Liputan6.com, Jakarta Selama ini, Katy Perry dikenal sebagai salah satu pesohor muda Amerika Serikat yang melek politik. Saat pemilihan Presiden Amerika Serikat berlangsung, misalnya, Katy Perry ikut aktif berkampanye untuk Hillary Clinton.
Kini, setelah Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat Terpilih, Katy Perry ternyata belum berhenti untuk menyuarakan aspirasinya. Bahkan baru-baru ini, ia membiayai pembuatan sebuah video berisi penentangan terhadap pembuatan database mengenai muslim di Amerika.
Advertisement
Baca Juga
Pendataan penduduk muslim ini, adalah salah satu janji kampanye Donald Trump yang kontroversial, karena membatasi dan memantau imigran muslim di Negeri Paman Sam tersebut.
Dilansir dari Billboard, Senin (16/1/2017), Katy Perry mendanai sebuah video pendek bertajuk "Is History Repeating Itself" dan dibagikan dengan tagar #DontNormalizeHate. Video ini memperlihatkan kesamaan antara gagasan Trump dan pemenjaraan massal terhadap warga negara Amerika yang berasal dari Jepang, pada Perang Dunia II.
Video ini dibuka dengan seorang wanita tua yang memperkenalkan dirinya sebagai Hary Kuromiya. Ia bercerita bahwa di tahun 1942, ayahnya ditangkap oleh FBI, sementara keluarganya dipaksa untuk naik kereta menuju tempat mereka dipenjara.
"Ini bermula dari ketakutan dan rumor, dan berkembang menjadi pendataan warga Amerika dari Jepang. Lalu dimulailah pemasangan label nama, dan akhirnya, pemenjaraan," ujarnya.
Di akhir video, perempuan itu melepas wajahnya—yang ternyata merupakan makeup prostetik—dan memperlihatkan wajah Hina Khan, aktris muslim keturunan Pakistan. Wanita ini menatap tajam ke kamera dan berkata, "Jangan biarkan sejarah terulang kembali."
Sutradara video ini, Aya Tanimura, menyebutkan bahwa pelantun "Firework"Â tersebut memberikan dukungan dana sebesar-besarnya untuk pembuatan video ini. "Katy selalu menjadi pendukung mereka yang tertindas, minoritas, dan orang-orang yang dipinggirkan. Dia makin terlibat dalam politik selama beberapa periode terakhir," katanya.
Tanimura menyebut bahwa Katy Perry, seperti banyak penduduk Amerika Serikat lain, merasa ketakutan dengan gagasan yang dibuat Donald Trump. "Dan ini adalah salah satu cara Katy untuk mengedukasi orang—walau hanya satu orang—bahwa kengerian di masa lalu bisa berulang kembali."
Â