Pola Makan Dapat Sebabkan Anak Stunting

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita menuturkan, perlu komitmen bersama untuk mencegah stunting sejak dini.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Des 2019, 17:45 WIB
Diterbitkan 18 Des 2019, 17:45 WIB
Stunting, Kerdil, Kurang Gizi, Ikatan Dokter Indonesia, Daeng M Faqih
Kenali ciri anak bakal tumbuh menjadi anak yang stunting (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berupaya mencegah anak stunting atau kondisi gagal tumbuh sejak kecil. Untuk mencegah stunting akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang di Kota Pahlawan, Jawa Timur memerlukan komitmen bersama.

"Perlunya komitmen bersama karena masalah stunting ini penyelesaiannya membutuhkan peran serta elemen lainnya," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita di Surabaya, Rabu (18/12/2019), seperti dikutip dari Antara.

Dia menuturkan, stunting terjadi dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) mulai dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Anak stunting memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, rentan penyakit dan mempengaruhi produktivitas seseorang.

"Apabila dilihat waktu bayi lahir, panjangnya kurang dari 47 centimeter, risiko stunting lebih besar. Tetapi bukan berarti tidak bisa dicegah. Makanya, sewaktu lahir sampai anak usia 2 tahun kita genjot gizi dan ASI," tutur dia.

Ia menuturkan, anak stunting bisa dialami oleh siapa saja, baik masyarakat miskin maupun berkecukupan karena bisa berkaitan dengan pola makan. Untuk itu, lanjut dia, Pemkot Surabaya berupaya mencegah sejak kecil.

"Kegiatan dan program yang telah dilakukan dalam upaya percepatan pencegahan anak kerdil (stunting) di Kota Surabaya dengan melakukan intervensi spesifik (sektor kesehatan) dan intervensi sensitif (di luar sektor kesehatan)," kata dia.

Intervensi spesifik memiliki kontribusi dalam percepatan pencegahan stunting, melalui pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil, menyusui dan calon pengantin, pendampingan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), Multivitamin untuk anak PAUD, imunisasi, Pos Gizi, Posyandu Balita dan lainnya.

Sedangkan Intervensi Sensitif, dilakukan oleh berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Pemkot Surabaya dalam mendukung percepatan pencegahan anak stunting.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Dua Intervensi

Melihat Kondisi Anak-Anak Kurang gizi di Pandeglang
Anak balita menangis saat ditimbang di Puskesmas, Kaduhejo, Pandeglang (14/9). Dengan puluhan penduduk mengalami gizi kurang, gizi buruk dan beberapa anak sudah divonis stunting, ini menjadi gambaran bagaimana sulitnya mencegah stunting. (Foto:Istimewa)

Febria menambahkan, dalam percepatan pencegahan anak stunting dengan dua intervensi yaitu spesifik dan sensitif memerlukan koordinasi antarsektor dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, diantaranya Pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat dan lainnya.

Pemerintah Kota Surabaya sendiri bertekad melaksanakan program nasional percepatan pencegahan anak stunting 2018-2024. Program ini dilaksanakan oleh Pemkot Surabaya bersama organisasi terkait, akademisi, tenaga kesehatan serta masyarakat melalui komitmen dan kampanye percepatan pencegahan anak stunting yang digelar di Balai Pemuda, Jalan Gubernur Suryo Surabaya, Rabu ini.

Kegiatan tersebut nantinya selain pemberian edukasi masyarakat, juga ada kegiatan lomba pengetahuan tentang stunting. Sedikitnya sekitar 880 peserta yang mengikuti kegiatan komitmen bersama melaksanakan percepatan pencegahan anak stunting.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya