Liputan6.com, Surabaya - Keluarga Tarwiatun Hasanah (34) tidak akan pernah bisa melupakan peristiwa pada Kamis 22 Agustus 2019. Bagaimana tidak, KM Santika Nusantara yang ditumpangi Tarwiatun bersama suami dan dua anaknya terbakar di Perairan Masalembu, Jawa Timur.
"Kami sekeluarga masih sangat trauma. Kejadiannya memang sudah sepekan lalu," kata Tarwiatun saat ditemui liputan6.com di rumahnya, Kamis, 29 Agustus 2019.
Warga Kecamatan Kandungan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur itu beruntung. Karena masih bisa selamat dari KM Santika Nusantara yang terbakar. Lantas dia menceritakan, saat itu ingin balik ke tempat kerjanya di perkebunan sawit di Kalimantan Timur (Kaltim). "Dari pelabuhan, Tanjung Perak. Jadwal awal pukul 04.00 wib," kata dia.
Advertisement
Baca Juga
Namun, kapal berangkat pada pukul 09.00 WIB. Hal itu sebenarnya sudah menjadi firasat bagi dirinya. "Karena kapal baru berangkat 5 jam kemudian. Pasti ada apa - apa. Saya sebenarnya pengen turun karena molor," ujar dia.
Firasat buruk itu, kata dia, menjadi kenyataan. Karena pada pukul 21.00 WIB, Kamis 22 Agustus 2019, dirinya harus bangun dari tidur karena mencium bau sangit kebakaran.
Termasuk ada suara gaduh. "Itu hal yang membuat saya terbangun mendadak. Dan ternyata kondisi sudah ruwet di kapal," terang ibu dua orang anak itu.
Dia menuturkan, dirinya sempat panik. Karena mau terjun atau bagaimana masih bingung. Namun, suaminya, Joko Rianto berusaha menenangkannya. "Suami saya bilang tenang. Kalau tenang, nanti bisa kita pikirkan, supaya selamat," ujar dia.
Akhirnya, kata dia, dirinya dan suami sepakat untuk turun mencari pelampung. Dirinya pun menemukan pelampung di KM Santika Nusantara.
"Saya ikat dengan anak saya yang kecil. Terus bapaknya sama anak saya yang besar. Kami cari sekoci bersama-sama," tegasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Diselamatkan Nelayan
Dia mengatakan, di tengah kegentingan itu hanya bisa berdoa. Permintaannya hanya satu, jika memang harus meninggal dunia tidak terpisah dengan suami dan dua anaknya.
Namun, dia bersyukur, dapat selamat. Walaupun harus terombang-ambing di laut selama 7 jam. "Untung anak-anak saya kuat," urainya.
Beruntung, kata dia, setelah 7 jam terombang - ambing di lautan ditemukan sekoci. Walupun harus berdesak-desakan dengan dengan penumpang lain.
Akan tetapi, kekhawatirannya tidak juga hilang. Karena perahu karet atau sekocinya bocor. Penumpang yang ada di sekoci pun gantian menguras air. "Lubangnya besar sekali. Jadi ya harus menguras biar tidak tenggelam," katanya.
Di tengah suasana mencekam itu, lantas ada kapal nelayan yang melintas. "Semua penumpang ditolong sama nelayan di Sumenep, Madura, terus dievakuasi sama orang itu ke Madura," ujarnya.
Dia mengaku, pengalamannya itu menjadi sangat berharga. Bisa kembali ke Ngawi dengan selamat adalah mukjizat. Ketika ditanya apakah ada keinginan untuk kembali ke kalimantan? Dia menjawab masih ingin. Akan tetapi, pihak keluarga yang belum mau merelakan untuk mereka kembali.
"Mungkin masih trauma. Kalau kami ya pengen kembali," pungkasnya.
Advertisement