Tambah Minat Baca Masyarakat, ITS Tingkatkan Penggunaan IoT di Perpustakaan

Kepala Perpustakaan ITS, Edy Suprayitno menyampaikan perpustakaan merupakan sebuah jantung yang sangat penting dari sebuah perguruan tinggi.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 25 Sep 2019, 22:00 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2019, 22:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Seminar nasional penerapan teknologi internet of things (IoT) di Surabaya, Jawa Timur (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Menyikapi perkembangan teknologi yang semakin pesat, Perpustakaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya sebagai salah satu perpustakaan berbasis teknologi di Indonesia adakan transfer informasi teknologi.

Salah satunya lewat seminar nasional penerapan teknologi internet of thinsg (IoT) di Surabaya, Jawa Timur pada Rabu (25/9/2019).Acara ini merupakan sebuah rangkaian peringatan Dies Natalis ITS ke-59. Seminar tahunan ini juga merupakan wujud nyata kontribusi Perpustakaan ITS dalam pengembangan teknologi perpustakaan di Indonesia. 

Tak hanya seminar, Perpustakaan ITS juga mengadakan workshop berkelanjutan dengan tema Membuat Augmented Reality di Lingkungan Perpustakaan pada Kamis, 26 September 2019.

Seminar yang dihadiri oleh pustakawan dari berbagai instansi perpustakaan daerah dan perguruan tinggi di Indonesia ini ditujukan untuk membantu upaya peningkatan minat baca masyarakat. Para pustakawan akan membahas bersama teknologi terkini dalam penerapannya di lingkungan perpustakaan.

Kepala Perpustakaan ITS, Edy Suprayitno  menyampaikan, seminar nasional ini merupakan media transfer informasi yang sangat penting untuk terus diadakan setiap tahun. 

Sebab menurut dia, perpustakaan merupakan sebuah jantung yang sangat penting dari sebuah perguruan tinggi. Apabila perpustakaan tidak berkembang dalam pengelolaannya, kegiatan akademik di perguruan tinggi tersebut dapat terganggu. 

"Perkembangan perpustakaan saat ini lebih mengarah pada perkembangan teknologi terkini, karena saat ini pengunjung perpustakaan juga cenderung menggunakan teknologi tersebut,” terangnya.

Pria yang kerap disapa Edy itu melanjutkan, teknologi yang dimaksud ini salah satunya adalah teknologi IoT (Internet of Things) atau teknologi transfer data melalui jaringan global internet. 

Dia menuturkan, IoT sebagai teknologi informasi saat ini sangat penting diterapkan dalam berbagai bidang, terutama perpustakaan sebagai penyedia informasi masyarakat. Dengan berbasis IoT ini, sistem transfer data dalam operasional perpustakaan menjadi lebih mudah dan efisien. 

"Meskipun sering dibahas, implementasinya bagi perpustakaan masih sangat sedikit. Oleh karena itu, kami (Perpustakaan ITS, red) ingin menggugah para pustakwan tentang pentingnya IoT  ini,” ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

IoT

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Seminar nasional penerapan teknologi internet of thinsg (IoT) di Surabaya, Jawa Timur (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Senada dengan Edy, Tri Arief Sardjono selaku keynote speaker dan juga Dekan Fakultas Teknologi Elektro ITS menambahkan, teknologi IoT ini memang sangat menarik untuk diangkat dalam pembahasan. 

Apabila IoT ini berhasil diaplikasikan secara maksimal dalam sistem operasional perpustakaan, tenaga manusia yang diperlukan pun dapat dikurangi.  Dengan begitu, akses peminjaman buku di perpustakaan oleh pengunjung dapat dilangsungkan selama 24 jam tanpa henti. 

"Untuk IoT ini saya rasa bukan sesuatu yang sangat besar di zaman ini, sehingga untuk peluang pengimplementasiannya juga sangat lebar dan sangat mudah,” ujar pria yang juga mengajar sebagai Dosen Departemen Teknik Biomedik ITS ini.

Ia melanjutkan, salah satu produk IoT ini adalah Radio Frequency Identification (RFID) berbentuk stiker yang bisa ditempel di setiap buku. RFID sendiri merupakan teknologi yang menggunakan gelombang elektromagnetik untuk transfer data. 

Dengan kombinasi integrasi Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan data online mahasiswa, RFID yang dilengkapi perangkat penyimpanan data ini dapat mempermudah proses peminjaman buku dan barang perpustakaan.  

"Dengan kemudahan akses ini, pengunjung tidak perlu bersusah-payah dalam meminjam dan mengantri, sehingga minat baca juga akan meningkat secara otomatis,” ujar dia.

Pria yang juga tergabung dalam Tim Riset Mesin Cetak Braille ITS ini menegaskan, teknologi ini tentunya membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, baik birokrasi, pustakawan, maupun para ahli teknologi infomasi. 

Sebab, semangat komitmen pun masih belum cukup apabila tidak disertai dengan komunikasi dan partnership yang saling terintegrasi. Ia juga mengatakan, selain dua hal tersebut, sistem keamanan juga tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan. 

"Sebab risiko keamanan data yang terintegrasi juga butuh perencanaan strategis dalam mengatasinya,” ujarnya. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya