5 Tradisi Surabaya yang Unik dan Menarik, Wajib Banget Dilestarikan

Kota Surabaya yang menyimpan segudang budaya dan tradisi yang hingga kini masih tetap bertahan.

oleh Dyah Mulyaningtyas diperbarui 13 Agu 2019, 14:05 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2019, 14:05 WIB
Tradisi Surabaya
Tradisi Surabaya

Liputan6.com, Jakarta Berbicara tentang tradisi adat dan budaya tentunya tidak ada habisnya. Sebab banyak sekali tradisi di dalam kehidupan masyarakat.

Seperti Kota Surabaya yang menyimpan segudang budaya dan tradisi yang sebenarnya hingga kini masih tetap bertahan. Kota Surabaya memang dikenal menjadi tempat bermukimnya berbagai suku dan etnis yang bisa hidup berdampingan dengan rukun.

Masing-masing pasti memiliki tradisi dan budaya yang tentu dapat memperkaya keberagaman di Surabaya. Hanya saja, beberapa tradisi budaya yang tergolong unik, mungkin mulai jarang disaksikan.

Padahal tradisi tersebut justru bisa menarik wisatawan untuk datang ke Kota Surabaya. Nah, berikut 5 tradisi Surabaya yang unik dan menarik telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (13/8/2019).

1. Larung Ari-Ari

Tradisi adat Surabaya Larung Ari-Ari merupakan upacara adat larung atau dikenal sebagai menghanyutkan ari-ari. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di pesisir Surabaya.

Tradisi ini dipercaya akan memberikan rezeki yang banyak untuk orang tua dan anak, karena melarung ari-ari bayi ke lautan.

Selain itu, tradisi ini diiringi dengan tembang Macapat Dhandang Gula. Saat dilarung, ari-ari bayi yang baru lahir akan dilepas bersamaan dengan bunga tujuh rupa, kendil, jarum, dan kain putih.

2. Sedekah Bumi

Tradisi Sedekah Bumi
Tradisi Sedekah Bumi (Sumber: Wikimedia)

Tradisi sedekah bumi biasanya dilakukan di kawasan Jawa Tengah. Namun, Surabaya juga punya tradisi ini.

Sedekah bumi merupakan wujud rasa syukur masyarakat di kawasan Sambikarep setelah menerima hasil bumi yang melimpah. Dengan adanya tradisi ini warga berharap akan diberi banyak limpahan rezeki dan dijauhkan dari bahaya.

Masyarakat yang melakukan tradisi ini biasanya akan membuat semacam tumpeng yang diisi dengan hasil bumi yang melimpah seperti buah dan juga sayur. Kemudian, tumpeng akan diperebutkan oleh banyak orang.

3. Temu Manten Pegon

Temu Manten Pagon merupakan pertemuan antara calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan. Namun, tradisi ini sudah jarang dilakukan oleh masyarakat karena biayanya yang cukup mahal.

Dalam tradisi Temu Manten Pegon, ritual dan pakaian yang digunakan begitu kental dengan unsur budaya Surabaya, Tionghoa, dan Arab. Kemudian akan dilanjutkan dengan arak-arakan yang biasanya bejalan sangat meriah bersama rombongan dan menjadi tontonan warga setempat.

4. Gulat Okol

Gulat Okol,
Gulat Ongkol

Gulat Okol adalah tradisi pertunjukan yang menampilkan permainan gulat antar dua oramg di atas tumpukan jerami. Namun, saat ini gulat dilakukan di atas panggung yang beralaskan karung goni.

Tradisi ini biasanya dilakukan saat musim kemarau sebagai slaah satu ritual memanggil hujan. Tradisi Gulat okol juga dilakukan untuk menjalin silatuhramu dengan banyak orang.

5. Pitonan

Pitonan merupakan tradisi upacara selametan yang dilakukan oleh masyarakat Kota Surabaya untuk merayakan kelahiran anaknya yang sudah menginjak usia tujuh bulan.

Tradisi Pitonan juga dilakukan sebagai wujud rasa syukur atas kelahiran sang buah hati yang sudah diberkahi hingga umur 7 bulan dan tradisi Pitonan ini juga bertujuan mendoakan keselamatan, rejeki, serta masa depan sang anak agar menjadi baik dan sejahtera dalam kehidupannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya