Liputan6.com, Jakarta - PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mengumumkan penandatanganan perjanjian definitif dengan mitra strategis untuk pembangunan pabrik pengolahan High-Pressure Acid Leach (HPAL) senilai USD 1,8 miliar.
Pabrik HPAL ini dirancang untuk memiliki kapasitas terpasang sebesar 90.000 ton nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun.
Advertisement
Pabrik HPAL ini akan dibangun dan dioperasikan oleh PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) di dalam kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), bersebelahan dengan pabrik HPAL yang dioperasikan oleh PT Huayue Nickel Cobalt (HNC), perusahaan joint venture yang dipimpin oleh Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd. (Huayou), yang telah beroperasi penuh sejak April 2022.
Berdasarkan perjanjian manajemen, anak perusahaan Huayou akan menyediakan layanan manajemen konstruksi untuk pembangunan pabrik HPAL SLNC, sementara MBMA bertanggung jawab atas perolehan izin dan persetujuan dari pemerintah Indonesia.
SLNC akan memperoleh dan mengolah bijih nikel laterit melalui perjanjian komersial dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), anak perusahaan MBMA.
"HPAL SLNC adalah inisiatif strategis MBMA untuk memaksimalkan nilai sumber daya nikel kami yang berlimpah dan akan meningkatkan kapasitas produksi tahunan MHP perusahaan lebih dari dua kali lipat,” tutur Presiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo, seperti dikutip dari keterangan resmi, ditulis Selasa (25/2/2025).
Ia menambahkan, kemitraan SLNC menegaskan komitmen untuk meningkatkan kapasitas dalam menyediakan bahan baku baterai berkualitas tinggi, serta mendukung kebijakan hilirisasi pemerintah Indonesia.
Tambang SCM merupakan salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang mengandung sekitar 13,8 juta ton nikel dan 1,0 juta ton kobalt. Perusahaan akan membangun pabrik persiapan bijih atau Feed Preparation Plant (FPP) di tambang SCM untuk mendukung pengangkutan bijih melalui pipa ke pabrik pengolahan SLNC di IMIP.
Optimalkan Sumber Daya Nikel
Konstruksi proyek HPAL SLNC ini telah dimulai sejak Januari 2025, dengan target commissioning dalam kurun waktu 18 bulan.
Total investasi gabungan untuk pembangunan pabrik HPAL SLNC diperkirakan mencapai sekitar USD 1,8 miliar. Investasi MBMA dalam SLNC dilakukan melalui afiliasinya, PT Merdeka Energi Baru (MEB), yang memiliki 50,1% saham di SLNC.
Untuk mendukung pembangunan proyek ini, SLNC telah berhasil mendapatkan pendanaan dan menandatangani perjanjian pinjaman dengan Bangkok Bank Public Limited Company, PT Bank Permata Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Sebelumnya, MBMA bermitra dengan GEM Co., Ltd. (GEM) untuk mengembangkan dua pabrik HPAL lainnya di kawasan IMIP dengan total kapasitas 55.000 ton MHP per tahun, keduanya diharapkan mulai produksi pada paruh pertama 2025.
Pabrik HPAL pertama, yang dioperasikan oleh PT ESG New Energy Material (PT ESG”), memiliki kapasitas sebesar 30.000 ton MHP per tahun. Sementara itu, pabrik HPAL kedua, yang dioperasikan oleh PT Meiming New Energy Material (PT Meiming), memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 25.000 ton MHP.
MBMA terus memperkuat posisinya dalam rantai pasok global untuk industri baterai, sekaligus mendukung peran Indonesia sebagai pusat produksi bahan baku baterai kendaraan listrik.
“Sebagai bagian dari komitmen keberlanjutan, MBMA selalu mengutamakan kesehatan dan keselamatan karyawan, kesejahteraan masyarakat, serta pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab,” kata dia.
Advertisement
Pendapatan MBMA Tumbuh 58 Persen hingga Kuartal III 2024
Sebelumnya, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) membukukan pertumbuhan kinerja positif sepanjang Januari-September 2024, yang ditopang oleh ekspansi produksi dan inisiatif peningkatan efisiensi.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2024, pendapatan MBMA tercatat mencapai USD 1,38 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 58% secara tahunan (year-on-year) dan laba bersih sebesar USD 60 juta atau meroket 123% secara tahunan.
Adapun, EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) dan laba bersih sebesar USD 114 juta dan USD 60 juta atau masing-masing melonjak 78% dan 124% secara tahunan.
Corporate Secretary PT Merdeka Battery Materials Tbk, Deny Greviartana Wijaya menuturkan, pendorong lonjakan kinerja tersebut adalah kenaikan produksi limonit dari tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (PT SCM) serta produksi nickel pig iron (NPI) dan high-grade nickel matte (HGNM).
Sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, tambang SCM memproduksi limonit sebesar 6,7 juta wet metric tonnes (WMT), 176% lebih tinggi dari produksi 9 bulan pertama 2023.
Pada periode yang sama, SCM memproduksi 1,9 juta WMT saprolit, atau 113% lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Selain itu, smelter RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace) menghasilkan 63.338 ton nikel dalam NPI, sedangkan pabrik nickel matte memproduksi 38.422 ton nikel dalam HGNM.
Deny mengatakan, pada kuartal III/2024, seiring dengan upaya optimalisasi dan mobilisasi kontraktor tambang baru, volume produksi bijih limonit dan saprolit melonjak sebesar 130% dan 360% di bandingkan kuartal III/2023.
"Hal ini menetapkan landasan yang kuat untuk pertumbuhan volume produksi signifikan di 2025 untuk memenuhi kebutuhan operasi RKEF dan HPAL kami,” kata dia.
Ebitda Perseroan
Ia menuturkan, Proyek Acid, Iron, Metals (AIM) serta pabrik HPAL (High Pressure Acid Leach) telah dalam tahap commissioning dan siap untuk berproduksi penuh pada 2025.
"Berlandaskan portfoilio aset dengan biaya rendah dan berkualitas tinggi dikombinasikan dengan permodalan yang kuat, MBMA kini pada posisi kuat untuk menciptakan nilai lebih bagi pemegang saham, didukung prospek pertumbuhan jangka panjang yang kuat,” tutur Deny.
Dari sisi EBITDA, Deny mengatakan, kenaikan EBITDA terutama ditopang oleh bisnis pengolahan nikel, yaitu NPI senilai USD 76 juta, HGNM senilai USD 28 juta, dan limonit senilai USD 29 juta, dikurangi dengan biaya lainnya senilai USD18 juta, termasuk biaya korporasi.
Selain kenaikan produksi dan penjualan, kinerja positif MBMA sepanjang 9 bulan pertama tahun ini juga didukung oleh upaya Perseroan untuk menurunkan biaya produksi, meningkatkan infrastruktur pendukung, dan melakukan perawatan rutin smelter untuk meningkatkan efisiensi dan tingkat keamanan operasional.
Sebagai contoh, cash cost tambang SCM dapat diturunkan dari USD 7 per WMT pada kuartal kedua menjadi USD 6 per WMT pada kuartal ketiga 2024. Penurunan biaya ini didukung oleh mobilisasi kontraktor tambang baru. Cash cost diyakini dapat terus diturunkan seiring dengan kenaikan volume produksi dan optimisasi infrastruktur.
Selain itu, sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, cash cost untuk NPI turun menjadi USD 10.387 per ton dari USD 12.775 per ton pada 9 bulan pertama 2023, menempatkan cash cost di posisi bawah target rentang USD 10.000-USD 11.000 untuk 2024.
Advertisement
