Liputan6.com, Jakarta Setelah mengunggah surat terbuka untuk Jokowi di medsos, Jumat (5/3/2021), dan mendatangi Istana Negara, insan film termasuk Dian Sastrowardoyo menggelar audiensi bersama Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto di Jakarta, Jumat (19/3/2021).
Selain Dian Sastrowardoyo, sejumlah insan film yang hadir dalam audiensi itu yakni Mira Lesmana, Joko Anwar, hingga jaringan bioskop yang diwakili Dewinta Hutagaol dari Cinema XXI.
Advertisement
Baca Juga
Dalam kesempatan itu, Dian Sastrowardoyo menyinggung masa keemasan yang dicapai film Indonesia setelah Presiden Jokowi mengangkat industri layar lebar dari daftar negatif investasi pada 2016.
Daftar Negatif Investasi
“Sejak diangkatnya perfilman dari daftar negatif investasi tahun 2016, kita bisa melihat langsung ada pertumbuhan yang sangat signifikan dalam industri film. Akhirnya, sekarang kita tumbuh menjadi sepuluh besar dari industri film terbesar,” Dian mengingatkan.
“Ini merupakan prestasi yang perlu kita garis bawahi karena tumbuh secara organik. Maksudnya belum banyak campur tangan pemerintah selain dicabutnya film dari daftar negatif investasi,” bintang film Pasir Berbisik dan Ada Apa Dengan Cinta? menyambung.
Advertisement
Masa Keemasan Film Indonesia
Diangkatnya film dari daftar negatif investasi menjadi titik balik film Indonesia. Pasalnya, untuk kali pertama dalam sejarah, ada film Indonesia yang tembus 6 juta penonton. Selain itu, ada puluhan film Indonesia yang sukses berkiprah di luar negeri.
“Kita langsung melihat masa keemasan perfilman Indonesia, Pak. Ada 34 film Indonesia yang mengibarkan bendera Merah Putih di kancah perfilman internasional, masuk festival film internasional seperti Cannes, Sundance, dan berbagai festival lain,” katanya.
Respons Sang Menteri
“Market (film) kita nilainya sudah 500 juta dolar AS, makanya kita jadi sepuluh besar pasar film dunia. Jadi menurut saya kita perlu mengingat hal ini jangan sampai (pencapaian) ini tidak terulang lagi,” Dian mengimbau.
Airlangga Hartarto merespons penjelasan sang aktris. Film sebagai bagian dari ekonomi kreatif memiliki nilai lebih. Karenanya, pemerintah akan berbuat lebih secepatnya untuk menyelamatkan industri layar lebar yang limbung akibat pandemi Covid-19 sejak Maret 2020.
Advertisement
Jaga Kuota Film Indonesia
“Saya mengapresiasi bahwa (film Indonesia) ini market besar. Tentu ini nilai tambah besar karena ini (ekonomi) kreatif,” jawab Airlangga seraya menyebut, film Indonesia harus tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri setelah pandemi berakhir.
“(Selama pandemi) ini ada kesempatan film nasional untuk mengisi jaringan bioskop Indonesia. Tapi ada catatan juga, setelah kondisi normal, film kita disedikitin lagi, kuotanya mesti dijaga juga,” ia mengakhiri.