Dinas Lingkungan Hidup Sidoarjo Cari Solusi Atasi Bahan Bakar Industri Tahu

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo menyatakan pihaknya sudah mencari solusi mengatasi penggunaan sampah plastik di pabrik tahu di Desa Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur.

oleh Dian KurniawanAgustina Melani diperbarui 18 Nov 2019, 17:20 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2019, 17:20 WIB
Liputan 6 default 4
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta - Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo menyatakan pihaknya sudah mencari solusi mengatasi penggunaan sampah plastik di pabrik tahu di Desa Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur.

Hal ini menyusul hasil penelitian LSM menyebutkan konsentrasi yang membahayakan ditemukan dalam telur ayam kampung di salah satu kampung Indonesia, ketika sampah plastik ditimbun.

Salah satu temuan yang mengkhawatirkan adalah tingginya kadar dioksin dalam telur yang diambil di dekat sebuah pabrik tahu di Indonesia yang membakar plastik sebagai bahan bakar.

Konsentrasi dioksin yang tinggi yang ditemukan di Indonesia hampir sama dengan konsentrasi dioksin dalam telur yang diambil di hotspot Agent Orange di Bien Hoa, Vietnam, yang dianggap sebagai salah satu lokasi paling terkontaminasi dioksin di dunia.

Hal itu ditemukan dari analisis telur ayam kampung di komunitas Bangun dan Tropodo, Sidoarjo di Jawa Timur. Limbah plastik impor telah membanjiri komunitas ini sejak China menutup pintu untuk limbah plastik dunia pada 2018. Volume impor limbah plastik di Indonesia naik dua kali lipat antara 2017 dan 2018.

Di Desa Bangun, warga membakar tumpukan sampah plastik untuk mengurangi volume tumpukan sampah di jalan dan sekitar rumah. Di Desa Tropodo, limbah plastik digunakan untuk bahan bakar pabrik tahu.

Telur yang dikumpulkan dari masyarakat ditemukan mengandung bahan kimia terlarang yang sangat berbahaya termasuk dioksin, zat penghambat nyala dan PFOS yang merupakan bahan kimia beracun selamanya.

Hasil temuan itu disampaikan advokasi kebijakan dan kesehatan lingkungan IPEN bersama Arnika Association dan LSM Indonesia Nexus3 dan Ecoton.

Hasil analisis menemukan konsentrasi dari dioksin, bifenil poliklorinasi (PCB), eter difenil polibrominasi (PBDEs), paraffin terklorinasi rantai pendek (SCCP) dan perfluoroctane sulfonate (PFOS) dalam tingkat tinggi pada sampel telur ayam kampung.

Semua bahan kimia beracun ini diatur global dalam konvensi Stockholm, sebuah perjanjian yang mengikat secara hukum dikelola oleh PBB.

Sejumlah penelitian telah hubungkan bahan kimia yang ditemukan dalam telur dengan sejumlah dampak terhadap kesehatan. Pajanan dioksin terkait dengan berbagai penyakit serius pada manusia, termasuk penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes dan endometriosis.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo, Sigit Setiawan menuturkan, pihaknya sudah mendapatkan informasi mengenai penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar oleh produsen tahu sejak Juni. Pihaknya pun mengecek dan menemukan penggunaan sampah plastik untuk bahan bakar.

Pihaknya pun juga memanggil 50 pengusaha tahu untuk mendiskusikan penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar produksi tahu. Dari 50 pengusaha yang dipanggil, yang datang ada 13 pengusaha, dan itu sudah bagian dari perwakilan pengusaha tahu.

Saat ditanya kepada produsen dan pengusaha memakai sampah plastik, menurut Sigit karena lebih murah. Pihaknya juga telah mengimbau para pengusaha untuk tidak menggunakan sampah plastik apalagi yang impor. Hal itu karena sampah plastik impor dapat mengandung bahan kimia berbahaya. Sigit menuturkan, sampah plastik tersebut didapatkan dari luar Sidoarjo, Jawa Timur. Sampah plastik tersebut ada yang ditawarkan kepada produsen tahu.

"Kami tanya pengusaha, alasannya klasik ekonomis, karena lebih murah ketimbang memakai kayu," ujar Sigit saat dihubungi Liputan6.com, Senin (18/11/2019).

Sigit menambahkan, pihaknya pun berkoordinasi usai temuan tersebut. Koordinasi itu dengan pemerintah provinsi, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Sidoarjo pun mencari solusi mengatasi hal tersebut mengingat usaha produksi tahu ini sudah dilakukan turun temurun. "Kami cari solusi agar jangan sampai menggunakan sampah plastik (produsen tahu-red),” ujar dia.

Sigit menuturkan, pihaknya telah menghubungi PGN untuk turut membantu menyalurkan bahan bakar bagi produsen tahu. Sayangnya jaringan gas PGN belum ada di daerah tersebut. "PGN baru memiliki jaringan untuk perusahaan-perusahaan besar, demikian juga Pertagas Jawa Timur baru melayani konsumen besar," kata dia.

Sigit menambahkan, baru tiga minggu lalu pihaknya bertemu dengan Kementerian ESDM dan Minarak untuk berkoordinasi mengenai bahan bakar yang baik bagi produsen tahu. "Kami sudah koordinasi dengan SKK Migas dan Minarak cari solusi," tutur Sigit.

Sigit menuturkan, pihaknya belum dapat memberikan sanksi kepada produsen tahu tersebut. Hal ini mengingatkan usaha yang dilakukan turun temurun itu belum memiliki dokumen lingkungan. Sigit menegaskan, saat ini memprioritaskan untuk mengurangi pencemaran dari aktivitas produksi tahu.

Sigit menuturkan, saat ini bagaimana menemukan solusi bahan bakar yang murah dan ramah lingkungan bagi produsen tahu. Saat ini salah satu pertimbangan yaitu gas. ”Akan tetapi hal itu tergantung apakah lebih murah. Karena kalau lebih murah produsen tahu bisa pindah dari sampah plastik,” tutur dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Gubernur Khofifah Imbau Warga Tak Cemas Konsumsi Telur Jatim

Sah, Khofifah-Emil Jabat Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak bersama Gubernur Jambi definitif, Fachrori Umar sebelum dilantik di Istana Negara, Jakarta, Rabu (13/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat tidak perlu cemas dan khawatir mengonsumsi telur yang diproduksi peternak ayam petelur Jatim.

Hal ini karena, telur yang beredar di masyarakat adalah telur yang sehat dan diproduksi dengan menerapkan pola good farming practices. Good farming practices adalah tatalaksana peternakan yang meliputi segala aktivitas teknis dan higinis dalam hal pemeliharaan sehari-hari, cara dan sistem pemberian pakan, sanitasi, serta pencegahan dan pengobatan penyakit.

"Sebanyak 96,3 persen telur di Jawa Timur dihasilkan dari ayam ras petelur yang sudah menerapkan good farming practices, dan sisanya  3,7 persen telur dari ayam buras/kampung yang belum dikandangkan secara permanen, di antaranya ditemukan di  daerah Tropodo. Untuk itu, masyarakat jangan khawatir karena telur dari Jatim sehat dan tidak mengandung racun," terang Khofifah sapaan akrab Gubernur Jatim saat melakukan kunjungan ke Kelompok Telur Intan di Kecamatan Tumpang, Malang, Minggu, 17 November 2019, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

Khofifah mengungkapkan, imbauan ini disampaikan sehubungan dengan adanya rilis hasil penelitian jaringan kesehatan global (IPEN). Yang menyebutkan, ayam buras/kampung yang dipelihara secara umbaran dan mencari makan di tumpukan plastik di daerah Tropodo, Sidoarjo, memiliki tingkat kontaminasi dioksin terparah kedua sedunia.

Untuk memastikan, peternakan rakyat sudah menerapkan good farming practices, khofifah didampingi dinas peternakan provinsi Jatim, bupati Malang serta dekan fakultas peternakan Universitas Brawijaya melakukan kunjungan langsung ke daerah peternakan rakyat ayam petelur di Plumpang - Malang. 

Kunjungan tersebut difokuskan di peternakan milik H Kholik yang memiliki populasi sekitar 300 ribu ekor ayam, dengan produksi telur sekitar 14 ton/hari atau setara 210 ribu butir/hari. Di mana, di peternakan ini quality controlnya sangat terjaga. Bahkan, telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang Grade A atau kualitas terbaik.

"Telur-telur yang dipasarkan peternakan ini hanya yang Grade A dengan kualitas terbaik. Sedangkan yang Grade B tidak dipasarkan. Untuk itu, telur-telur ini sangat aman dikonsumsi masyarakat," kata Khofifah.

Orang nomor satu di Jatim ini menambahkan, pemeliharaan unggas dengan penerapan good farming practices terhadap 92,5 persen unggas penghasil telur di Jatim telah menggunakan pakan yang memiliki Nomor Pendaftaran Pakan (NPP).

Terlebih lagi, produksi telur unggas di Jatim pada tahun 2018 mencapai 543,56 ribu Ton atau setara 8,2 milyar butir telur. Serta berkontribusi sebesar 29 persen terhadap nasional atau peringkat 1 nasional.

"Jatim telah surplus telur unggas mencapai 2,8 miliar butir telur, dan telah mampu mensuplai provinsi lain di Indonesia," urai mantan Menteri Sosial ini.

Untuk menjamin kualitas dan mutu telur di Jatim, Pemprov Jatim melalui Dinas Peternakan telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya dengan sertifikasi kompartemen bebas penyakit flu burung di seluruh breeding farm yang memproduksi bibit untuk ayam petelur dan pedaging final.

Selain itu, dengan melakukan uji yang dilanjutkan sertifikasi bebas penyakit Pullorum untuk induk ayam yang menghasilkan bibit ayam umur sehari yang akan diedarkan ke masyarakat. Serta, melakukan pengambilan dan pengujian sampel telur dan daging unggas oleh Laboratorium Kesehatan Hewan secara periodik.

Bagi para peternak ayam petelur, Khofifah juga berpesan, agar tidak perlu resah karena telur yang diproduksi adalah telur yang berkualitas, di bawah pengawasan Dinas Peternakan Provinsi maupun kabupaten/kota. Sehingga, akan tetap dibutuhkan oleh konsumen.

"Para peternak ayam telur jangan resah, karena telur yang dihasilkan berkualitas dan tidak mengandung racun. Oleh sebab itu, konsumen juga masih sangat membutuhkannya," terangnya.

Gubernur perempuan pertama di Jatim ini meminta, bagi masyarakat yang memelihara ayam kampung dengan cara dilepas atau diumbar untuk segera beralih pemeliharaan unggas dengan skala bisnis dan dikandangkan.

"Bagi masyarakat yang memelihara ayam kampung dengan cara diumbar, harap segera beralih dengan mengkandangkan ayam peliharaannya. Hal ini penting dilakukan untuk menjamin telur yang dihasilkan," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya