Liputan6.com, Jakarta Mungkin, Ghostbusters adalah salah satu film paling apes di tahun ini. Jauh sebelum diputar di bioskop, film ini sudah dicap gagal oleh banyak orang. Tak cuma itu, ratusan ribu jempol ke bawah alias dislike yang menyerbu trailer Ghostbusters di YouTube, membuat film ini meraih gelar sebagai trailer film paling dibenci sepanjang sejarah situs berbagi video tersebut.
Selidik punya selidik, ternyata hal ini ada hubungannya dengan jenis kelamin. Banyak yang tak suka pasukan Ghostbusters yang ikonis itu, diganti menjadi sekelompok wanita. Terakhir, salah satu bintang Ghostbusters, bahkan di-bully secara gila-gilaan lewat media sosial.
Advertisement
Baca Juga
Pertanyaannya, apa film Ghostbusters memang sehina itu hingga pantas menerima cacian sedemikian rupa? Ternyata tidak juga.
Pertama, perlu diingat bahwa film Ghostbuster versi tahun 2016 ini adalah sebuah reboot, alias dimulai dengan awal yang baru. Jadi, tak berhubungan langsung dengan film dua dekade lalu. Cerita diawali dengan tiga ilmuwan yang terobsesi urusan menangkap hantu, demi kepentingan ilmu pengetahuan.
Mereka adalah Erin (Kristen Wiig) peneliti yang memiliki karier di universitas bergengsi; Abby (Melissa McCarthy) yang berkemauan keras; serta seorang ilmuwan nuklir yang sedikit gila, Jillian Holtzmann (Kate McKinnon). Sayang, kepercayaan terhadap hal-hal mistis membuat mereka kehilangan karier.
Petualangan mereka tambah lengkap dengan bergabungnya anggota Ghostbusters keempat, Patty (Leslie Jones), dan kemunculan hantu-hantu di seantero New York City. Artinya, ini adalah saatnya Ghostbusters beraksi. Yang belum mereka sadari, seorang psikopat tengah memanfaatkan roh-roh halus untuk menghancurkan kota Big Apple.
Kalau memang harus membandingkan, sebenarnya Ghostbusters wanita ini tetap menjaga ruh film aslinya, yakni sebuah film ringan dan konyol. Apakah para wanita ini tak bisa tampil kocak? Tidak juga. Mereka juga bisa menggila dan melempar guyonan, terutama karakter Patty yang diperankan Leslie Jones dalam film ini.
Karakter lain yang lucu, adalah peran Kevin si resepsionis dungu yang dimainkan oleh Chris Hemsworth. Bayangkan saja, mengangkat telepon saja ia kesulitan. Karakter ini, adalah perwujudan stereotip ‘perempuan pirang cantik tapi bodoh’ yang populer di Amerika sana.
Nah, hadirnya Kevin adalah pelengkap stereotip film Hollywood yang dibolak-balik. Bahwa keempat jagoan yang mendominasi film adalah wanita—yang tak masuk kategori jelita untuk ukuran Hollywood—sementara ‘Si Cantik’ yang jadi pemanis mata justru seorang pria berbadan kekar. Bukan perkara feminisme saja, pendekatan ini memang membuat Ghostbusters terasa cukup segar.
Soal kadar humornya, memang tak jarang film ini terpeleset dalam lelucon garing. Belum lagi penjelasan ‘ilmiah’ yang bertaburan di sini. Niatnya mungkin untuk melucu sambil memberi nuansa ilmiah dalam film ini. Tapi keberadaannya yang terlalu bertele-tele justru membuat penonton sedikit bosan saat adegan seperti ini muncul.
Namun, tak jarang juga tawa penonton berhasil dipancing lewat guyonan film ini. Salah satu yang membekas, misalnya, saat pasukan Ghostbusters ini membaca komentar haters di YouTube. Persis seperti kejadian nyata yang menimpa film ini. Memang, sutradara Paul Feig melakukan syuting ulang demi memasukkan adegan balasan untuk para haters yang terus menyerang Ghostbusters di media sosial.
Yang menarik, Paul Feig juga menyelipkan sedikit bumbu horor dan ketegangan dalam film. Jangan harap ketegangan sekental The Conjuring 2, tentu saja. Di Ghostbusters, ketegangan hanya muncul selintas saja dan tak terlalu membetot urat syaraf. Namun setidaknya, ini mampu membuat film ini terasa dinamis.
Kalau Anda adalah penggemar Ghostbusters versi tahun 1980-an, ada lagi satu alasan mengapa Anda sebaiknya menonton film ini. Bill Murray dan Annie Potts, dua aktor dari film aslinya, muncul sebagai cameo dalam film ini. Belum lagi sejumlah adegan film ini yang mengambil referensi dari film aslinya. Anggap saja nostalgia.
Hanya sayangnya, aksi peran antagonis di bagian terpenting film ini terasa terlalu mirip dengan film tahun 1984. Entah memang ingin menjadikannya referensi, atau memang tak punya ide baru.
Sebagai kata penutup, bila Anda termasuk orang yang sejak awal meremehkan Ghostbusters, mungkin Anda perlu memberikan film ini satu kesempatan. Dan bila akhirnya memutuskan untuk menonton Ghostbusters, pastikan Anda keluar setelah credit title benar-benar berakhir, karena ada satu adegan rahasia menanti di ujungnya.