Liputan6.com, Jakarta Tahun 2025 menandai milestone terbaru bagi perdagangan karbon melalui Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon). Pada hari perdagangan pertama pada tahun 2025, tepatnya pada Kamis 2 Januari 2025, IDXCarbon mencatatkan pencapaian volume perdagangan unit karbon mencapai 1.000.000 ton CO2 ekuivalen (tCO2e) secara kumulatif sejak diluncurkan pada 26 September 2023.
Pencapaian juga diikuti oleh pertumbuhan jumlah pengguna jasa IDXCarbon yang pada akhir tahun 2024 mencatatkan pencapaian sejumlah 100 (seratus) pengguna jasa. Jumlah ini menunjukkan peningkatan lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah pengguna jasa yang tercatat pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan perdagangan karbon semakin berkembang di Indonesia, sejalan dengan upaya Indonesia untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan mitigasi perubahan iklim.
Advertisement
Baca Juga
"Pada awal tahun 2025 IDXCarbon turut mencatatkan penambahan 3 (tiga) proyek unit karbon atau Sertifikat Pengurangan Emisi - Gas Rumah Kaca (SPE-GRK), yang semakin memperkaya jumlah unit karbon baru," ungkap Direktur Pengembangan Bursa, Jeffrey Hendrik kepada wartawan, Senin (13/1/2025).
Advertisement
Proyek pertama merupakan milik PT PLN Indonesia Power yang mencatatkan unit karbon yang berasal dari proyek Pengoperasian Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Priok Blok 4 sebesar 763.653 tCO2e dengan tahun penyerapan atau pengurangan emisi terjadi (tahun vintage) 2021.
Selanjutnya adalah proyek PT PLN Indonesia Power, yaitu Konversi dari Pembangkit Single Cycle menjadi Combined Cycle (Add On) PLTGU Grati Blok 2, yang mencatatkan unit karbon sebesar 407.390 tCO2e dengan tahun vintage 2021. Kemudian, proyek ketiga adalah Konversi dari Pembangkit Single Cycle menjadi Combined Cycle Blok 2 PLN NP UP Muara Tawar yang dikelola oleh PT PLN Nusantara Power yang mencatatkan unit karbon sebesar 30.000 tCO2e dengan tahun vintage 2023.
Seluruh proyek tersebut diperdagangkan dengan klasifikasi IDTBS, yaitu klasifikasi untuk unit karbon jenis reduction berbasis teknologi yang berasal dari Indonesia. Dengan adanya pencatatan proyek baru tersebut, IDXCarbon kini memiliki 6 (enam) proyek unit karbon yang dapat diperdagangkan. Perkembangan positif di awal tahun 2025 ini memberikan harapan besar bagi peningkatan volume transaksi karbon serta tumbuhnya industri berbasis ekonomi hijau yang mendukung transisi energi di Indonesia.
Volume Transaksi Bursa Karbon Indonesia Kalahkan Malaysia
Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengungkapkan dalam satu tahun terakhir, Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) menunjukkan pertumbuhan signifikan dengan akumulasi volume transaksi yang berhasil mengalahkan Malaysia.
"Kita patut optimistis dengan capaian ini, mengingat di tengah tantangan perdagangan karbon yang dialami banyak negara, akumulasi volume transaksi masih lebih tinggi dibandingkan negara lain seperti Bursa Karbon Malaysia dan Bursa Karbon Jepang," kata Iman dalam acara Peringatan Satu Tahun Bursa Karbon Indonesia, Kamis (3/10/2024).
Selama tahun pertama beroperasi, sejak 26 September 2023 IDXCarbon mencatatkan kenaikan jumlah Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) yang diperdagangkan dari 459.953 ton CO2e menjadi sebesar 613.894 ton CO2e, dengan nilai transaksi meningkat dari Rp 29,21 miliar menjadi Rp 37,06 miliar.
“Dari jumlah volume transaksi tersebut, sebanyak total 420.029 ton CO2e telah digunakan (dilakukan retirement). Hal ini menunjukkan mulai meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang perdagangan karbon serta perannya dalam upaya melawan perubahan iklim,” kata Iman dalam acara Peringatan Satu Tahun Bursa Karbon Indonesia, Kamis (3/10/2024).
Selain itu, saat ini telah terdapat 3 proyek SPE-GRK yang telah dicatatkan di IDXCarbon yaitu proyek Pertamina Geothermal Lahendong, PLTGU di Muara Karang milik PLN, dan PLTM di Gunung Wugul milik grup PLN.
Advertisement
Unit Karbon
Dengan hadirnya proyek-proyek tersebut, unit karbon yang dicatatkan bertumbuh dari 842.950 ton CO2e pada 26 September 2023 menjadi 1.777.141 ton CO2e pada 26 September 2024, dengan jumlah unit karbon tersedia setelah retirement sebanyak 1.357.112 ton CO2e.
Adapun, dalam periode yang sama, jumlah pengguna jasa juga bertumbuh cukup signifikan dari hanya 16 Pengguna Jasa di hari peluncuran menjadi 81 Pengguna Jasa.
"Kami berharap segala upaya yang dilakukan bersama dapat memberikan manfaat positif bagi perkembangan perdagangan karbon di Indonesia, membantu pencapaian target NDC Indonesia di 2030, dan memastikan kelangsungan bumi yang lebih sehat untuk masa depan yang lebih baik,” pungkas Iman.