Liputan6.com, Jakarta Emiten ritel PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 22,5% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp 828 miliar pada 2024.
"Meskipun belanja konsumen kelas menengah melambat, pencapaian kami di 2024 menunjukkan dedikasi kami terhadap profitabilitas," kata CEO Matahari Department Store, Monish Mansukhani dalam keterangan resmi di Jakarta, dikutip Minggu (9/3/2025).
Advertisement
"Sembari menyempurnakan strategi untuk 2025, kami terus memprioritaskan penguatan fundamental ekonomi perusahaan dan menyempurnakan produk kami guna memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan," tuturnya.
Advertisement
Perseroan mencatat penurunan total penjualan hingga 2,0% di tahun 2024 atau sebesar Rp 12,3 triliun, dengan SSSG menurun sebesar 1,7%. Hal ini mencerminkan tantangan yang terus berlanjut dalam belanja konsumen, terutama selama musim Lebaran dan pada kuartal keempat, ungkap Matahari.
Meskipun demikian, margin kotor LPPF membaik menjadi 34,6%, naik dari 34,2% di 2023. Capaian ini didorong oleh kehadiran produk-produk yang lebih baru.
Efisiensi
Perbaikan ini, bersama dengan efisiensi dalam biaya operasional dan keuangan, membantu mengatasi perlambatan penjualan dan menghasilkan EBITDA sebesar Rp 1,4 triliun, turun tipis 0,9% dari tahun 2024 lalu.
"Sepanjang 2024, Matahari berfokus pada beberapa inisiatif strategis, termasuk pengembangan merek eksklusif untuk menarik konsumen muda dan modern," ungkap perseoan dalam keterangannya.
SUKO juga terus berkembang dengan jangkauan di 79 gerai, sementara ZES, merek eksklusif terbaru, resmi diluncurkan pada kuartal keempat 2024 untuk menyasar konsumen yang berminat pada tren fashion.
Rencana 2025
Menatap 2025, Monish mengatakan, Matahari tetap berkomitmen menjalankan inisiatif strategis yang adaptif untuk menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Perseroan juga berencana untuk memperluas koleksi merek eksklusifnya dan mengeksplorasi kategori baru seperti perlengkapan rumah tangga.
Selain itu, Perseroan juga berencana memperluas gerai format khusus untuk SUKO dan ZES, merasionalisasi dan mengurangi gerai yang berkinerja buruk, serta merenovasi gerai-gerai kategori A tertentu yang memiliki nilai strategis.
"Di saat yang sama, Perseroan akan terus berfokus pada profitabilitas dengan meninjau kembali biaya sewa dan tenaga kerja, serta biaya produk," tutupnya.
Advertisement
Matahari Department Store Siapkan Rp 150 Miliar untuk Buyback Saham LPPF
PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham yang telah dikeluarkan oleh Perseroan dan tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Buyback Saham akan dilaksanakan setelah Perseroan memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Perseroan yang akan dilaksanakan pada 10 April 2025. Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham akan dilaksanakan paling lama 12 bulan terhitung sejak hari diselenggarakannya RUPST.
Jumlah biaya yang akan dikeluarkan untuk pelaksanaan Pembelian kembali saham adalah maksimal sebesar Rp 150 miliar. Pembelian Kembali Saham akan dilakukan atas sebanyak-banyaknya 10% darimodal disetor dan ditempatkan perseroan dan akan dilakukan pada Saham Seri C.
Harga pembelian kembali saham akan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
"Pelaksanaan pembelian kembali saham merupakan salah satu bentuk usaha Perseroan untuk meningkatkan nilai pemegang saham Perseroan sehingga akan memberikan fleksibilitas yang besar kepada Perseroan dalam mengelola modal untuk mencapai struktur permodalan yang lebih efisien," ungkap manajemen PT Matahari Department Store Tbk dalam keterbukaan informasi Bursa, Rabu (5/3/2025).
Dana Aman
Perseroan memastikan bahwa dana yang akan digunakan untuk pelaksanaan pembelian kembali saham sepenuhnya bersumber dari dana internal perseroan dan bukan dari hasil penawaran umum atau dana yang berasal dari pinjaman dan atau bentuk hutang lainnya. Lebih lanjut, sumber dana tersebut tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kemampuan Perseroan dalam memenuhi kewajiban keuangannya di masa mendatang.
"Perseroan memperkirakan tidak akan terjadi penurunan pendapatan Perseroan yang signifikan akibat dari pelaksanaan pembelian kembali saham tersebut dan tidak berdampak signifikan terhadap biaya pembiayaan perseroan," imbuh manajemen.
Advertisement
