Liputan6.com, Jakarta - PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mengumumkan kinerja tahun buku 2024 yang berakhir pada 31 Desember 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pertumbuhan positif dari sisi laba meski pendapatan mengalami sedikit penurunan.
Pada tahun buku 2024, perseroan mencatatkan pendapatan USD 236,81 juta atau sekitar Rp 3,87 triliun (asumsi kurs Rp 16.350 per USD). Pendapatan itu turun 0,32% dibandingkan pendapatan tahun buku 2023 yang tercatat sebesar USD 237,57 juta.
Baca Juga
"Segmen kelapa sawit tetap menjadi bisnis utama kami, dengan kontribusi pendapatan sebesar USD 230,9 juta pada tahun 2024, atau 98,6% dari total pendapatan konsolidasian Perseroan," ungkap manajemen PT Austindo Nusantara Jaya Tbk dalam buletin Investor, dikutip Sabtu (15/3/2025).
Advertisement
Bisnis edamame perseroan mencatatkan kinerja yang luar biasa sepanjang tahun 2024, yang ditandai dengan capaian pendapatan sebesar USD 4,2 juta, meningkat signifikan 124,1% dari USD 1,9 juta pada tahun 2023. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan volume penjualan edamame beku sebesar 331,4% menjadi 1.569 mt serta penjualan edamame segar yang tumbuh sebesar 32,1% secara tahunan.
Selain itu, segmen sagu memberikan kontribusi sebesar USD 1,2 juta terhadap total pendapatan di tahun 2024, meningkat 34,8% dari USD 0,9 juta pada tahun sebelumnya, terutama karena peningkatan volume penjualan dari 1.585 mt menjadi 2.253 mt pada tahun 2024.
Sebaliknya, segmen energi terbarukan perseroan menghasilkan pendapatan sebesar USD 419,0 ribu pada 2024, lebih rendah dari USD 576,2 ribu yang dicapai pada 2023 karena kegiatan pemeliharaan pada 2024 dan berkurangnya ketersediaan bahan baku, khususnya Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (Palm Oil Mill Effluent atau POME) yang lebih rendah di perkebunan Pulau Belitung.
Bersamaan dengan penurunan pendapatan, perseroan berhasil menekan beban pokok pendapatan menjadi USD 189,54 juta pada 2024 dari USD 202,42 juta pada 2023. Alhasil, perseroan membukukan laba kotor USD 47,27 juta, naik dibanding laba kotor tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD 35,15 juta.
Pada tahun buku 2024, perseroan membukukan pendapatan dividen sebesar USD 463,969. Kemudian rugi kurs mata uang asing tercatat sebesar USD 917.783, beban penjualan USD 607.021. Beban karyawan tercatat sebesar USD 9,47 juta, beban umum dan administrasi USD 8,09 juta, dan penghasilan lain-lain USD 1,5 juta.
Laba Naik 87,13% pada 2024
Setelah memperhitungkan biaya keuangan dan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk untuk tahun buku 2024 sebesar USD 9,65 juta atau sekitar Rp 157,75 miliar. Laba itu naik 87,13% dibandingkan laba 2023 yang tercatat sebesar USD 5,16 juta. Sehingga laba per saham dasar naik menjadi USD 0,0029 dari sebelumnya USD 0,0015 per saham.
Aset perseroan sampai dengan 31 Desember 2024 turun menjadi USD 573,2 juta dibanding posisi kahir 2023 yang sebesar USD 580,68 juta. Terdiri dari aset lancar senilai USD 62,16 juta dan aset tidak lancar USD 511,05 juta.
Liabilitas sampai dengan akhir Desember 2024 turun menjadi USD 181,31 juta dari USD 188,75 juta pada akhir 2023. Sebesar USD 49,4 juta tercatat sebagai liabilitas jangka pendek dan sisanya sebesar USD 131,91 juta tercatat sebagai liabilitas jangka panjang.
Adapun ekuitas perseroan sampai dengan 31 Desember 2024 tercatat sebesar USD 391,89 juta. Ekuitas itu turun dibandingkan ekuitas pada akhir 2023 yang tercatat sebesar USD 391,93 juta.
Advertisement
Kinerja Produksi
Perseroan menghadapi tantangan yang luar biasa sepanjang 2024, terutama akibat kondisi cuaca buruk yang menimbulkan kendala operasional di perkebunan Sumatera Utara II dan Papua Barat Daya.
Peristiwa El Niño yang terjadi pada 2023, juga berdampak pada penurunan produksi di perkebunan Pulau Belitung, Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan.
"Hal ini menyebabkan penurunan total produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 11,7% dari 881.051 mt pada 2023 menjadi 777.615 metrik ton (mt) pada 2024. Sejalan dengan itu, produktivitas TBS per hectare (ha) area menghasilkan turun dari 20,3 mt per ha pada 2023 menjadi 18,4 mt per ha pada 2024," beber manajemen.
Penurunan produksi paling parah, dialami oleh perkebunan perseroan di Papua Barat Daya yang mencatatkan volume produksi TBS sebesar 82.195 mt pada 2024. Capaian ini menunjukkan penurunan sebesar 31,8% dibandingkan total produksi tahun sebelumnya sebesar 120.445 mt. Kondisi cuaca ekstrem telah memicu wabah penyakit tanaman, yang semakin memperburuk capaian produksi perseroan.
"Kami memperkirakan produksi akan kembali meningkat pada kuartal III 2025, sekitar enam bulan setelah remediasi penyakit tanaman dilakukan," ujar manajemen.
Kondisi serupa juga terjadi di perkebunan Sumatera Utara II, dimana curah hujan tinggi menyebabkan banjir sehingga menyulitkan proses panen dan pengangkutan buah. Pada 2024, perkebunan ini mencatatkan volume produksi TBS sebesar 145.292 mt, turun 9,8% dibandingkan volume produksi 2023.
Sementara itu, produksi TBS dari perkebunan Pulau Belitung mengalami penurunan sebesar 15,0% secara tahunan akibat dampak El Niño yang terjadi pada 2023. Namun, perseroan melihat pemulihan produksi terjadi pada semester kedua tahun 2024, terutama pada kuartal IV 2024, di mana secara kuartalan produksi TBS dari perkebunan ini tumbuh 91,0% dibandingkan capaian produksi kuartal III 2024.
"Capaian ini memperkecil ketertinggalan produksi TBS dari 254.579 mt pada 2023 menjadi 216.363 mt pada tahun 2024," ungkap manajemen.
Produksi TBS
Perkebunan Sumatera Selatan yang juga terdampak El Niño 2023, mencatatkan produksi TBS sebesar 8.271 mt, turun 17,2% dibandingkan capaian produksi tahun 2023 sebesar 9.991 mt.
Produksi TBS dari perkebunan perseroan di Sumatera Utara I dan Kalimantan Barat turun tipis, masing- masing sebesar 3,2% dan 2,5% secara tahunan.
"Pada tahun 2024, total TBS yang kami beli dari pihak eksternal sebesar 463.835 mt, turun 7,9% dibandingkan pembelian TBS tahun sebelumnya. Dengan demikian, kami memproses TBS 1.233.180 mt di pabrik-pabrik kelapa sawit kami sepanjang tahun 2024, untuk memproduksi sebesar 245.395 mt Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil atau CPO)," jelas manajemen.
Angka produksi ini turun sebesar 13,5% dibandingkan produksi CPO tahun 2023 sebesar 283.659 mt. Tingkat ekstraksi gabungan untuk TBS inti dan eksternal pada tahun 2024 sebesar 19,9%, 3,6% lebih rendah dibandingkan 20,6% pada 2023.
Sementara itu, produksi Inti Sawit (Palm Kernel atau PK) turun sebesar 9,1% menjadi 47.668 mt pada 2024 dibandingkan 52.432 mt pada 2023. Perseroan juga mencatatkan penurunan produksi Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil atau PKO) pada tahun 2024 menjadi 1.121 mt dibandingkan capaian produksi sebesar 1.459 mt pada tahun sebelumnya.
Advertisement
Volume Penjualan CPO
Perseroan melaporkan penurunan volume penjualan CPO sebesar 14,9% pada tahun 2024 menjadi 245.784 mt, dibandingkan capaian tahun 2023 sebesar 288.942 mt, seiring pelemahan volume produksi CPO. Selain itu, volume penjualan PK juga turun sebesar 9.5% dari 52.581 mt pada 2023 menjadi 47.610 mt pada 2024.
Namun, volume penjualan PKO tahun 2024 meningkat signifikan sebesar 47,7% menjadi 1.550 mt dibandingkan penjualan 2023 sebesar 1.049 mt. Rendahnya pasokan CPO di pasar global akibat penurunan produksi di negara-negara produsen utama, terutama di Indonesia dan Malaysia, telah mendorong kenaikan harga acuan CPO pada 2024.
Perseroan mencatatkan kenaikan harga jual rata-rata (average selling price atau ASP) CPO pada tahun 2024 sebesar USD 822/mt, lebih tinggi 12,3% dibandingkan ASP tahun 2023 sebesar USD 731/mt. Sementara itu, ASP PK meningkat 40,1% secara tahunan menjadi USD 501/mt dan HJR PKO meningkat menjadi USD 1.077/mt, naik 46,7% secara tahunan.
