. Sementara itu, produksi nikel dalam matte susut 2,04 persen menjadi 16.576 t hingga semester I 2024 dari semester I 2023 sebesar 16.922 t.
PT Vale Indonesia Tbk menyatakan, pertumbuhan produksi nikel pada semester I 2024 didukung dari strategi pemeliharaan yang terencana dan output kalsin yang lebih tinggi pada 2024.
"Kami optimis dengan prospek produksi kami dan berharap operasi kami berjalan lancer hingga akhir tahun. Tujuan kami adalah mencapai target produksi sektiar 70.800 metrik ton (t) nikel dalam matte pada 2024, meningkat dari target tahun lalu,” ujar CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia, Febriany Eddy.
Pada kuartal II 2024, Perseroan mencapai 17.505 t nikel matte, menghasilkan pendapatan sebesar USD 248,8 juta. Angka ini menunjukkan peningkatan 8 persen dibandingkan kuartal sebelumnya yang disebabkan oleh harga realisasi rata-rata nikel yang lebih tinggi pada kuartal II 2024.
Harga realisasi rata-rata nikel meningkat 12 persen menjadi USD 14.214 per ton pada kuartal II 2024, naik dari USD 12.651 per ton pada kuartal I 2024.
“Meskipun kondisi pasar yang tidak menentu, kami tetap berkomitmen untuk mengoptimalkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya,” ujar Febriany.
Advertisement
Dorong Penghematan Biaya
Sejalan dengan penurunan pengiriman pada kuartal tersebut, beban pokok pendapatan Perseroan turun dari USD 209,8 juta pada kuartal I 2024 menjadi USD 207,3 juta pada kuartal II 2024.
Penurunan total beban pokok pendapatan juga didukung oleh penurunan konsumsi bahan bakar dan batu bara pada kuartal II 2024, disertai dengan penurunan harga batu bara.
Febriany menuturkan, memasuki semester II 2024, pihaknya akan terus proaktif mendorong inisiatif penghematan biaya untuk memastikan biaya tunai per unit tetap kompetitif dalam upaya menghasilkan margin yang sehat secara berkelanjutan.
“Dengan perubahan komposisi pemegang saham baru-baru ini, kami melihat banyak ruang untuk memanfaatkan inisiatif strategis yang dapat membawa sinergi positif bagi perusahaan,” ujar dia.
Adapun inisiatif yang dilakukan seperti integrasi upaya pengadaan dalam grup untuk harga komoditas yang lebih baik di mana hal ini merupakan salah satu penggerakan biaya terbesarnya.
MIND ID Genggam Saham Mayoritas Vale Indonesia, Dapat Hak Beli Bijih Nikel Mulai 2026
Sebelumnya, MIND ID telah menerima pengalihan sebagian saham milik Vale Canada Limited (VCL), Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., dan Vale Japan Limited dalam PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
Divestasi saham ini merupakan bagian dari kewajiban perpanjangan izin operasi selama 10 tahun yang diperoleh PT Vale melalui penerbitan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) hingga 28 Desember 2035.
Melalui penyelesaian transaksi ini, MIND ID resmi menjadi pemegang saham terbesar di PT Vale dengan porsi saham yang meningkat dari 20 persen menjadi sekitar 34 persen. Sedangkan kepemilikan VCL berkurang dari 44,4 persen menjadi sekitar 33,9 persen, dan kepemilikan SMM berkurang dari 15 persen menjadi sekitar 11,5 persen.
PT Vale telah menandatangani perjanjian kerangka kerja offtake bijih dengan MIND ID yang mengatur kerangka kerja terkait kesepakatan. Nantinya, setiap tahun PT Vale akan memberikan MIND ID suatu hak untuk memilih untuk membeli bijih saprolit dan atau bijih limonit tertentu yang diproduksi PT Vale sesuai dengan syarat dan ketentuan dalam perjanjian, mulai 2026.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (7/3/2024), pembelian bijih tersebut akan diatur lebih lanjut dalam perjanjian definitif terpisah untuk setiap transaksi jual beli bijih yang bersangkutan.
Manajemen perusahaan menjelaskan, perjanjian tidak berpotensi mengakibatkan terganggunya kelangsungan usaha PT Vale sehingga pelaksanaan perjanjian tidak berdampak signifikan terhadap kondisi keuangan perseroan.
Advertisement