IPO Melambat selama 3 Kuartal, Bagaimana Potensi ke Depan?

Meskipun jumlah IPO energi terbarukan mungkin tidak terlalu mengesankan, harga saham perusahaan-perusahaan ini telah meningkat setidaknya 30 persen pada 30 September 2024.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 15 Okt 2024, 12:20 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2024, 12:20 WIB
IHSG Ditutup Melemah ke Level 6.679
Perolehan dana IPO Indonesia pada kuartal tiga 2024 juga lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia (USD 1,4 miliar) dan Thailand (USD 0,6 miliar).(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pasar IPO Indonesia mengalami perlambatan pada 3 kuartal pertama 2024, tercatat 34 IPO yang berhasil mengumpulkan total USD 300 juta. Kinerja ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencatat 66 IPO menghasilkan total USD 3,3 miliar.

EY Indonesia Strategy and Transactions Partner, Reuben Tirtawidjaja menjelaskan, perolehan dana IPO Indonesia pada kuartal tiga 2024 juga lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia (USD 1,4 miliar) dan Thailand (USD 0,6 miliar).

“Perlambatan ini terutama disebabkan oleh pemilihan umum pada awal tahun ini dan antisipasi investor terhadap pembentukan pemerintahan baru pada Oktober 2024,” kata Reuben, dalam siaran pers, dikutip Selasa (15/10/2024).

Reuben menambahkan, hal ini mempengaruhi keputusan seputar IPO karena investor semakin berhati-hati, dan banyak yang lebih memilih untuk mengambil pendekatan wait and see mengenai kebijakan pemerintah yang akan datang sebelum membuat keputusan investasi.

Momentum IPO Perusahaan EBT

Reuben menuturkan, kedepannya, energi terbarukan mungkin menjadi salah satu sektor yang harus diwaspadai mengingat semakin besarnya minat pasar terhadap sektor ini, dimana telah terjadi beberapa kali IPO dalam lima tahun terakhir.

“Termasuk suksesnya pencatatan saham perdana PT Kencana Energi Lestari Tbk, PT. Arkora Hydro Tbk, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, dan PT Barito Renewables Energy Tbk,” jelasnya.

Menurutnya, meskipun jumlah IPO energi terbarukan mungkin tidak terlalu mengesankan, harga saham perusahaan-perusahaan ini telah meningkat setidaknya 30 persen pada 30 September 2024 sejak penawaran perdana mereka, yang menunjukkan tingginya minat investor.

“Mengingat komitmen Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih pada 2060 dan antisipasi kebijakan yang menguntungkan dari pemerintahan baru terhadap industri energi terbarukan, diharapkan lebih banyak perusahaan energi terbarukan akan melakukan IPO di tahun-tahun mendatang,” pungkas Reuben.

27 Perusahaan Antre di Pipeline IPO, Intip Rincian Sektornya

FOTO: PPKM Diperpanjang, IHSG Melemah Pada Sesi Pertama
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Adapun hingga 11 Oktober 2024, terdapat 36 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa. Dana yang berhasil dihimpun dari IPO tersebut sebesar Rp 5,42 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, saat ini terdapat 27 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, perusahaan dengan skala menengah masih mendominasi. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.

"Hingga saat ini, terdapat 27 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, dikutip Sabtu (12/10/2024).

Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 13 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 12 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.

Rincian Sektor

Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 3 Perusahaan dari sektor basic materials

• 3 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals

• 3 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals

• 5 Perusahaan dari sektor energy

• 2 Perusahaan dari sektor financials

• 2 Perusahaan dari sektor healthcare

• 3 Perusahaan dari sektor industrials

• 2 Perusahaan dari sektor infrastructures

• 3 Perusahaan dari sektor properties & real estate

• 0 Perusahaan dari sektor technology

• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya