Produk UMKM Jawa Timur Punya Potensi Besar Ekspor

Bank Indonesia Jatim perkirakan devisa hasil ekspor dari Jawa Timur berpotensi meningkat.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Jan 2020, 23:00 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2020, 23:00 WIB
Pemberdayaan UMKM dengan KUR Berbunga Rendah
Pekerja menyelesaikan produksi kulit lumpia di rumah industri Rusun Griya Tipar Cakung, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM terus mendongkrak UMKM dengan menyediakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) berbunga cukup rendah, yakni 6 persen. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia Jatim menilai kondisi ekspor Jawa Timur sekarang masih punya banyak potensi yang dikembangkan. Salah satunya dari hasil produk Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM).

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur (Jatim) akan lebih baik pada 2020 sehingga Bank Indonesia Jatim perkirakan devisa hasil ekspor dari Jawa Timur berpotensi meningkat.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jatim Difi Ahmad Johansyah menyampaikan hal itu, seperti dikutip dari Antara, Selasa (14/1/2020).

Ia menuturkan, hingga Oktober 2019, DHE mencapai rerata 94,83 persen dari nilai ekspor, dengan kontribusi terbesar DHE dari ekspor Jatim yang menjadi sumber utama pasokan valas Indonesia.

"Jatim masih menjadi yang paling unggul dalam hal kontribusi ini. Semoga ke depannya semakin bisa tumbuh,” ujar dia.

Ia menuturkan, BI mendorong pelaporan DHE dan ditukarnya DHE ke dalam mata uang rupiah. Ia menyarankan agar pengusaha semakin gemar menggunakan mata uang lain selain dolar Amerika Serikat (AS).

"Pengusaha bisa menggunakan mata uang lain, semisal Ringgit Malaysia (MYR) dan Baht Thailand (THB), sebab saat ini sudah ada 24 bank yang ditunjuk sebagai Bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD), sehingga transaksi akan semakin mudah,” tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Diharapkan Pengusaha Pakai LCS

currency settlement (LCS) ini yang terdiri dari sembulan importir pengguna MYR dan tiga importir pengguna THB.

Sementara itu, ada lima eksportir pengguna MYR dan dua eksportir pengguna THB. “Semoga semakin banyak pengusaha kita yang menggunakan LCS ini, sehingga ketergantungan terhadap USD bisa berkurang,” ujar dia.

Di sisi lain, Difi juga menyarankan agar pengusaha selalu melakukan lindung nilai (hedging).

"Pemenuhan transaksi hedging di Jatim sendiri sudah di atas 95 persen, sepanjang tiga tahun terakhir. Hal ini menunjukkan pengusaha semakin peka terhadap kemungkinan volatilitas nilai tukar,” ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya