Liputan6.com, Jakarta - Tim Satgas Corona Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), Surabaya dr Alfian Nur Rosyid SpP menjelaskan sejumlah hal yang harus dilakukan saat dinyatakan positif terpapar virus corona atau COVID-19.
"Ada tiga kondisi pasien yang positif terpapar COVID-19," kata Alfian dikonfirmasi di Surabaya, Selasa, 31 Maret 2020.
Pertama yaitu kondisi sehat, artinya tanpa gejala. Kedua, sakit ringan yaitu demam tidak tinggi, batuk karena kelelahan dan masih bisa beraktivitas. Ketiga, sakit berat yaitu demam tinggi, sesak nafas, tidak dapat beraktivitas, dan ada penyakit lain.
Advertisement
"Jika hasil positif dan tanpa gejala artinya tubuh dalam kondisi sehat dan mampu melawan virus. Tetapi perlu melakukan isolasi diri agar virus tidak menular pada orang lain," kata Alfian, dilansir dari Antara.
Baca Juga
Isolasi dilakukan dalam waktu 14 hari karena virus dapat dilemahkan dalam kurun waktu tersebut. Selama waktu itu perlu mengonsumsi makanan sehat.
"Kalau sakit ringan juga perlu isolasi. Tapi tidak perlu panik dan ke rumah sakit, bisa menghubungi hotline COVID-19 RS Unair di 08871294129," ucapnya.
Kemudian untuk penanganan sementara bisa meminum paracetamol dan tidak mengonsumsi obat lain kecuali diresepkan dokter.
Selain itu, lanjut Alfian, konsumsi makanan sehat juga harus terus dilakukan serta menggunakan masker saat bertemu orang lain. Jika keadaan memburuk bisa menghubungi rumah sakit agar ambulans segera datang.
"Sementara pasien sakit berat membutuhkan penanganan serius dengan prioritas utama. Seperti demam lebih dari 38 derajat celcius, sesak nafas berat, tidak bisa beraktivitas, muntah terus bahkan tidak sadarkan diri," tuturnya di Surabaya.
Â
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Studi COVID-19 di Cina
Dokter spesialis paru ini menjelaskan, berdasarkan studi pada 44.672 kasus COVID-19 di China, sekitar 80 persen merupakan infeksi ringan. Maka tidak perlu panik dan harus isolasi diri di rumah, serta tidak perlu ke rumah sakit.
"Karena kepikiran berlebihan, lalu datang ke rumah sakit justru berisiko tertular dan membuat tenaga kesehatan kewalahan. Dengan demikian, pelayanan tidak bisa fokus pada pasien parah dan kritis," ujarnya.
Alfian juga berpesan agar masyarakat tetap berada di rumah dan memberi jarak minimal satu meter setiap berdekatan dengan orang, serta rajin cuci tangan.
Dengan demikian, rantai penyebaran COVID-19 bisa terputus dan memprioritaskan pelayanan rumah sakit untuk pasien kritis sehingga tidak menambah korban jiwa.
Advertisement