Life is Good, Ketika Green Dolphin Street Bicara tentang Kemanusiaan

Musik bisa berbicara banyak hal termasuk soal kemanusiaan.

oleh Huyogo Simbolon diperbarui 14 Jun 2021, 15:40 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2021, 15:40 WIB
Album Lif Is Good Green Dolphin Street
Album Lif Is Good Green Dolphin Street. (Foto: Instagram @st_greendolphinstreet)

Liputan6.com, Bandung Musik bisa berbicara banyak hal termasuk soal kemanusiaan. Bicara soal misi kemanusiaan, kolektif musik asal Kota Bandung, Green Dolphine Street menjadikan album musik mereka untuk bisa merealisasikan itu.

Dengan nada blues funk nan progressive, Green Dolphin Street menyajikan musik yang punya nilai lebih, baik itu secara penulisan lirik, ataupun cara mereka meramu album yang diberi judul "Life is Good".

Band indie beraliran rock dan blues ini mengetengahkan lirik-lirik yang mengandung pesan-pesan kemanusiaan, seperti pesan untuk jangan menyerah, mencintai hidup dan lain sebagainya.

Tak hanya lirik yang kuat, 3 dari 10 trek album "Life Is Good" di antaranya adalah instrumental yang menurut mereka akan penuh dengan kejutan jika didengar secara seksama.

"Di album inilah semua tertuang yang tidak berani aku ungkapkan secara lisan. Aku, kalau misalnya bicara soal bisnis, cinta, politik selalu lantang ngomong. Tapi untuk urusan kemanusiaan ini aku enggak berani ngomong, cuma di album ini aja aku berani," kata gitaris dan vokal Green Street Dolphin Dave Manullang kepada Liputan6.com, Minggu (13/6/2021).

Album "Life is Good" memang sudah lama dirilis sejak September 2019. Dua personel Green Dolpin Street, Dave Manullang dan Yosi Herdian menyajikan musik yang punya nilai lebih. Baik itu secara penulisan lirik, ataupun cara mereka meramu musik yang bisa ‘berbicara’ meski hanya lewat nada.

Dari segi teknik dan lirik yang kuat juga menjadi faktor lain bahwa album perdana bertajuk "Life Is Good" dari Green Dolphin Street ini cukup bisa diperhitungkan di ranah musik tanah air.

"Life is Good bermuatan tentang apa yang kau percaya tentang benar dan salah, tentang bagaimana melihat Tuhan. Semua kutulis lewat lagu. Liriknya aku yang bikin sendiri, sementara Yosi banyak bantuin musik," tutur Dave. 

"Life is Good" yang terdiri dari 10 trek, di dalamnya adalah perpaduan  antara  blues, rock, funk, progressive yang menjadi ciri khas dari band ini.

Menariknya, sebelum melakukan rilis album ini, mereka melakukan hal yang unik dengan melakukan tur terlebih dahulu. Berbeda dibandingkan band pada umumnya, di mana biasanya banyak band melakukan tur setelah album mereka dirilis.

Dalam perhelatan tur album pun, mereka menyambangi beberapa kota besar di Indonesia, dari mulai Surabaya, Jakarta, Jogja, hingga Bali. Sayangnya, pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal 2020 lalu membuat tur terhenti.

"Seingatku habis beres album September 2019, manggung pertama kali di Surabaya di November, Jakarta awal Desember. Di Bandung ada tiga gigs, antara Februari-Maret awal. Harusnya Juni ke Yogyakarta. Lalu dilanjutkan ke Malang, Bali baru terakhir di Brisbane Australia," ujar Dave.

 

 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini

Amang, Suara Hati Terpendam Anak Kepada Ayah

Dave Manullang
Dave Manullang. (Foto: Instagram @st_greendolphinstreet)

Salah satu yang membedakan judul lagu dalam album "Life is Good" sendiri ada pada "Amang". Dave, pria berdarah Batak dengan tegar menyisipkan lagu yang dipersembahkan untuk almarhum orang tuanya.

"Lagu Amang ini merupakan lagu Instrumental. Sepanjang lagu diiringi gitar dan drum. Tadinya ada lirik lagu yang isinya ucapan penyesalan ke bapaku. Aku bikin lagunya setengah tahun setelah bapakku meninggal. Salah satu penyesalan kepada bapakku adalah beliau enggak keburu lihat aku wisuda," ungkap Dave.

Dalam lagu ini, Dave sengaja tidak menambahkan instrumen musik Batak. Namun dia berharap, lagu ini bisa mewakili bahwa sejatinya dia adalah orang Batak.

"Dia satu-satunya judul lagu yang berbahasa Batak. Aku enggak mau sok-sokan masukin tradisional dan tetap ngalir seperti biasanya saja," ucap Dave.

"Life is Good" hanya dibuat 500 keping CD. Dave mengaku hanya ingin memproduksi album tersebut secara eksklusif.  "Jadi memang semacam privilege yang punya album fisik," ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya