Liputan6.com, Jakarta - K-pop menjadi harapan bagi investor di Korea Selatan pada 2025. Hal ini di tengah ekonomi Korea Selatan yang melambat hingga mencapai titik terendah dalam beberapa kuartal.
Selain itu, mata uang won Korea Selatan tertekan dan negara itu dilanda kekacauan politik. Ancaman tarif dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak membuat segalanya lebih mudah.
Advertisement
Mengutip CNBC, Kamis (6/3/2025), saham dari empat perusahaan K-pop utama telah menguat antara 20-30 persen sepanjang 2025. Bahkan saham agensi K-pop itu di atas indeks Kospi yang naik 5,39 persen dan indeks Kosdaq bertambah 8,8 persen. Pada 4 Maret 2025, saham Hybe, JYP, dan YG mencapai titik tertinggi baru dalam 52 minggu pada 2025.
Advertisement
Hybe yang memiliki BTS adalah agensi K-pop terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar dan bagian dari indeks Kospi. Sementara SM Entertaiment, JYP Entertainment dan YG Entertainment termasuk dalam indeks Kosdaq yang mencatat perusahaan kapitalisasi kecil.
Kenaikan saham agensi K-pop menandai perubahan haluan dalam kinerja saham perusahaan dari 2024. Saham agensi K-pop turun karena penjualan album yang lesu memukul laba.
Analis Shinhan Securities Ji In-hae pada bulan lalu menulis, salah satu alasan mengapa saham agensi K-Pop menerima minat investor baru seiring sektor itu tidak hadapi risiko tarif dagang AS.
Tarif dagang telah menjadi sumber ketidakpastian yang besar bagi Korea Selatan dengan ancaman Donald Trump mengenai tarif timbal balik yang membayangi.
Potensi Pertumbuhan Ekonomi Melambat
Korea Selatan memiliki perbedaan tarif terbesar secara rata-rata tertimbang dengan AS di antara ekonomi Asia. Hal ini berarti jika Trump menindaklanjuti ancamannya, Korea Selatan dapat dikenai tarif yang sangat besar.
Bank of Korea telah memperingatkan tentang perlambatan pertumbuhan dalam pertemuan kebijakan moneter pada 25 Februari 2025.
"Ke depan, tren dalam pemulihan permintaan domestik dan pertumbuhan ekspor akan lebih rendah dari yang diharapkan sebelumnya karena memburuknya sentimen ekonomi dan karena kebijakan tarif AS,” demikian seperti dikutip dari CNBC.
Pejabat Korea Selatan dilaporkan telah melakukan perjalanan ke AS untuk meminta pengecualian dari tarif Trump. Hal ini terjadi setelah presiden AS mengumumkan tarif 25 persen untuk impor baja dan aluminium secara global. Korea Selatan adalah pengekspor baja dan aluminium terbesar keempat ke AS.
Advertisement
Prospek Industri yang Menjanjikan
Optimisme seputar saham K-pop juga berkaitan dengan potensi peningkatan yang akan diterima industri pada 2025.
Ji dari Shinhan Securities "terlalu menekankan" sektor media dan hiburan Korea Selatan, dengan mengutip faktor-faktor seperti kinerja industri yang diharapkan kuat pada 2025. Hal ini karena selebritas populer kembali dan laba meningkat dibandingkan tahun lalu, serta Tiongkok membuka kembali pasarnya untuk hiburan Korea Selatan.
Korea Economic Daily melaporkan bulan lalu Tiongkok kemungkinan akan mencabut larangannya terhadap acara-acara yang menampilkan Hallyu, atau budaya populer Korea di negara tersebut, paling cepat pada Mei.
Ekonomi terbesar di Asia memberlakukan larangan konten Korea Selatan pada 2017 sebagai balasan atas pengerahan sistem pertahanan wilayah ketinggian tinggi terminal AS, atau sistem pertahanan rudal THAAD, kata laporan itu.
“Kembalinya grup-grup populer ke industri ini dan pelaksanaan tur dunia berskala besar hingga 2026 akan menjadi "titik investasi yang lebih kuat" bagi sektor ini, kata Ji.
BTS diharapkan untuk melanjutkan aktivitas grup secara penuh paling cepat pada Juni, sementara Blackpink telah mengumumkan rencana meluncurkan tur dunia pada paruh kedua tahun ini.
