Liputan6.com, Jakarta - Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur memastikan seluruh reagen yang digunakan untuk tes usap COVID-19 dalam kondisi baik.
Penegasan itu disampaikan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Tulungagung Galih Nusantoro menanggapi rumor dan spekulasi yang meragukan hasil tes usap keliling tim laboratorium RSUD dr. Iskak Tulungagung.
"Karena pada dasarnya reagen yang rusak tidak pernah kami gunakan," kata Galih saat dikonfirmasi awak media di Tulungagung, Minggu, 21 Juni 2020, dilansir dari Antara.
Advertisement
Baca Juga
Galih mengakui, ada sekitar 3.300 reagen bantuan dari pusat (Jakarta) yang tidak bisa digunakan untuk tes usap karena mengalami cacat produk. Namun, reagen-reagen rusak itu telah dipisahkan dan hanya menyisakan sekitar 700 unit yang kondisi baik.
"Yang kondisinya baik inilah yang kami gunakan. Untuk 3.300 yang rusak sudah dilakukan repacking untuk dikembalikan," kata dia.
Namun, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Tulungagung kini telah mengajukan bantuan 1.000 reagen baru.
Prioritas penggunaan nantinya diperuntukkan 106 orang pasien terkonfirmasi positif COVID-19 terbaru berdasar hasil tes usap tim PCR tes keliling yang digawangi Laboratorium Mikrobiologi RSUD dr. Iskak, sekitar sepekan terakhir
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Efektivitas Tes Keliling
Bupati Tulungagung yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Tulungagung Maryoto Birowo dalam satu kesempatan menyatakan bahwa tes usap ulang diperlukan untuk memastikan lagi hasil pemeriksaan sebelumnya.
"Kami perlu melakukan pemeriksaan ulang untuk memastikan agar tidak ada keraguan lagi," ujarnya.
Galih dan Maryoto senada menjelaskan bahwa tes usap masal melalui PCR tes keliling yang dilakukan oleh tim laboratorium RSUD dr. Iskak jauh lebih efektif dibanding harus menguji sampel lendir tenggorokan ke laboratorum di Surabaya, apalagi ke Laboratorium Balitbangkes Kemenkes, Jakarta.
Kendati PCR tes keliling berdampak terhadap lonjakan kasus, namun pendeteksian terhadap pasien sembuh juga lebih cepat dan efisien.
"Temuan menjadi tinggi itu tidak masalah, karena deteksi kasus juga jauh lebih cepat sehingga langkah penanganan juga efektif. Selain juga konfirmasi kasus sembuh juga lebih mudah dan cepat. Ini keuntungan dibanding harus dikirim ke Surabaya dan risiko sampel rusak dalam perjalanan atau selama proses antrian," ujarnya.
Advertisement