Kata Mendiang Sapardi Djoko Damono soal Makna Ingin Mencintai dengan Sederhana

Sapardi Djoko Damono pernah mengatakan tak perlu waktu lama untuknya menulis puisi Aku Ingin.

oleh Ratnaning Asih diperbarui 29 Des 2020, 15:35 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2020, 16:00 WIB
[Bintang] Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono pernah mengatakan tak perlu waktu lama untuknya menulis puisi Aku Ingin. (Nurwahyunan/bintang.com)

Liputan6.com, Jakarta Siapa yang tak mengenal larik demi larik puisi "Aku Ingin" dari mendiang Sapardi Djoko Damono?

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu..."

Kata-kata puitis ini tercantum dalam kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono bertajuk Hujan Bulan Juni yang terbit tahun 1994. Tapi bukan berarti penikmatnya hanya mereka yang besar di era 90-an. Gen Z pun ikut terhanyut dengan kalimat puitis Sapardi Djoko Damono ini.

Saat tampil sebagai salah satu pembicara dalam sebuah program di ASEAN Literary Festival 2016, penyair kelahiran tahun 1940 tersebut sempat menceritakan makna di balik kalimat "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana."

Seperti apa?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Banyak Interpretasi

[Bintang] Sapardi Djoko Damono
Preskon film Hujan Bulan Juni (Nurwahyunan/bintang.com)

Kala itu, dalam sesi bincang-bincang bersama Joko Pinurbo dan Sapardi Djoko Damono, Najwa Shihab yang berperan sebagai moderator sempat bertanya soal ini.

"Saya tanya kepada penciptanya. 'Mencintaimu dengan sederhana. Adakah maksud lain ketika menuliskan itu, Pak Sapardi? Ada banyak sekali interpretasi orang terhadap kalimat terkenal itu," tanya Najwa. 

Momen ini terlihat dalam unggahan bertajuk "A Rare Conservation: Sapardi Djoko Darmono -Joko Pinurbo" di akun YouTube Asean Literary Festival yang dibagikan pada 2016 silam.


Interpretasi Masing-Masing

[Bintang] Sapardi Djoko Damono di Hujan Bulan Juni
Sapardi Djoko Damono(Nurwahyunan/Bintang.com)

Sapardi ketika itu menjawab, memang sudah seharusnya puisi dihidupkan oleh interpretasi masing-masing pembacanya.

"Ya tentu memang puisi itu hidup lewat interpretasi masing-masing. Kalau cuma satu ya sudah, sekali bisa habis," jawabnya.

 


Api, Kayu, Abu

Sapardi Djoko Damono
Penyair Sapardi Djoko Damono. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Ia mengatakan simbolisasi abu, kayu, dan api membuat banyak orang berpikir. "Sebelum sempat menyampaikan cintanya, sudah jadi abu. Jadi enggak sampai," kata Sapardi Djoko Damono.

"Loh jadi enggak sampai? Ternyata cinta tak sampai loh ini," sambar Najwa Shihab.

Sapardi Djoko Damono langsung membalas, "Bukan, cinta beneran, itu cinta beneran."

 


15 Menit

Saat ditanya mengenai proses pembuatan puisi "Aku Ingin", Sapardi menyebut tak perlu waktu lama, bahkan sampai seharian seperti yang semula dikira Najwa.

"Kok ya satu hari, berapa menit itu. (Sekitar) 15 menit," tuturnya, disambut tepuk tangan hadirin. Ia menambahkan, bahwa puisi tersebut ia buat lewat tulisan tangan.

 


Penurunan Fungsi Organ

Seperti diberitakan sebelumnya, Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada hari ini, Minggu (19/7/2020). Ia mendapat perawatan intensif di Eka Hospital BSD Tangsel sejak 9 Juli 2020 lalu.

Dari keterangan pihak keluarga, sang penyair meninggal dunia karena penurunan fungsi organ. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya