Meneropong Potensi Arus Dana Masuk ke Pasar Saham Indonesia

Saat ini pasar saham dibayangi sentimen penurunan suku bunga oleh bank sentral terutama AS dan kebijakan ekonomi China.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Okt 2024, 07:03 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2024, 07:03 WIB
Meneropong Potensi Arus Dana Masuk ke Pasar Saham Indonesia
Harapan terhadap stimulus China dan data makro ekonomi Amerika Serikat (AS) telah menjadi penggerak pasar pada pekan lalu. Sentimen itu juga yang menggeser harapan terhadap penurunan suku bunga bank sentral AS ke depan.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harapan terhadap stimulus China dan data makro ekonomi Amerika Serikat (AS) telah menjadi penggerak pasar saham pada pekan lalu. Sentimen itu juga yang menggeser harapan terhadap penurunan suku bunga bank sentral AS ke depan.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Senin (14/10/2024), sejak stimulus besar pekan lalu dan sentimen kuat terhadap China, pasar telah mengawasi perdagangan saham di China usai liburan selama sepekan. Sayangnya berita yang diumumkan tidak memenuhi harapan investor dan bursa saham China terpukul pekan lalu.

Dari sisi data AS, inflasi lebih tinggi dari yang diharapkan dan sekali lagi menjadi data yang menjadi perhatian investor. Akibatnya, sebagian besar investor telah menggeser harapan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada November untuk memangkas suku bunga 25 basis poin dan suku bunga turun hingga 50 bps pada akhir tahun.

Meski demikian, pasar tetap fokus pada pengumuman China yang akan datang untuk stimulus lebih lanjut karena pelaku pasar melihat kinerja yang buruk yang selama tiga tahun di bursa saham China. Investor mencari sinyal untuk menambah eksposur ke China.

"Pertanyaan utama bagi investor Indonesia adalah dari mana arus yang diharapkan ini akan berasal, Indonesia atau negara lain,”

Berdasarkan data historis, arus dana masuk yang kuat ke pasar saham Indonesia setelah siklus pelonggaran suku bunga. Melihat siklus dari 2006-2014, total arus masuk sebesar USD 16 miliar, sementara itu, selama siklus kenaikan suku bunga pada 2015-2018, aliran dana keluar sebesar USD 7 miliar. Dari 2019-2023 imbas pandemi COVID-19, aliran dana yang masuk mencapai USD 3 miliar.

 

 

Arus Dana yang Masuk ke Pasar Saham

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Sejak pagi IHSG terjebak di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Sekarang setelah memasuki siklus pemangkasan suku bunga, kita telah melihat arus masuk sebesar USD 2,8 miliar Ytd, dan meski angka ini tidak sedikit, masih ada lebih banyak potensi arus masuk ke Indonesia, mengingatkan siklus tersebut baru saja dimulai,” demikian seperti dikutip.

Ashmore juga melihat ekonomi makro Indonesia tetap menarik dari sudut pandang investor global. “Kita telah melihat mayoritas alokasi overweight ke Indonesia, berdasarkan laporan consensus global terbaru,” demikian seperti dikutip.

Ashmore menyebutkan, Indonesia adalah satu-satunya negara yang mendapatkan rekomendasi overweight di ASEAN. Overweight ini berarti peringkat arau rekomendasi yang mencerminkan optimisme dari analis dan pemberi peringkat terhadap saham dan indeks itu, demikian seperti dikutip dari berbagai sumber.

Ashmore mencatat,meski ada arus masuk ke Indonesia secara year to date atau sejak awal tahun, tetapi masih kecil jika dibandingkan dengan saham India. Bursa saham India mencatat arus masuk ytd sebesar USD 5,4 miliar dan bursa saham AS mencatat arus masuk dari investor asing USD 43,8 miliar ytd.

 

Prospek Pasar Saham Indonesia

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Oleh karena itu, ketika sentimen terhadap China semakin membaik, kami yakin sumber utama arus masuk tidak akan datang dari Indonesia, tetapi dari AS dan India terutama karena saham mereka masih memiliki valuasi yang mahal secara historis (PE 21,5 kali untuk indeks S&P 500 dan 25,5 kali PE untuk India,” demikian seperti dikutip.

Di sisi lain melihat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tengah sentimen penurunan suku bunga, data historis menunjukkan IHSG mengalami rata-rata pengembalian kumulatif 65 persen dalam lima siklus penurunan suku bunga dengan rata-rata pengembalian kumulatif IHSG minus 2 persen.

“Tren pemulihan untuk saham value atau berkualitas, sedangkan saham growth atau growth stock alami volatilitas dan koreksi,”

Ashmore melihat aksi investasi oleh investor asing secara aktif telah meningkat sejak kuartal III 2024, dan baru-baru ini  mencatat arus masuk bersih secara ytd.

"Kami percaya saham Indonesia tetap menarik dengan hargapan kebijakan pro pertumbuhan oleh presiden baru, dan faktor makro ekonomi yang stabil, yang akan menarik lebih banyak masuk arus dana investor asing sebagai katalis untuk meningkatkan kinerja pasar saham,” demikian seperti dikutip.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya