Liputan6.com, Jakarta "Kalau lo memang pengin jalan sama gue, boleh aja. Tapi gue enggak mau disangka pebinor-lah, perebut bini orang-lah, dibilang teman makan temanlah. Ya meski sebenarnya hubungan gue sama pacar lo enggak dekat-dekat amat. Sebatas saling kenal," ujar Agha padaku.
Matanya tajam menatapku. Bibirnya membentuk simpul senyum. Sejak awal bertemu dengannya di lokasi syuting sinetron harian Satu Dalam Cinta, aku merasakan ada yang berbeda. Tak ada yang salah jika aku menerima cinta Agha kecuali statusku saat ini.
Advertisement
Baca Juga
Aku, Chandara Ayura, sedang berpacaran dengan Madhava Nanda (Madha). Hubungan kami berjalan tiga tahun lamanya. Relatif mulus meski beberapa kali diwarnai cekcok kecil.
Kencan di Sekitar Lokasi Syuting
Kali pertama aku mengenal Madha pada Maret 2014. Saat itu aku masih pendatang baru, melempar single perdana “Berbagi Hati.” Madha jadi model video klipku. Setelah itu aku menjalankan promosi single selama sembilan bulan. Apes, lagu ini tak kunjung menaikkan pamorku. Sementara Madha malah dapat kesempatan syuting film religi Di Wajahmu Kulihat Surga.
Sekali rilis single dan flop di pasar membuatku trauma. Akhirnya kupilih jalan baru yakni main sinetron harian alia stripping, Seindah Melati, persis di awal 2015. Kupikir dengan jadi pemeran pendukung syuting bisa lebih longgar. Ternyata sama saja, Senin sampai Sabtu.
Madha yang telah selesai syuting sering menjengukku. Saat itulah aku sadar, Madha serius denganku. Ia lebih banyak mengalah. Rela kencan di sekitar lokasi syuting sinetron mengingat tak mungkin kuminta izin meninggalkan lokasi syuting sejenak buat pacaran.
Advertisement
Aku Beruntung Mendapat Madha
Banyak orang bilang aku beruntung mendapat Madha. Begitulah. Seindah Melati berakhir di episode ke-420. Sebulan kemudian aku diminta bersiap untuk syuting sinetron baru. Kali ini tentang kisah cinta anak SMA, Menanti Pelangi. Di sinilah aku bertemu Agha Narendra. Kali pertama bertemu, biasa saja. Aku jadi pemeran utama bersama Rendo Parama.
Kami berdua syuting bersama tim satu. Agha kala itu pemeran pendukung yang lebih banyak berinteraksi dengan Drisana Kamala. Menanti Pelangi tak sesukses Seindah Melati.
Hanya 200-an episode lalu dibungkus alias tamat. Berikutnya, Agha menjadi pemeran utama bersamaku di sinetron Kembali ke Hati. Bekerja satu tim, setiap hari bertemu, membuatku mengenal Agha lebih dalam.
Agha Bad Boy tapi...
Kata orang Agha itu bad boy, tapi sayang orang tua. Apalagi mamanya. Saat aku sibuk dengan Kembali ke Hati, Madha dapat proyek layar lebar Cinta dan Khianat yang mengharuskannya syuting ke Labuan Bajo, Sidney (Australia), dan Los Angeles, AS selama 3 bulan usai Lebaran 2018.
“Tumben, tuan muda enggak pernah sidak ke lokasi syuting lagi. Lagi berantem?” tanya Agha saat break salat magrib di lokasi syuting.
“Apaan, sih, Agha? Madha syuting di Sidney. Aktor hit gitu, lho,” jawabku sambil membersihkan lipstik merah di bibir.
“Kalau cuma aktor hit, di negara ini enggak cuma Madha. Gue juga hit. Cuma bedanya gue hit di layar kaca dan setiap hari bareng lo. Kalau Madha di layar lebar, belum tentu seminggu sekali fisiknya hadir buat lo.”
“Dia ada terus kali. Lo aja yang enggak bisa lihat.”
Advertisement
Ada Celah Untuk Merayu
“Kalau sekarang lo lagi capai dan butuh pelukan, siapa yang bisa ngasih, gue atau Madha?” tanya Agha.
Mulai lagi, deh si bad boy ini melancarkan serangan. Aku paling malas menanggapi, tapi Agha belakangan makin agresif.
“Terus Cahya mau dikemanain?” aku tanya balik.
“Makanya update dong di akun bibirjulid. Gue sudah putus dari sejak akhir tahun kemarin. Lo terlalu banyak kerja, jarang pacaran, dan pantau akun gosip, sih. Eh habis ini scene Raga nembak Nurani. Enggak sekalian dilanjut ke belakang kamera, nih?”
Yang kayak begini, nih yang bikin ketar-ketir. Agha selalu punya celah untuk melancarkan rayuan. Di Kembali ke Hati, Agha memerankan Raga dan aku sebagai Nurani. Setelah putus karena fitnah ibu tiri, Nurani dan Raga memutuskan untuk memulai hubungan dari awal. Adegan kayak gini pun bisa dijadikan Agha senjata untuk menggoda.
Ia Meremas Tanganku
Ini bukan kali pertama Agha merayu. Sebelumnya sudah dua kali. Usai salat magrib dan makan malam, aku dan Agha latihan menyatakan cinta dengan latar kantin kampus. Belum-belum Agha menggandeng tanganku.
Sesekali ia meremas tanganku perlahan.
“Biasa aja, dong. Enggak usah deg-degan,” lagi-lagi Agha menggoda.
“Najis, siapa juga yang deg-degan,” aku menyahut.
“Cewek tuh begitu, ya. Bibir bilang apa, mata ngomong apa, lain lagi sama kelakuan tangannya.”
“Agha lo bisa enggak fokus aja ke adegan ini. Kita masih ada lima scene lagi, lho.”
“Sadar enggak, sih tangan lo gemetaran dari tadi? Baru diremas pelan tangannya sudah nervous, apa kabar kalau gue remas hati lo.”
Advertisement
Keluar Keringat Dingin
Aku pura-pura tak mendengar. Saat itu aku sadar, tanganku memang gemetar dan bahkan keluar keringat dingin. Adegan demi adegan kami eksekusi dengan cepat. Seluruhnya di set kantin kampus.
Jelang jam 12 malam aku pulang ke rumah. Saat itu, Agha menawariku pulang bareng. Aku ingat betul, malam itu Agha mengenakan kaus hitam polos, jaket kulit warna cokelat, celana jin hitam belel, dan sneakers Adidas Parley dari Pharrell Williams. Keren.
Supirku, Kang Manu, kuminta pulang jam 7 malam tadi karena suhu badannya meninggi.
Semesta Mendukung
“Enggak usah mikir yang aneh-aneh. Enggak bakalan gue bawa lo ke hutan atau kebon. Lagian driver lo panas tinggi. Curiga tifus. Besok enggak mungkin Kang Manu antar kamu syuting ke Bintaro. Madha masih di Los Angeles. Manajer lo cuti bersalin. Semesta mendukung gue jemput lo besok pagi jam 8. Bukan begitu, Chanda?” Agha menawariku.
“Ada nyokap, kok,” aku berkelit.
“Ya kita lihat saja, apa benar nyokap lo besok sudah balik dari seminar kanker payudara di Denpasar.”
“Dari mana lo tahu?” aku terkejut.
Advertisement
Mulai Dapat Tempat di Hati
“Bukannya dua hari yang lalu lo cerita ke gue telat syuting karena antar nyokap penerbangan pagi ke Cengkareng?”
“Ah, ngaco! Gue cerita soal nyokap cuma sama Madha, kali.”
“Madha apa Agha? Beda tipis, lo. Atau jangan-jangan lo cerita ke gue dan Madha. Itu artinya, gue mulai dapat tempat di hati lo, dong?”
“Iya di gudang!” jawabku sewot.
“Enggak apa-apa di gudang dulu, habis itu teras terus ke ruang tamu hati lo.”
“Udah, deh Agha. Fokus nyetir aja kenapa, sih?”
(Bersambung)
(Anjali L.)
Disclaimer:
Kisah dalam cerita ini adalah milik penulis. Jika ada kesamaan jalan cerita, tokoh dan tempat kejadian itu hanya kebetulan. Seluruh karya ini dilindungi oleh hak cipta di bawah publikasi Liputan6.com.