Liputan6.com, Jakarta - Mengakhiri kuartal III, saham PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) terpantau melanjutkan pelemahan di zona merah. Pada perdagangan hari ini, Senin 30 September 2024, saham PT Panca Mitra Multiperdana Tbk itu turun 8,72 persen ke posisi 136 sekitar pukul 15.30 WIB jelang penutupan, memimpin di jajaran top losers hari ini.
Melansir data RTI, frekuensi perdagangan saham PMMP tercatat sebanyak 2.742 kali saat berita ditulis. Volume saham yang ditransaksikan yakni 36,98 juta lembar senilai Rp 5,13 miliar. Dalam sepekan, harga saha PMMP turun 30,26 persen dan turun 48,09 persen YTD.
Baca Juga
Penurunan saham PMMP terjadi usai perseroan mengumumkan kinerja paruh pertama pada Senin, 23 September 2024 dalam keterbukaan informasi Bursa. Pada periode yang berakhir hingga 30 Juni 2024 itu, perseroan membukukan rugi tahun berjalan sebesar USD 12,84 juta. Padahal, pada semester I tahun lalu perseroan masih mengantongi laba USD 3 juta.
Advertisement
Rugi periode berjalan yang dicatatkan pada semester I 2024 sejalan dengan pendapatan yang menyusut. Hingga paruh pertama 2024, perseroan membukukan penjualan USD 59,9 juta, turun 40,18 persen dibandingkan pendapatan pada semester I 2023 yang tercatat sebesar USD 100,14 juta. Menyusul laporan tersebut, saham PMMP turun 7,69 persen ke posisi 180 pada Selasa, 24 September 2024 yang berlanjut hingga hari ini.
Adapun pemegang saham Perseroan antara lain PT Harapan Bangsa Kita atau GK Hebat dengan porsi kepemilikan 7,27 persen. Pemegang saham lainnya yakni PT Tiga Makin Jaya akan memiliki saham sebesar 39,09 persen, Soesilo Soebardjo memiliki saham sebesar 22,41 persen, Martinus Soesilo memiliki saham sebesar 7,73 persen, Hirawan Tedjokoesoemo memiliki saham sebesar 0,77 persen, dan pemegang saham publik sebesar 22,73 persen.
Ingin Ekspansi Produk
Sebelumnya, emiten mitra bisnis Kaesang Pangarep, PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) sedang mempertimbangkan ekspansi berupa diversifikasi produk non udang.
Head of Corporate Finance & Investor Relation PT Panca Mitra Multiperdana Tbk, Christian Jonathan mengungkapkan, hal ini setali dengan rencana pembangunan pabrik ke-9 di Situbondo, Jawa Timur, yang semula akan dibangun menggunakan dana rights issue.
"Kita memang sebenarnya rights issue mau bangun pabrik ke-9. Tapi manajemen kita diskusi, apakah mau nunggu atau mau start duluan pembangunannya,” kata Christian dalam JUCSTalks bersama Jasa Utama Capital Sekuritas, ditulis Sabtu (28/1/2023).
Sebelumnya, pemegang saham telah menyetujui rencana rights issue Panca Mitra Multiperdana melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 11 Juli 2022. Perseroan berencana untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya 784 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 per lembar saham.
Dana hasil rights issue rencananya dialokasikan untuk ekspansi usaha PMMP pada 2023 dan pembangunan pabrik ke-9 di Situbondo, Jawa Timur. Rights issue belum jalan, pembangunan pabrik ke-9 rupanya telah dimulai sejak Oktober tahun lalu dan diperkirakan mulai beroperasi pada September 2023.
"Kita sudah bangun pabrik ke-9 dari Oktober 2022, mungkin selesai pada Juni atau Juli dengan tambahan tiga bulan adjustment.Jadi kita bangun dulu pakai duit internal baru nanti kita pikirkan rights issue bagaimana, karena pabrik kita semua sudah fully utilized,” kata Christian.
Advertisement
Rencana Ekspansi ke Korea Selatan
Dia menuturkan, perseroan saat ini tengah berdiskusi dengan salah satu strategic player trading partner dari Korea. Hal itu sejalan dengan rencana perseroan untuk ekspansi ke Korea selatan, sehingga perseroan menawarkan pabrik ke-9 kepada investor tersebut.
Di sisi lain, perseroan mencatat permintaan dari pasar Amerika Serikat (AS) yang kian tinggi, seiring dibukanya ekonomi negeri Paman Sam itu. Sehingga jika pabrik tidak segera dibangun, perseroan kuatir akan ketinggalan kereta. Diakui Christian, AS merupakan salah satu tujuan ekspor perseroan paling tinggi, bahkan tiap tahunnya selalu mengalami kenaikan. Tak kalah menarik, perseroan rupanya juga tengah mempertimbangkan untuk garap komoditi lain selain udang.
“Kita ada demand untuk produk lain, komoditi lain selain udang. Makanya ini kita develop apakah akan kita ambil atau enggak. Masih diskusi tapi belum bisa pastikan apakah mau shifting atau kembangkan produk baru itu. Sekarang sedang diskusi dengan buyer apakah mau pabrik ke-9 untuk komoditi lain selain udang,” tandasnya.