Jepang Mengalami Krisis Populasi, Gaji Generasi Muda Bakal Dinaikkan oleh Pemerintah

Pihak pemerintah Jepang kini tengah berusaha untuk meningkatkan pendapatan alias naik gaji bagi para generasi muda di Jepang akibat dari krisis populasi atau resesi seks.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 05 Apr 2023, 16:44 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2023, 15:37 WIB
Kota Padat Penduduk, Pemerintah Jepang Siap Bayar Tiap Keluarga Agar Hengkang dari Tokyo
Setiap tahun, angka populasi di Jepang selalu mengalami penyusutan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Jepang, negara yang dikenal dengan kulturnya yang menarik sekaligus unik, kini tengah mengalami krisis populasi yang sangat signifikan. Angka kelahiran di Jepang saat ini, sedang menurun sangat drastis. Pada 2022 saja, jumlah kelahiran di Jepang berada di bawah angka 800 ribu.

Fenomena yang juga dikenal dengan resesi seks ini langsung membuat pihak pemerintah Jepang memutar otak dengan sangat keras. Hingga akhirnya, Menteri Kebijakan Anak Jepang, Masanobu Ogura, muncul ke muka publik untuk memberikan solusi atas krisis populasi ini.

Disampaikan dalam jumpa pers, pihak pemerintah Jepang kini tengah berusaha untuk meningkatkan pendapatan alias naik gaji bagi para generasi muda di Jepang. Selain itu, menurut pemerintah, struktur sosial Jepang harus diubah, yakni ketika seorang wanita terpaksa merawat anak hingga meninggalkan karier.

"Bisa dilihat, angka kelahiran di Jepang sudah menurun sangat cepat sejak awal tahun 2000-an. Seandainya hal ini terus berlanjut, generasi muda akan berkurang pada tahun 2030-an dengan tingkatan dua kali lebih cepat," ujar Menteri Kebijakan Anak Jepang, Masanobu Ogura, kami lansir dari kanal YouTube Liputan6, Rabu (5/4/2023).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kesempatan Terakhir Menangani Krisis Populasi Jepang pada Tahun 2030

Kanazawa
Kanazawa, kota di Jepang dengan populasi penduduk setengah juta jiwa ini dikenal sebagai kota dengan intensitas hujan cukup tinggi. Maka jangan heran bila anda berwisata ke kota ini begitu banyak orang-orang berjalan membawa payung. (Andry Haryanto/Liputan6.com)

Menurut sang menteri, pihak pemerintah akan menggenjot cara agar populasi di Jepang tak lebih rendah dari tahun lalu. Sejumlah strategi pun telah disiapkan, termasuk meliputi ranah pekerjaan.

"Enam hingga tujuh tahun terakhir sampai pada tahun 2030-an, merupakan kesempatan terakhir untuk mencoba mencegah penurunan angka kelahiran. Karena itulah kami akan berusaha keras untuk mematangkan rencana dukungan pengasuhan anak dan perencanaan keluarga dalam tiga tahun ke depan," ujar Masanobu Ogura.

"Masalah orang yang tak menikah, sebelumya sudah didiskusikan. Selain itu, ada pula data yang menunjukkan bahwa pekerja kontrak memiliki angka tidak menikah lebih tinggi dari pekerja tetap," sambungnya.

 


Solusi Menaikkan Gaji Generasi Muda Jepang demi Naiknya Angka Kelahiran

Potret Aktivitas Warga Shibuya Tokyo
Dua wanita berjalan di sebuah gang di lingkungan Shibuya di Tokyo, Jepang (23/5/2019). Pada tahun 2008, distrik kota ini mempunyai populasi sekitar 208.371 jiwa dan kepadatan penduduk 13.337,13 orang per km². (AFP Photo/Behrouz Mehri)

Setelah itu, Masanobu Ogura pun menyatakan bahwa salah satu solusi yang paling memungkinkan untuk dilakukan oleh pemerintah Jepang adalah dengan meningkatkan gaji para generasi muda.

"Maka dari itu, inti dari penanggulangan terhadap penurunan angka kelahiran adalah dengan terus meningkatkan pendapatan para generasi muda," ungkap Masanobu Ogura menyampaikan.

 


Permasalahan dengan Perempuan di Jepang Saat Memiliki Anak

Selanjutnya, dibeberkan mengenai salah satu permasalahan yang cukup pelik dalam hal krisis populasi di Jepang akhir-akhir ini hingga membuat pemerintah terpaksa menaikkan gaji para generasi muda.

"Seiring meningkatnya jumlah keluarga berpenghasilan ganda, timbul juga masalah, yakni meski kedua orangtua bekerja, mereka tidak serta merta bisa merawat anak," terang Masanobu Ogura menjabarkan salah satu masalah.

"Perempuan menghabiskan waktu 5,5 kali lebih banyak daripada laki-laki, ini adalah masalah besar. Hingga banyak perempuan terpaksa untuk meninggalkan karier mereka akibat beban mengasuh anak sangatlah berat," lanjutnya.

 


Perubahan Struktur Sosial di Jepang di Tiap Keluarga

Masanobu Ogura juga menekankan betapa pentingnya kerja sama pasangan yang telah menjadi orangtua agar bisa membesarkan anak bersama. Selain itu, struktur sosial pun menjadi salah satu hal yang diharapkan bisa mengalami perubahan.

"Karena itulah kita harus benar-benar menjadi masyarakat yang kedua orangtuanya dapat bekerja sambil membesarkan anak bersama," ujar Masanobu Ogura.

"Untuk itu sangatlah penting dalam mengubah struktur sosial dan kesadaran masyarakat, sehingga semua orang mendukung anak-anak dan generasi yang mengasuhnya," katanya.

Infografis Jepang Peringatkan Potensi Teror di Asia Tenggara. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jepang Peringatkan Potensi Teror di Asia Tenggara. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya