Liputan6.com, Jakarta - Satu unit metal dari bagian selatan Jakarta yaitu Kras akhirnya meluncurkan sebuah album perdana bertajuk Mad Maniac. Album yang dirilis sejak 31 Oktober 2018 ini merupakan aktualisasi kegilaaan para personel Kras terhadap musik thrash sekaligus jati diri mereka yang seutuhnya.
Dari sisi lirik di album terbaru, Kras yang digawangi oleh Bobby Jahat (vokal, bass), Eben Andreas (gitar), Eq (drum), dan Brio (gitar), ini banyak mengangkat isu-isu sosial, akhir zaman dan lika-liku anak band.
Sebut saja "Polutaniac City", yang mengangkat kisah tentang kondisi kota Jakarta yang semakin sumpek dan susahnya mencari ketenangan. Atau "Apokalips" dan "Suci Sintetis" yang bercerita tentang semakin nyatanya tanda-tanda akhir zaman di mana orang salah tidak lagi merasa malu, sedangkan orang benar justru tersingkir.
Advertisement
Baca Juga
Satu hal yang tak kalah penting, di album ini Kras mengajak Dwey, vokalis bandthrash metal asal Bandung, Werewolf, untuk berkolaborasi di lagu "Serangan Terakhir". Lagu tersebut bercerita tentang perjuangan berdarah-darah para personel Kras dalam mempertahankan eksistensi band ini sampai harus mengorbankan biaya, waktu, karier kerja konvensional sampai asmara.
Kolaborasi
Diajaknya Dwey dalam lagu ini merupakan upaya Kras untuk mengikis atau bahkan menghabisi sentimen kedaerahan yang akhir-akhir ini terus mengembang. Fanatisme semu para penggemar sepak bola di Indonesia tak jarang menjangkit ke berbagai aspek kehidupan, termasuk ke panggung musik metal. Padahal, musik adalah bahasa universal yang seharusnya bisa mempersatukan segala perbedaan.
"Sebagai harapan, thrash metal ini bisa menjadi gaung memperbaiki hubungan scene metal Bandung dengan Jakarta. Kita semua orang Indonesia, untuk apa terkotak-kotakan hanya karena fanatisme sepak bola,” kata Bobby, menjelaskan pesan dalam lagu "Serangan Terakhir", dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com pada Minggu (25/11/2018).
Advertisement
Penghormatan
Hal lain yang perlu digarisbawahi, Kras juga memberikan penghormatan dan berterimakasih kepada para "pahlawan" metal lokal yang telah membentuk karakter sekaligus selera bermusik mereka secara keseluruhan.
Melalui "Metal Maniac", Bobby dkk memberikan puja-puji kepada para "pahlawan" distorsi tebal seperti Seringai, Burgerkill, Noxa, Siksakubur, Rajasinga, Komunal dan lainnya atas segala inspirasi yang mereka semburkan.
"Dulu, sebelum ada Rotor (era awal 90-an), metalhead Indonesia selalu berkiblat kepada band-band metal luar. Memang wajar, karena musik ini bukan lahir di Indonesia. Tapi sekarang, kualitas band-band seperti Seringai, Burgerkill, Noxa, Siksakubur, Rajasinga sudah sejajar dengan band-band luar. Inilah para pahlawan kami yang membuat kami akhirnya ‘gila’ seperti ini," ucap Eben.
Proses penggarapan album ini sendiri memakan waktu sekitar satu tahun. Namun dengan durasi yang terbilang cukup lama Kras kini lebih matang dan dewasa dalam menyuguhkan setiap tetesan distorsi dan kata-kata dalam album ini.