Liputan6.com, Sidoarjo - Petani tambak yang ada di Sidoarjo, Jawa Timur mengaku terpaksa menggunakan tenaga mesin diesel untuk membantu memenuhi pasokan air ke dalam tambak, menyusul saat musim kemarau ini debit air sungai mengalami penyusutan.
Haji Kumaidi salah satu petani tambak di Buncitan, Sidoarjo mengaku harus mengeluarkan dana ekstra untuk menambah pasokan air ke dalam tambak mereka.
"Kalau dalam sebulan kami bisa mengeluarkan dana sekitar Rp700 ribu hanya untuk membeli solar diesel," ujar dia, dilansir Antara, Selasa (30/7/2019).
Advertisement
Ia menuturkan, kalau hanya mengandalkan debit air sungai, maka bisa dipastikan tambaknya pasti kekurangan air, karena ketinggian air sungai lebih rendah dibandingkan dengan tambak.
"Jadi tidak mungkin kalau tidak menggunakan diesel untuk membantu menambah pasokan air," lanjutnya.
Baca Juga
Terlebih lagi, kata dia saat ini kondisi air sungai juga tidak begitu bagus jika digunakan sebagai air baku pasokan air tambak. "Sebagai langkah antisipasi, kami juga tidak berani menebar benih udang, karena rentan terhadap penyakit jika dibandingkan dengan ikan bandeng," tambahnya.
Ia menyebutkan, kalau dipaksakan menggunakan air baku dari sungai, dikhawatirkan bisa gagal panen, terutama untuk petani tambak tradisional seperti saat ini di Sidoarjo.
"Kami berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, supaya petani tambak ini bisa mendapatkan pasokan air yang berkualitas untuk tambak kami," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Pemkab Sidoarjo Dukung Pengembangan Wilayah Pesisir Timur
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur mendukung pengembangan wilayah pesisir timur, terutama yang ada di Kecamatan Jabon yang belum bisa tergarap dengan baik.
Bupati Sidoarjo, Saiful Ilah mengatakan, potensi-potensi yang ada di desa-desa Kecamatan Jabon ini bisa terus dikembangkan.
"Terutama wilayah pesisir dan juga wisata lautnya," kata dia di sela pemberangkatan KKN Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) di Pendopo Kabupaten Sidoarjo, seperti dilansir Antara.
Dirinya juga mengapresiasi, terbitnya buku berjudul "Menguak Potensi Kecamatan Jabon" yang diterbitkan oleh Unusa.
"Semoga dengan adanya buku ini, potensi di seluruh desa kecamatan Jabon dapat tersebar luaskan di masyarakat umum," katanya.
Di Jabon, kata dia, terdapat wisata juara sungai Tlocor, dan juga pulau dari endapan luapan lumpur Sidoarjo yang ini bisa terus dikembangkan untuk penelitian ekosistem.
"Karena Kecamatan Jabon memiliki berbagai potensi untuk jadi destinasi wisata masyarakat umum," ucapnya.
Ia menuturkan, saat ini lahan pertanian dan perikanan yang ada di Kabupaten Sidoarjo sekitar 15 ribu hektare dan dari jumlah tersebut banyak pantai yang direklamasi untuk dijadikan tambak.
"Terutama pada saat dilihat dari udara, banyak pantai yang direklamasi untuk tambak, salah satunya tanaman bakaunya," kata dia.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong supaya dilakukan reklamasi dengan menanam bakau, supaya kondisi alam kembali terjaga.
"Tidak hanya itu, pengembangan Bandara Juanda jika ingin dibangun landasan pacunya juga harus melakukan reklamasi, itu yang bisa dilakukan. Selain itu, untuk wisata Sea World juga bisa dibangun di Sidoarjo," ujar dia.
Advertisement
Potensi Desa di Kecamatan Jabon
Sementara itu, Rektor Unusa, Achmad Jazidie, mengungkapkan, buku tersebut berisikan segala hal yang berkaitan dengan potensi desa-desa yang ada di Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo, mulai dari potensi investasi, pertanian, perikanan, kelautan, peternakan, budaya.
"Kami ingin memberikan bukti bahwa desa-desa yang ada di Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo kaya akan segalanya, baik hasil bumi, tradisi dan budaya masyarakat, hingga peluang investasi yang sangat menjanjikan. Bukti tersebut tidak hanya melalui brosur, majalah, tapi juga dalam bentuk buku," kata Jazidie.