Liputan6.com, Jakarta Film Para Betina Pengikut Iblis yang diproduksi Falcon Black adalah karya sutradara Rako Prijanto. Hanggini, Sara Fajira, dan Mawar de Jongh dipercaya sebagai pemeran utama.
Para Betina Pengikut Iblis dijadwalkan meneror bioskop mulai 16 Februari 2023. Idenya didapat ketika beberapa bulan lalu Rako Prijanto dilarikan ke rumah sakit dan dirawat intens.
Di kamar rumah sakit, sutradara film Bayi Ajaib melihat makhluk tak kasat mata. Saat itulah, Rako Prijanto mencoba mengingat ayat-ayat suci Al-Qur’an untuk membentengi diri.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Rako Prijanto Gandeng Mawar De Jongh dan Adipati Dolken di Film Para Betina Pengikut Iblis, Trailernya Seram
Resensi Film Bayi Ajaib: Rako Prijanto Mempersegar Versi Klasik dengan Perbedaan di Sejumlah Titik
Sosok Hantu Bayi Ajaib Muncul di Istana Negara hingga Gedung DPR, Poster Fan Art-nya Heboh di Medsos
Laporan khas Showbiz Liputan6.com kali ini merangkum 6 fakta menarik dari balik layar Para Betina Pengikut Iblis yang juga diperkuat Adipati Dolken. Berani uji nyali di bioskop?
1. “Sesuatu” di Rumah Sakit
“Jujur sebenarnya inspirasinya datang ketika saya sakit, di rawat di rumah sakit, saya enggak tahu seingat saya sih tidak dikasih obat penenang apapun. Tapi saya kayak melihat sesuatu,” kata Rako Prijanto.
Semula ia mengira itu halusinasi efek obat penenang dari dokter. Sadar bahwa ia tak berada di bawah pengaruh obat medis, Rako Prijanto mengembalikan penampakan di rumah sakit itu ke ajaran agama.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
2. 3 Surat Al-Qur’an
Film Para Betina Pengikut Iblis didasari tiga surat dalam Al-Qur’an yakni Al Anas, Al Imran, dan Al Humazah. Dari Al Anas, Rako Prijanto belajar bahwa kita harus melindungi diri dari bisikan setan dan kroni-kroninya.
“Al Imran ayat 7 tentang kesabaran, ketaatan, kebenaran, melakukan infak, zakat, serta salat malam mohon pengampunan. Al Humazah tentang jika suka mencela orang, ada penyakit iri hati dalam diri kita. Nanti membuat kita disiksa di tiang neraka,” urainya.
3. 3 Subgenre Horor
Rako Prijanto mengklaim, Para Betina Pengikut Iblis nantinya menjadi paket lengkap horor yang menampilkan tiga subgenre. Diharapkan setelah menonton, para pencinta horor pulang dengan hati puas.
“Ada slasher, itu bisa dibilang kayak genre bacok-bacokan (hingga berdarah-darah). Lalu, ada spiritual horor tentu saja ada setan dan segala macamnya. Kemudian ada creature,” Rako Prijanto menerangkan.
Advertisement
4. 40 Hari di Bogor
“Syutingnya sih 40 hari sebenarnya. Tempatnya enggak jauh-jauh, di Parung, Jonggol, Bogor. Karena memang setting-nya Indonesia pada tahun 1950 dan 1960-an,” beri tahu Rako Prijanto.
Menilik kebutuhan cerita, tim Rako Prijanto mencari lokasi dengan visual yang identik dengan citra kawasan tertinggal. Di sanalah, kisah Sumi (Mawar de Jongh) dan Sari (Hanggini) digulirkan.
5. 3 Budaya
Terkait desain produksi, Rako Prijanto menyebut tempat, waktu, dan budaya yang muncul dalam visual Para Betina Pengikut Iblis menggabungkan banyak elemen. Karenanya tak perlu dipermasalahkan.
“Peristiwa dalam film terjadi di tempat, waktu, dan budaya yang menurut saya enggak perlu di-underline-in. Karena ini nyampur banget antara budaya Jawa (dari aspek desain produksi), Bali dan Jawa Barat, Jawa Tengah,” ia membocorkan.
Advertisement
6. Kontroversi Betina
Kata betina memantik kontroversi di jagat maya. Pasalnya, merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, betina bermakna perempuan, dan biasanya dipakai untuk konteks binatang atau benda. Rako Prijanto punya alasan sendiri menggunakan kata betina sebagai judul.
“Saya enggak tega menggunakan kata perempuan menjadi pengikut iblis. Karena menurut saya perempuan itu harus kita sayangi, hormati, punya rasa humanis yang tinggi, berakhlak baik dan tidak dipengaruhi iblis. Kenapa betina, karena itu,” ungkapnya.