Tahun Kabisat Kembali Hadir pada 2020

Pada 2020, penambahan jumlah hari terjadi sehingga menjadi sebanyak 366 hari, dan ini disebut tahun kabisat.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Feb 2020, 21:19 WIB
Diterbitkan 29 Feb 2020, 21:19 WIB
Ilustrasi Kalender
Ilustrasi kalender (dok. Pexels.com/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam satu tahun biasanya hanya ada 365 hari. Namun, pada 2020, penambahan jumlah hari terjadi sehingga menjadi sebanyak 366 hari, dan ini disebut tahun kabisat.

Tahun kabisat ini hanya terjadi empat tahun sekali. Kepala Lab. Fisika Teori dan Filsafat Alam Departemen Fisika Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya, Dr Bintoro Anang menuturkan, tahun kabisat sebagai sinkronisasi antara tahun astronomi dan tahun harian yang digunakan. Tambahan waktu tahun astronomi adalah 365,25 hari. Jadi dalam empat tahun akan lebih satu hari bandingkan dengan jumlah hari dalam setahun yang tepat 365 hari.

"(Tahun kabisat-red) menandai jumlah hari pada Februari ada 29 hari.  Setiap empat tahun sekali. Ini sistem penanggalan matahan untuk dapatkan tingkat presisi. Peredaran rotasi bumi tidak 24 jam tetapi mendekati 24 jam. Setiap empat tahun ditambah satu hari. Ini sesuai kesepakatan sistem penanggalan internasional,” ujar Bintoro saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (29/2/2020).

Ia menuturkan, tahun kabisat seperti tahun biasa. Kalaupun ada sesuatu fenomena, menurut Bintoro itu hanya kebetulan. "Biasa saja. Ini hanya saja setiap empat tahun pada Februari lebih panjang atau bertambah satu hari. Tidak ada sangkut paut dengan fenomena," tutur dia.

Mengutip Merdeka.com, keunikan tahun kabisat sudah ada sejak ribuan tahun lalu pada zaman Julius Caesar memimpin kekaisaran Romawi. Penentuan tahun kabisat ini bermula ketika kebingungan soal penanggalan yang tidak tepat saat bumi membutuhkan waktu yang tidak tepat 365 hari untuk mengelilingi matahari. Nah, bumi butuh waktu 365-seperempat hari.

Julius Caesar pun meminta seorang ahli perbintangan, Sosigenes untuk membuat penanggalan yang benar dan tetap. Ditelusuri, ternyata satu tahun di bumi berjumlah 365,25 hari. Untuk lebih mudah, Sosigenes menggenapkan menjadi 365 hari. Sosigenes pun menggabungkan menjadi satu hari setiap empat tahun sekali. Oleh karena itu disebut tahun kabisat. Bulan Februari terpilih sebagai bulan untuk tahun kabisat karena jumlah harinya yang paling sedikit setiap tahun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Selanjutnya

Selain itu, Februari juga menjadi bulan terakhir karena King Numa Pompilius menambahkan bulan Januari dan Februari untuk melengkapi 10 bulan yang sudah ada sebelumnya demi 'memperbaiki' jumlah hari yang ada setahun. Karena Februari bulan terakhir, ini adalah sasaran empuk untuk mengambil sehari dari jumlah hari yang dimilikinya.

Seiring perkembangannya, penyesuaian kriteria kalender kabisat pun juga diperbaiki. Setelah dipakai selama 1500 tahun, penanggalan ini kembali menimbulkan masalah. Pasalnya, setelah 1500 tahun, kesalahan penghitungan ini jadi selisih 10 hari, menurut perhitungan dokter Aloysius Lilius, astronomer Italia abad ke-16.

Akhirnya Paus Gregorius XIII mengubah ketentuan penambahan dan membuat kalender Gregorian. Dalam aturan ini mereka memutuskan untuk menerapkan kriteria tahun kabisat. Melalui penetapan ini, tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi empat. Hanya, ini tak berlaku untuk abad baru atau kelipatan 100, tahunnya harus habis dibagi 400. Penanggalan ini diresmikan pada 1582.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya