Inflasi dan Pelemahan Rupiah Tekan Penjualan Indocement

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mengakui pengaruh kenaikan inflasi akan menghambat penjualan semen pada tahun ini.

oleh Dian Ihsan Siregar diperbarui 02 Agu 2013, 11:09 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2013, 11:09 WIB
rupiah-melemah-130530b.jpg
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mengakui pengaruh kenaikan inflasi akan menghambat penjualan semen pada tahun ini.

"Selain faktor inflasi, naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan kebijakan BI yang sudah menaikkan uang muka rumah kedua dan ketiga. Semua itu akan menghambat penjualan semen, tapi paling utama dari sisi inflasi," ujar Sekretaris Perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa, Sahat Panggabean, seperti ditulis, Jumat (2/8/2013).

Sahat menjelaskan, dampak inflasi sangat besar bagi perseroan. Dampaknya berperah kepada tekanan penjualan semen yang saat ini sebesar 70% berasal dari perumahan tapak (residence).

Dari beberapa faktor itu semakin jelas terlihat, kalau perseroan mengalami penurunan pangsa pasar semen yang hanya mencapai 30,9% di semester I-2013, jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya mencapai 33%.

"Dampak penurunan market share dipicu oleh rendahnya volume penjualan di semester satu tahun ini hanya sebesar 0,7% yang menjadi 8,81 juta ton, dari periode yang sama di tahun sebelumnya mencapai 8,75 juta ton," ungkap Sahat.

Sementara itu, Direktur Keuangan Idocement Tunggal Prakarsa, Tju Lie Sukanto menegaskan, meskipun ada tekanan, perseroan masih menargetkan penjualan semen bisa mencapai 16 juta ton sampai akhir tahun. Pasalnya, permintaan yang ada di domestik masih tinggi, terlihat masih banyak pembangunan perumahan.

Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini, dampaknya akan mempengaruhi perolehan laba usaha perseroan. Karena, hampir 50%-60% transaksi biaya produksi menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat (AS). (Dis/Nur)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya