Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah sekuritas meramalkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menembus level 8.000 hingga akhir tahun. Keyakinan itu salah satunya merujuk pada sentimen penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (the Fed).
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman buka suara mengenai potensi IHSG menembus level tersebut. Menurut Iman, pergerakan IHSG bukan merupakan target Bursa, dan murni mekanisme pasar. Namun, di sisi lain gerak IHSG dapat mencerminkan kondisi pasar modal dan ekonomi dalam negeri.
Baca Juga
"Ketika indeks kita saat ini rekor all time high (ATH), bahkan beberapa minggu ini, artinya persepsi investor terutama asing terhadap pasar Indonesia adalah positif," kata Iman kepada wartawan di Gedung Bursa, Jumat (6/9/2024).
Advertisement
IHSG hari ini ditutup naik 0,53 persen ke posisi 7.721,846. IHSG dibuka pada posisi 7.681,043 dan melaju di zona hijau hingga mencapai posisi tertinggi di posisi 7.754,475. Bersamaan dengan itu, Iman mengklaim rata-rata nilai transaksi harian sudah cukup memuaskan.
"Secara kumulatif, RNTH kita saat ini sudah Rp 12,6 triliun. Meski sebagian besar berupa transaksi crossing, makanya kita tunggu yang lainnya," kata Iman.
Sebelumnya, PT Mandiri Sekuritas (Mandiri Sekuritas) menaikkan proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (ISG) akhir tahun 2024 menjadi 7.800 dengan bull case mencapai 8.000.
"Perkiraan itu telah memperhitungkan penurunan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia (BI) yang lebih agresif. Mandiri Sekuritas menaikkan target IHSG dari 7.460 karena kami menaikkan asumsi penurunan suku bunga The Fed dari 25bps menjadi 50-75bps, dengan penurunan suku bunga Bl yang lebih agresif yaitu sebesar 50bps, bukan 25bps," jelas Head of Equity Analyst and Strategy Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer.
Semula, proyeksi Mandiri Sekuritas adalah 7.460 dengan bull case 7.640. Adrian mengatakan, kuatnya imbal hasil lebih lanjut akan menjadikan IHSG sebagai kelas aset yang menarik saat ini dengan pendapatan 8 persen dan imbal hasil dividen 5 persen.
IHSG Reli, BEI Harap Pasar Modal Makin Maju di Era Prabowo
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis pasar modal akan terus melanjutkan penguatan meski terjadi peralihan pemerintah baru.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman mengatakan, pasar modal menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
"Bagi kami, bursa ini barometer. Bagaimanapun juga ini barometer bagi investor asing untuk masuk, walaupun selalu investor pasar modal ini come and go. Jadi terus terang kalau kita lihat harga indeks kita hari ini, kita harapkan akan sustain," kata Iman kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta Selatan, Jumat (6/9/2024).
Asal tahu saja, aktivitas dan volume penjualan atau pembelian di pasar modal yang semakin meningkat atau padat, memberi indikasi bahwa aktivitas bisnis berbagai perusahaan berjalan dengan baik. Pada perdagangan hari ini, indeks harga saham gabungan (IHSG) mencapai level tertinggi 7.754,475. Per 5 September 2024, asing tercatat melakukan net buy Rp 736,80 miliar.
"Harga indeks itu adalah cerminan makro ekonomi global dan Indonesia. Artinya ini persepsi dari investor, terutama asing di Indonesia. Jadi kita berharap seiring pemerintahan yang baru, indeks kita bisa lebih baik dan naik terus," kata Iman.
Menurut Iman, kenaikan IHSG ditopang banyaknya investor asing yang beli saham emiten dalam negeri. Bersamaan dengan itu, perusahaan-perusahaan skala besar diharapkan dapat mencatatkan sahamnya di Bursa sehingga bisa menjadikan pasar modal Indonesia makin besar. Namun tak kalah penting, Bursa berharap kondisi ekonomi Indonesia di bawah pemerintah baru bisa tumbuh minimal sama atau lebih baik dibandingkan periode sebelumnya.
"Karena memang asing punya keterbatasan minimal trading yang dia mau masuk. Jadi kita berharap adalah bahwa makin banyak perusahaan-perusahaan IPO, terutama skala besar. Kita berharap bahwa kondisi ekonomi Indonesia minimal sama akan lebih baik dibandingkan periode sebelumnya," jelas Iman.
Advertisement
Calon Emiten di Pipeline IPO Berkurang Meski Tak Ada Listing, BEI Buka Suara
Sebelumnya, Bursa mengumumkan jumlah perusahaan yang berada di pipeline pencatatan perdana saham atau initial public offering (IPO).
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 23 perusahaan yang siap debut di Bursa per 30 Agustus 2024.
Jumlah itu turun dari sebelumnya ada 28 calon emiten di pipeline IPO per 9 Agustus 2024. Sementara, toral perusahaan yang listing tidak mengalami perubahan. Sejak 9 Agustus hingga 30 Agustus 2024, terdapat 34 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 5,15 triliun.
“Penyebabnya ada yang merupakan keputusan internal perusahaan untuk menunda, maupun yang berdasarkan evaluasi Bursa belum dapat memberikan persetujuan,” kata Nyoman kepada wartawan, Kamis (5/9/2024).
Sesuai Prosedur
Menurut Nyoman, semua proses evaluasi dilakukan sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku, tidak ada kaitannya dengan isu lain.
Dari sisi asetnya, perusahaan yang saat ini berada di pipeline IPO didominasi oleh perusahaan dengan aset kelas menengah. Sedangkan dari sisi sektor saham, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 4 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 20 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 4 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Sektor Saham
Sementara, rincian sektor saham adalah sebagai berikut:
- 3 Perusahaan dari sektor basic materials
- 4 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
- 5 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
- 3 Perusahaan dari sektor energy
- 2 Perusahaan dari sektor financials
- 1 Perusahaan dari sektor healthcare
- 4 Perusahaan dari sektor industrials
- 2 Perusahaan dari sektor infrastructures
- 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
- 3 Perusahaan dari sektor technology
- 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Advertisement