Liputan6.com, Jakarta - Ahli pertanian dari "Indonesia Country Coordinator International Food Policy Research Institute-Program For Biosafety Systems (IFPRI-PBS)" Prof Sidi Asmono menyebutkan gangguan anomali iklim yang terjadi mengancam Indonesia kekurangan pangan.
"Hama tikus yang selama ini menyerang tanaman juga telah mengalami perubahan karena anomali iklim. Oleh karenanya perlu inovasi untuk meminimalisir hama ini menyerang lebih luas lagi," kata Sidi, Jumat, 18 Oktober 2019.
Sidi mengatakan, dengan sisa konsumsi per kapita per tahun yang sangat sedikit, Indonesia rentan terhadap kekurangan pangan untuk masa depan, bila mana terjadi gangguan anomali iklim dan hama.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, kata dia, teknologi yang ada saat ini belum diterapkan dengan maksimal, sebab belum menyentuh sampai tingkat bawah agar dapat berhasil.
"Selain itu perlu adanya perbaikan benih lebih unggul agar tahan terhadap hama," ujar dia, dilansir Antara.
Acara temu wicara kontak tani, juga menghadirkan narasumber peneliti utama bidang hama dan penyakit tanaman Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur Prof Moh Cholil Mahfud, dan Peneliti Madya Bidang Pedologi serta Pengindraan Jarak Jauh BPTP, Ir Chendy Tafakresnanto.
*** Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penurunan Semangat Petani
Sementara Bupati Lamongan, Fadeli melihat adanya penurunan semangat dalam membantu petani untuk bercocok secara benar, khususnya menggunakan teknologi pertanian.
"Saya melihat ada penurunan semangat di tahun ini. Mari kita pompa semangat sehingga pertanian modern dapat kita aplikasikan. Jangan pernah merasa pintar, mari kita terus belajar memperbaiki keadaan," ujar dia.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Lamongan, Rujito mengatakan, acara tersebut merupakan pertemuan strategi dibidang pertanian, tujuannya untuk peningkatan produktivitas pertanian di Lamongan khususnya jagung. Ia mengatakan, produktivitas jagung di wilayah setempat pada tahun 2019 mencapai 10 hingga 12 ton perhektare.
"Ini sangat luar biasa. Selain itu padi juga mengalami peningkatan yang signifikan. Sehingga secara bisnis petani mengalami pertumbuhan pendapatan," ujar dia.
Selain itu, temu ini juga bertujuan mewujudkan sumber daya manusia atau petani milenial menuju industri 4.0 bukan sesuatu yang mustahil untuk dicapai.
"Agenda tahunan ini merupakan forum diskusi antara pemerintah sebagai perencana dengan masyarakat petani sebagai eksekutor secara langsung," katanya.
Advertisement