Selain Nirvana, 5 Band Ini Punya Desain Cover Album yang memorable dan Ikonik!

Liputan6.com, Jakarta Pernah nggak kamu lihat cover album dari sebuah band yang amat menarik sekaligus ikonik? Atau kamu memiliki satu di antara sebagian album band yang ikonik tersebut? Sebagian dari cover album band itu memiliki desain yang sangat memorable, sampai sekarang. Bahkan, bisa disejajarkan dengan karya dari pop-culture yang sedang berkembang.

Nah, ada beberapa band yang memiliki desain yang sangat ikonik dan memorbale sampai sekarang loh. Biasanya, desain tersebut dijadikan cover album band tersebut. Band apa aja sih yang punya desain cover album itu? Yuk, kita cari tahu!

Gambar pisang ini merupakan yang paling populer sepanjang masa. Bahkan untuk mereka yang nggak suka musik, paling nggak pernah lihat gambar pisang yang satu ini ya. Gambar pisang ini tentu saja merupakan hasil karya sang seniman ternama Andy Warhol yang pada saat itu juga menjadi manajer The Velvet Underground. Andy Warhol yang dikenal sebagai pop-art ini merupakan sosok yang membuat cover album di sampul perdana band The Velvet Underground.

Siapa yang nggak pernah lihat desain ini? Yup, sebuah dispersi sebagai desain cover album yang ikonik milik Pink Floyd ini awalnya dibuat oleh seorang desainer Inggris, Thorgerson bersama Hipgnosis. Ia terinspirasi dari peristiwa penguraian cahaya polikromatik menjadi cahaya-cahaya monokromatik pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan dari hukum fisika.

Secara khusus, George Hardie, yang juga anggota dari Hipgnosis, menggambar ilustrasinya. Desainnya telah menjadi logo khas Pink Floyd, karena secara halus bersinggungan dengan penataan cahaya pada konser Pink Floyd yang spektakuler dan sangat terkenal. Sampai sekarang, desain ikonik ini masih bisa kita lihat dan bahkan kita miliki ya kan?

Unknown Pleasures adalah album debut dari band post-punk legendaris Joy Division. Apa yang sering kamu lihat tercetak di atas kaos  band ini sebetulnya adalah desain untuk sampul album Unknown Pleasures yang dirilis pada tahun 1979.

Gambar ini merupakan diagram dari rangkaian gelombang berwarna putih yang ditumpuk, dengan latar belakang hitam dengan posisi di tengah, seolah-olah berada dalam kotak yang statis. Citra gelombang tersebut, merupakan visualisasi data yang menunjukkan rangkaian periode frekuensi radio.

Siapa sangka, lebih dari 40 tahun sejak dibuat, hasil karya ini menjadi sesuatu yang sangat ikonik dan menjadi bagian penting dari kultur pop. Hingga saat ini, setiap kali kita mengunjungi festival musik pasti akan ada orang yang pakai kaos dengan desain cover dari album Unknown Pleasures, walau nggak tahu sejarah bandnya seperti apa.

Album keenam dari Sonic Youth yang diberi tajuk 'Goo' ini dirilis pada Juni 1990. Desain sampul album Goo dikerjakan oleh seniman Arizona, Raymond Pettibon, saudara dari pentolan dan gitaris Black Flag Greg Ginn.

Sebagai pengagum gaya tinta India Pettibon, ia mendesain album 'Goo' ini. Dibandingkan dengan karya Pettibon sebelumnya yang menampilkan grafis berisi kekerasan, desain sampul album 'Goo' relatif lebih sopan.

Kekerasan masih ada, namun hanya berbentuk tekstual. Tiga kalimat yang tertulis menciptakan narasi yang menarik untuk dua sosok hitam dan putih tanpa nama.

Sebuah opus yang dirilis oleh The Smashing Pumpkins pada tahun 1995 menggambarkan Mellon Collie, seorang gadis yang nggak pernah benar-benar ada. Ia hanya imajiansi dari bidadari bintang yang melamun dengan kepribadian ganda.

Penciptanya adalah John Craig, seorang ilustrator dari Pittsburgh yang tinggal di Wisconsin saat dia mulai berkomunikasi dengan vokalis Billy Corgan. Mereka membicarakan tentang elemen visual apa yang dapat menghidupkan Melon Collie.

John Craig merupakan seniman kolase yang telah menghabiskan sebagian besar karirnya melakukan komisi editorial sebuah majalah. Craig membuat gambar pada cover album The Smashing Pumpkins sangat sederhana dan mengesankan.

Gimana, kamu udah punya salah satu desain yang ikonik itu? Apa ada ancang-ancang untuk memilikinya dalam waktu dekat? Tapi yang pasti, dengerin juga ya lagu-lagunya, jangan hanya beli aja!

(*)