Liputan6.com, Jakarta - Apa yang Anda berikan kepada Indonesia untuk merayakan HUT ke-74 RI? Menyambut HUT ke-74 RI, kita bisa kobarkan kembali rasa cinta Tanah Air, menghargai keragaman, dan mengembangkan toleransi.
Ada banyak cara untuk memupuk semangat yang luhur ini. Salah satunya dengan mendengar lagu-lagu yang pernah dibuat para musisi Indonesia. Menyambut HUT ke-74 RI,Ā Showbiz Liputan6.comĀ memilih enam lagu Indonesia terbaik yang liriknya memerahputihkan sanubari.
Advertisement
Baca Juga
Adakah salah satunya favorit Anda?
Ā
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
1. Bendera (Cokelat, 2003)
Merayakan Indonesia tanpa mendengar karya Eross Chandra gitaris Sheila on 7 ini rasanya kurang afdol. Dimulai dengan intro gitar, bas, dan dentuman drum, āBenderaā mengirim semangat bahkan sebelum lirik dilantunkan.
Klimaks lagu ini saat Kikan meneriakkan, āMerah putih teruslah kau berkibar. Diujung tiang tertinggi di indonesiaku ini. Merah putih teruslah kau berkibar. Kuakan selalu menjagamuā.
Warna vokal Kikan mewakili generasi muda di era medsos untuk menjaga tumpah darah mereka. āBenderaā adalah hit abadi Cokelat di samping āKarma.ā Ini mahakarya Eross selain āDanā yang bikin galau setengah mati.
Jangan lupa dengarkan instrumen āBenderaā versi Erwin Gutawa bersama London Philharmonic Orchestra di album Rockestra (Sony Music, 2007). Megah, membanggakan, dan bikin mata berkaca-kaca!
Ā
Advertisement
2. Rumah Kita (God Bless, 1988)
Tak usah muluk-muluk hendak mengorbankan nyawa demi Indonesia. Cinta Tanah Air itu bisa dimulai dari membangun rumah dan kampung halaman.
āRumah Kitaā memotret dengan objektif fenomena urbanisasi lalu mengajak pendengar pulang untuk memberdayakan apa yang ada di sana. Bayangkan, andai setiap orang berkomitmen seperti lagu ini, tidak menjadikan Jakarta sebagai satu-satunya pusat mimpi, kesenjangan bisa dikikis.
āRumah Kitaā hit yang mampu menembus ruang dan waktu. Kali pertama dirilisĀ pada 1988, liriknya tetap terasa relevan. Buat generasi Instagram yang merasa berjarak dengan versi klasiknya, karya Ian Antono ini dinyanyikan kembali oleh Indonesian Voices pada 2004.
Ā
3. Negeriku (Chrisye, 1997)
Legenda hidup yang berpulang pada Maret 2007, ini mewariskan banyak tembang monumental. Salah satunya, āNegeriku".
Dibawakan dengan vokal yang karismatik, Chrisye tidak mencermahi orang untuk cinta Indonesia melainkan mengajak. āSatukan raga, junjunglah cinta. Peneguh hati, penyatu jiwa. Capailah angan, dengan segenap rasa. Demi kedamaian dalam kasih abadi sepanjang masa,ā begitu Chrisye mengingatkan.
Yang dibutuhkan negara sekaya Indonesia adalah cinta, hati yang teguh, dan jiwa yang bersatu. Sudah punyakah kita?
Ā
Advertisement
4. Kebyar-kebyar (Lemon Tree's Anno '69, 1979)
Bukan kebetulan jika bendera Indonesia berwarna merah putih. Gombloh bersama grup musiknya di era generasi bunga meracik nomor yang tak dinyana jadi legenda.
Warna merah mewakili darah, putih merujuk pada tulang. Begitulah semestinya kecintaan terhadap Sang Saka meresap hingga ke pembuluh dan belulang.
Yang menarik, durasi lagu ini hampirĀ tujuh menit. Dibutuhkan kreativitas tingkat tinggi untuk membuat orang tertegun selama itu, merenungkan Indonesia. Di-cover berkali-kali mewakili zaman berbeda, versi asli lagu ini tetap yang paling mengena di sukma.
Ā
Pemuda (Chaseiro, 1979)
Soekarno pernah berujar, āBeri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.ā Di pundak generasi muda, masa depan negara diletakkan.
Namun masa depan negara tak kan gemilang jika pemuda kehilangan arah. Chaseiro secara spesifik menggugat para pemuda yang ragu. āPemuda, kemana langkahmu menuju? Apa yang membuat engkau ragu?ā Klimaks lagu ini ada di lirik ikonis, āBersatulah semua, seperti dahulu. Lihatlah ke muka, keinginan luhur kan terjangkau semuaā.
Artinya, masa depan cerah negara hanya ada di pundak pemuda yang optimistis. Setuju?
Ā
Advertisement
Cerita Damai (Yovie & Nuno featuring Nina Tamam, 2001)
Ini bukan lagu hit. Bahkan tak ada video klipnya. Tapi, izinkan kami rekomendasikan lagu ini di bulan kemerdekaan. Jauh sebelum hoaks dan kasus intoleransi menjadi menu kita sehari-hari, Yovie Widianto resah karena rakyat Indonesia belakangan mudah diadu dan saling menyakiti.
Uniknya āCerita Damaiā tak mengingatkan kita ke momen Soekarno-Hatta membacakan teks proklamasi melainkan 17 tahun sebelumnya. Tepatnya, saat leluhur kita mengikrarkan sumpah pemuda.
Di lagu ini Yovie bertanya, āDi manakah semangat yang dulu? Kita pernah janji dengan satu cinta di tanahku...ā Dinyanyikan dengan sederhana oleh Nina berbalut piano dan semburat akrodion, āCerita Damaiā sindiran menohok untuk mereka yang gemar menyebar hoaks, mengafirkan saudara sebangsa, dan sifat nirfaedah lain.
Di ujung lagu ini, Yovie mengajak, āAkhirilah, bukankah kita insan yang penuh cinta?ā
(Wayan Diananto)