Pengamat Politik Menilai Ada Regenerasi di PAC PDIP Surabaya

Pengamat angkat bicara soal pemilihan ketua DPC PDIP Surabaya.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 08 Jul 2019, 17:15 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2019, 17:15 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Konferensi Cabang (Konfercab) PDIP Jatim (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Gejolak PDIP jelang Pemilihan Walikota (Pilwali) 2020, sudah terasa. Hal tersebut karena penggantian ketua DPC PDIP Surabaya, yang sebelumnya dijabat oleh Whisnu Sakti Buana, Wakil Wali Kota Surabaya digantikan oleh Adi Sutarwijono. 

Analis Politik Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam mengatakan, ada sejumlah pembacaan politik terhadap keputusan yang diteken langsung Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri tersebut.

Pertama adalah soal regenerasi, mengingat Whisnu sudah tiga periode atau 15 tahun berada di jajaran pimpinan PDIP Surabaya. Whisnu menjadi Sekretaris PDIP Surabaya selama lima tahun pada 2005-2010. Kemudian, Ketua DPC PDIP Kota Surabaya selama 10 tahun pada 2010-2020.

"Bacaan saya, Mas Whisnu mungkin dianggap sudah tiga kali, untuk regenerasi kepemimpinan," tutur Surokim, Senin (8/7/2019).

Pembacaan politik kedua adalah memberi ruang untuk fokus menghadapi Pilwali 2020. Keputusan Megawati itu dilakukan saat Pilwali kurang 15 bulan lagi. Rencananya, Pilwali Surabaya digelar September 2020.

"Bisa jadi DPP sedang memberikan kesempatan untuk Mas Whisnu biar fokus di persiapan Pilwali," ujar Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Trunojoyo Madura tersebut.

Pilwali Surabaya memang membutuhkan fokus khusus dari Whisnu, mengingat peta persaingan lebih kompetitif karena tak ada lagi figur sangat kuat seperti Tri Rismaharini.

Berdasarkan survei Surabaya Survey Centur (SSC) yang dirilis Januari 2019 lalu, nama Whisnu memang masih cukup kuat. Namun, masih jauh dari angka psikologis 50 persen. Data SSC menyebutkan, elektabilitas Whisnu Sakti 15,4 persen.

"Sehingga jalan yang paling elegan saat ini (adalah) menerima (keputusan Megawati) itu dengan legowo, lalu mencoba fokus persiapan Pilwali. Lebih baik jika Mas Whisnu legowo dan fokus pada persiapan Pilwali," ujar Surokim.

Surokim menegaskan, sifat politik memang selalu dinamis. "Dan tidak harus disertai dengan baper (bawa perasaan) yang berlebihan. Politisi harus tangguh, situasi faktualnya harus dibaca dengan jernih. Dan menurut saya sikap positif yang harus dijadikan respons Mas Whisnu untuk melihat situasi seperti sekarang ini," terangnya.

"Reaksi Mas Whisnu dan pendukungnya bisa kontrapraduktif. Dengan melawan DPP, peluang Mas Whisnu akan semakin kecil di DPP (untuk pencalonannya di Pilwali 2020)," ia menambahkan.

Dalam pembacaan Surokim, PDIP adalah partai dengan komando yang kuat. "Sejauh yang saya tahu, tipikal DPP (PDIP), semakin dilawan akan semakin susah," ujarnya.

Dengan tidak menolak keputusan Megawati, lanjut Surokim, itu sekaligus mengurangi tensi politik dan mengeliminasi faksi-faksi di PDIP Surabaya. Sehingga seluruh kekuatan partai berlambang banteng itu bisa fokus menatap Pilwali Surabaya 2020.

Sebelumnya, Konferensi Cabang (Konfercab) PDIP Jatim sempat ricuh di Surabaya pada Minggu 7 Juli kemarin. Seluruh pengurus anak cabang (PAC) PDIP Surabaya dari 31 kecamatan tidak menerima keputusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP). 

Seluruh PAC mengusulkan agar Whisnu Sakti Buana menjadi ketua DPC PDIP Surabaya. Namun, DPP PDIP tidak menerima usulan itu dan mengganti nama Whisnu menjadi Adi Sutarwijono. 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Sejumlah PAC PDIP Surabaya Menyatakan Patuhi Keputusan DPP

Sejumlah pengurus anak cabang (PAC) PDI Perjuangan di Surabaya, Jawa Timur menyatakan patuh terhadap keputusan DPP yang menunjuk ketua baru di tingkat DPC yaitu Adi Sutarwijono untuk menggantikan Whisnu Sakti Buana.

"Pasca konfercab (konferensi cabang), kami melakukan evaluasi dan merenung yang kesimpulannya setia dan patuh kepada keputusan Ibu Megawati Soekarnoputi,” tutur Ketua PAC PDIP Tenggilis Mejoyo, Sumardiyono, kepada wartawan di Surabaya, Jawa Timur, seperti dikutip dari laman Antara, Senin, 8 Juli 2019"

Sebelumnya, politikus Adi Sutarwijono yang akrab disapa Cak Awi dipercaya memimpin DPC PDIP Surabaya selama lima tahun ke depan, kemudian menunjuk Baktiono sebagai sekretaris dan bendahara dijabat oleh Taru Sasmito.

Keputusan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri disampaikan melalui konferensi pers cabang yang dihadiri dua ketua DPP PDIP yakni Nusyirwan Sudjono dan Ribka Tjiptaning pada Minggu, 7 Juli 2019.

Hal senada disampaikan Sekretaris PAC Tenggilis Mejoyo, Fernandes yang menyampaikan sepanjang sejarah, DPP tidak pernah mengubah sebuah keputusan. “Hemat kami, keputusan tentang ketua sekretaris, dan bendahara DPC PDIP Kota Surabaya sudah final dan tidak mungkin berubah,” ujar dia.

Sementara itu, Ketua PAC Gununganyar Kartiko juga menyatakan kesetiaan pada keputusan ketua umum, termasuk sesuai arahan Whisnu Sakti Buana sebelum konfercab ditutup, yaitu yakin terhadap keputusan DPP yang sudah final.

"Kami siap mendukung kepemimpinan dan di bawah ketua DPC baru, Adi Sutarwijono," ujar dia.

Sikap sama disampaikan ketua PAC Rungkut, Andhy Puryanto, yang memandang ada semangat regeneras di tubuh DPC dan pihaknya patuh kepada DPP.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya