Liputan6.com, Jakarta PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) menutup 2024 dengan pencapaian yang luar biasa. Bank swasta nasional yang telah beroperasi sejak 1992 ini mencatat laba sebelum pajak sebesar Rp254,67 miliar, naik 98% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini adalah rekor tertinggi sepanjang sejarah Bank Ganesha.
Pertumbuhan laba tersebut sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit yang tumbuh 16% year-on-year (YoY) menjadi Rp5,02 triliun. Kinerja positif ini diperkuat oleh perbaikan kualitas aset, tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah (Gross NPL) dari 1,62% di akhir 2023 menjadi hanya 1,16% pada Desember 2024.
“Tahun 2024 adalah tonggak penting dalam perjalanan Bank Ganesha. Peningkatan laba yang signifikan ini mencerminkan keberhasilan strategi kami dalam menjaga kualitas kredit sekaligus meningkatkan efisiensi operasional,” ujar perwakilan manajemen Bank Ganesha dalam keterangan resminya, dikutip Senin (14/4/2025).
Advertisement
Aset dan Dana Pihak Ketiga Naik, Likuiditas Tetap Terjaga
Dari sisi neraca, total aset Bank Ganesha tumbuh hampir 10% YoY menjadi Rp10,36 triliun per 31 Desember 2024. Sementara dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun meningkat 11% menjadi Rp6,65 triliun, didukung oleh strategi penguatan dana ritel dan layanan berbasis digital.
Dalam hal permodalan dan likuiditas, Bank Ganesha tercatat sangat sehat. Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat sebesar 72,55%, jauh di atas ketentuan minimum regulator. Sementara itu, Loan to Deposit Ratio (LDR) tetap terkendali di angka 75,44%, menunjukkan kehati-hatian dalam menyalurkan kredit.
Efisiensi Membaik, Layanan Digital Diperkuat
Bank Ganesha juga mencatat peningkatan pada indikator profitabilitas. Return on Asset (ROA) naik menjadi 2,76%, dan Return on Equity (ROE) menjadi 6,30%. Selain itu, efisiensi operasional membaik dengan rasio BOPO yang turun menjadi 67,21%.
“Kami akan terus memperkuat layanan digital serta memperluas kolaborasi dengan fintech melalui skema channeling dan joint financing,” tulis manajemen dalam laporan resminya.
Dalam memperkuat fondasi digital, Bank Ganesha mengoptimalkan produk digital eksisting seperti aplikasi internet/mobile banking “BANGGA”, serta mengembangkan fitur-fitur baru yang berfokus pada pengalaman nasabah dan stabilitas dana ritel.
Advertisement
32 Perusahaan Antre di Pipeline IPO hingga 10 April 2025, Mayoritas Aset Jumbo
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengantongi sejumlah perusahaan antre di pipeline penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Saat ini terdapat 11 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa dengan dana dihimpun sebesar Rp 5,92 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, hingga 10 April 2025, terdapat 32 perusahaan yang siap debut di Bursa. Dari sisi asetnya, didominasi perusahaan skala besar. Sedangkan dari sisi sektornya, paling banyak berasal dari sektor konsumer non-siklikal.
“Hingga saat ini, terdapat 32 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman kepada wartawan, Sabtu (12/4/2025).
Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 12 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 17 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Serta 3 perusahaan dari aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar.
Adapun rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 1 Perusahaan dari sektor basic materials
• 4 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 7 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor energy
• 3 Perusahaan dari sektor financials
• 5 Perusahaan dari sektor healthcare
• 4 Perusahaan dari sektor industrials
• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 1 Perusahaan dari sektor technology• 3 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Pipeline Obligasi-Rights Issue
Obligasi
Hingga saat ini, telah diterbitkan 37 emisi dari 27 penerbit EBUS dengan dana yang dihimpun sebesar Rp 50,1 triliun. Sampai dengan 10 April 2025 terdapat 47 emisi dari 36 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dengan klasifikasi sektor sebagai berikut:
• 4 Perusahaan dari sektor basic materials
• 1 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 3 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 6 Perusahaan dari sektor energy
• 19 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 2 Perusahaan dari sektor industrials
• 1 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 0 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Pipeline Rights IssuePer 10 April 2025, telah terdapat 2 perusahaan tercatat yang telah menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp 0,47 Triliun. Serta terdapat 4 perusahaan tercatat dalam pipeline rights issue BEI dengan rincian sektor sebagai berikut:
• 2 Perusahaan dari sektor basic materials
• 0 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 0 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 1 Perusahaan dari sektor healthcare
• 0 Perusahaan dari sektor industrials
• 0 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 0 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 0 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Advertisement
