Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Jumat, 14 Februari 2025. Indeks S&P 500 sedikit berubah jelang akhir pekan setelah kinerja yang kuat pekan ini seiring investor mempertimbangkan berita terbaru tentang perdagangan global dan inflasi.
Mengutip CNBC, Sabtu (15/2/2025), indeks Dow Jones turun 165,35 poin atau 0,37 persen ke posisi 44.546,08. Indeks S&P 500 terpangkas 0,01 persen menjadi 6.114,63. Indeks Nasdaq naik 0,41 persen dan ditutup ke posisi 20.026,77.
Advertisement
Baca Juga
Tiga indeks acuan di wall street mengakhiri pekan ini di zona hijau. Hal ini karena sentimen membaik setelah investor memperoleh kepastian lebih mengenai rencana tarif Presiden AS Donald Trump. Sementara itu, data inflasi baru ternyata lebih konstruktif daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Advertisement
Pelaku pasar juga mengabaikan data yang dirilis pada Jumat pekan ini mencerminkan penurunan 0,9 persen dalam penjualan ritel pada Januari, dan lebih buruk dari perkiraan Dow Jones untuk penurunan 0,2 persen.
Pada pekan ini, indeks S&P 500 naik sekitar 1,5 persen. Sementara itu, indeks Dow Jones menguat 0,6 persen, dan indeks Nasdaq bertambah 2,6 persen selama sepekan.
Sebagian besar kenaikan indeks acuan utama pekan ini terjadi pada Kamis setelah Donald Trump menandatangani memorandum tentang rencana untuk mengenakan pungutan pada barang-barang dari negara-negara yang mengenakan bea atas produk-produk AS, alih-alih menerapkan tarif langsung.
Sentimen tampak tenang setelah laporan indeks harga produsen pada Januari yang dirilis pada Kamis pekan ini, serta laporan indeks harga konsumen yang dirilis Rabu menunjukkan pembacaan yang lebih rendah untuk indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi.
Indeks harga personal consumption expenditure (PCE) yang akan dirilis akhir bulan ini menjadi pengukur inflasi pilihan the Federal Reserve (the Fed).
Imbal Hasil Obligasi
"Sepertinya ekonomi dan inflasi tidak melaju kencang yang menyebabkan tekanan pada suku bunga,” ujar Chief Portofolio Northwestern Mutual Wealth Management Company, Matt Stucky.
Ia menuturkan, penurunan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun baru-baru ini memperbaiki cakupan, tetapi juga menaikkan harga aset di sisi ekuitas karena dinamika korelasi itu.
Imbal hasil treasury bertenor 10 tahun terus merosot pada Jumat pekan ini yang baru-baru ini turun hampir lima basis poin menjadi 4,478 persen.
Advertisement
Kinerja Wall Street Pekan Lalu
Sebelumnya, bursa saham di Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup merosot pada perdagangan hari Jumat. Pelemahan Wall Street ini dipicu dua hal yaitu perang tarif dan angka inflasi yang membuat para pelaku pasar khawatir untuk menutup minggu ini.
Indeks harga saham acuan utama merosot selama perdagangan Jumat setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia berencana untuk mengenakan tarif timbal balik pada mitra dagang. Ini bisa berarti menaikkan tingkat tarif secara menyeluruh agar sama dengan tarif yang dikenakan pada AS.
Mengutip CNBC, Sabtu (8/2/2025), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 444,23 poin atau 0,99% ditutup pada 44.303,40. S&P 500 turun 0,95% menjadi 6.025,99, dan Nasdaq Composite turun 1,36% ditutup pada 19.523,40.
Kerugian hari pada perdagangan Jumat membuat indeks utama berada di wilayah negatif pada minggu ini.
"Saya akan mengumumkan perdagangan timbal balik minggu depan, sehingga kita diperlakukan sama dengan negara lain," kata Donald Trump saat bertemu dengan Perdana Menteri Jepang yang sedang berkunjung, Shigeru Ishiba.
"Kita akan mengadakan konferensi pers, dan kita akan menjelaskannya dengan cukup sederhana." kata dia.
Pasar saham sudah gelisah sebelum komentar Trump karena beberapa sentimen konsumen dan data pekerjaan sebelumnya menunjukkan peningkatan inflasi dan menaikkan imbal hasil Treasury 10 tahun di atas 4,5% pada sesi tertingginya.
berdasarkan perhitungan Universitas Michigan, sentimen konsumen turun pada Februari menjadi 67,8. Sedangkan ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan 71,3.
Namun, yang mungkin lebih mengkhawatirkan adalah bahwa responden laporan mengantisipasi tingkat inflasi satu tahun mencapai 4,3%, menandai kenaikan satu poin persentase dari bulan sebelumnya dan level tertinggi sejak November 2023.
Saham Amazon dan Alphabet
Amazon kehilangan 4% setelah arahan dari raksasa e-commerce itu mengecewakan para investor. Perusahaan itu menyerukan pertumbuhan pendapatan sebesar 5% hingga 9% pada kuartal pertama, pertumbuhan terlemah yang pernah tercatat.
Prospek tersebut membayangi pencapaian laba atas dan laba bersih pada kuartal keempat.Alphabet terus turun menyusul hasil yang agak mengecewakan di awal minggu.
"Kami baru saja mengalami beberapa kekecewaan di area teknologi yang secara tradisional tidak mengecewakan atau area Magnificent Seven, jadi saya pikir kami melihat beberapa rotasi menjauh dari kelompok tersebut,” kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research.
"Saya tidak berpikir bahwa kita sedang menuju pasar yang melemah, tetapi mungkin hanya menuju volatilitas dan kekecewaan jangka pendek." kata dia.
Volatilitas Tinggi
Minggu ini merupakan minggu yang penuh volatilitas. Bursa saham jatuh pada hari Senin setelah Presiden Donald Trump pada akhir pekan mengumumkan tarif 10% terhadap Tiongkok.
Ia juga mengusulkan, kemudian menghentikan sementara, pungutan 25% terhadap Kanada dan Meksiko.
S&P 500 kemudian naik selama tiga hari berturut-turut setelah penangguhan tarif sebelum jatuh lagi pada Jumat.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)