Liputan6.com, Jakarta Menikah dengan Demian Aditya di Jakarta pada 24 Mei 2014, Sara Wijayanto kini bahagia. Kariernya menanjak. Ia membintangi sejumlah film horor laris dan meroket lewat program Diary Misteri Sara.
Acara ini mengudara di kanal YouTube Sara Wijayanto yang dilanggani 6,3 juta orang lebih. Dalam acara itu, Demian Aditya menjabat sutradara, produser, sekaligus kameraman.
Advertisement
Baca Juga
Menahun berinteraksi intens dengan Sara Wijayanto yang punya indra keenam, Demian Aditya mulai peka terhadap penampakan maupun eksistensi makhluk halus. Mata batinnya pun pernah dibuka Sara Wijayanto.
Berdasarkan Pengalaman Spiritual
Pasangan ini mendefinisikan setan dan hantu. Berdasarkan sejumlah pengalaman spiritual yang mereka rasakan, Sara Wijayanto dan Demian Aditya sepakat menyebut setan beda dengan hantu.
Ini disampaikan Sara Wijayanto dan Demian Aditya dalam video “Demian Menyesal takabur Ingin Melihat, Didatangi Sosok Ini” yang mengudara di kanal YouTube Melaney Ricardo, Rabu (23/9/2020).
Advertisement
Salahkan Sosok Lain
“Setan itu sifat buruk yang ada di dalam manusia,” terang Demian Aditya. “Ada di mana setan? Kalau setiap hari kita ngaca di situ ada setan,” Sara Wijayanto menambahkan.
Lebih lanjut Demian Aditya menjelaskan, “Cuma terkadang manusia tidak mau mengakui akhirnya menyalahkan sosok lain.” “Ada memang setan diturunkan untuk mengganggu manusia,” timpal sang istri.
Inhuman Spirits Adalah...
Beda masyarakat dan budaya, beda pula cara mendefinisikan hantu maupun setan. Sara Wijayanto menjelaskan, masyarakat di Amerika misalnya, percaya human spirits dan inhuman spirits.
Inhuman spirits adalah mereka yang diturunkan ke bumi untuk mengganggu manusia yaitu demon. Human spirits yakni mereka yang pernah menjadi manusia, meninggal, lalu menjadi makhluk tak kasat mata.
Advertisement
Pertama Kali Melihat Hantu
Sara Wijayanto mengakui, bisa melihat makhluk halus bukan bakat yang langsung diterimanya. “Pertama kali melihat umur delapan tahun tapi itu semua datang dan pergi kayak kadang melihat kadang enggak,” ia bercerita.
Sempat ingin mendalami tapi tidak kuat, pada usia 30-an akhirnya Sara Wijayanto melakukan penerimaan diri. “Ini bagian dari hidupku. Aku berusaha menerima ini dengan ikhlas siapa tahu aku bisa gunakan untuk membantu orang. Bukan buat praktik ya,” pungkasnya.