Dosen Unair: Tekan Penyebaran COVID-19 di Jatim Jadi PR Bersama

Ketua Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Universitas Airlangga (Unair), Hario Megatsari menuturkan, penanganan COVID-19 menjadi PR bersama.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Jul 2020, 07:39 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2020, 06:00 WIB
Kelemahan Virus Corona
Ilustrasi Pandemi Covid-19 Credit: pexels.com/cottonbro

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah pasien positif Corona COVID-19 di Jawa Timur masih bertambah. Berdasarkan laporan media harian COVID-19 pada 5 Juli 2020, tambahan pasien baru Corona COVID-19 di Jawa Timur mencapai 552 orang.

Dengan tambahan pasien tersebut, total positif COVID-19 menjadi 14.013 orang di Jawa Timur. Sementara itu, berdasarkan data Gugus Tugas Jatim pada 5 Juli 2020, pasien positif Corona COVID-19 mencapai 13.997 orang. Pasien sembuh dari Corona COVID-19 tembus 4.993 orang di Jawa Timur. Di satu sisi, total pasien meninggal dunia 1.060 orang. Angka ini termasuk tertinggi di Indonesia. 

Ketua Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (Unair), Hario Megatsari menuturkan,  tingginya kasus konfirmasi COVID-19 di Jawa Timur disebabkan pergerakan masyarakat sudah bebas sehingga transmisi virus corona baru (Sars-CoV-2) yang sebabkan COVID-19 menjadi mudah menyebar. Di sisi lain, kapasitas layanan kesehatan terbatas.

"Pergerakan sudah bebas, di sisi lain layanan fasilitas kesehatan terbatas,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Senin (6/7/2020).

Ia menuturkan, masyarakat sudah cukup jenuh selama 3,5 bulan terakhir beraktivitas di rumah. Oleh karena itu, masyarakat kini mulai melakukan aktivitas di luar rumah. Meski demikian, ia mengingatkan masyarakat agar bijak untuk keluar rumah seiring pandemi COVID-19 yang masih ada.

"Situasi sekarang masyarakat harus bijak keluar rumah. Kalau tidak ada hal penting dan mendesak, lebih baik di rumah ketimbang nongkrong. Kalau misalkan beli kopi langsung kembali ke rumah," kata dia.

Hario menuturkan, jika masyarakat keluar rumah juga harus beradaptasi dan disiplin dengan kebiasaan baru. Hal itu mulai dari memakai masker, menyiapkan masker cadangan, membawa hand sanitizier, tisu basah dan kering, menjaga jarak, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.

"Mematuhi protokol kesehatan yang ada di era pandemi COVID-19 karena kita tidak tahu siapa yang punya virus. Protokol kesehatan merupakan perilaku adaptif yang harus dilakukan, seperti menjaga jarak, memakai masker, dan disiplin cuci tangan itu harus diperhatikan," kata dia.

Hario menambahkan, upaya menekan penyebaran COVID-19 di Jawa Timur menjadi tantangan. Oleh karena itu, ia mengingatkan perlu kerja sama dan saling bergandeng tangan untuk menangani COVID-19 di Jawa Timur.

"Perlu disadari ini PR bersama, masyarakat, media, pemerintah semua sama-sama bergandeng tangan untuk tekan penyebaran COVID-19. Ini permasalahan bersama,” kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Selanjutnya

Penampakan Grafiti Virus Corona untuk Tingkatkan Kesadaran Masyarakat India
Petugas kepolisian India berdiri disamping grafiti yang mengilustrasikan virus corona di Bangalore (3/4/2020). Grafiti tersebut dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mematuhi lockdown yang diberlakukan pemerintah India sebagai langkah pencegahan COVID-19. (Xinhua/Stringer)

Ia menuturkan, setiap elemen masyarakat menyadari peran dan fungsinya. Misalkan pemerintah daerah dengan memiliki regulasi terkait tatanan normal baru. “Regulasi tersebut harus dijalankan untuk upaya menekan penyebaran COVID-19,” ujar dia.

Di sisi lain, ia mengatakan, masyarakat juga harus punya tenggang rasa dan memahami kalau ada virus Sars-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19 ini. “Masyarakat bisa dengan membatasi pergerakan di luar rumah, misalkan stay at home,”  kata dia.

Selain itu, Hario juga mengharapkan ada peningkatan kapasitas tes terutama tes PCR untuk mengetahui kasus positif COVID-19. Kemudian persediaan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan, menurut Hario juga perlu dioptimalkan.

"APD di pelayanan kesehatan di Indonesia ada beberapa kekurangan sehingga dampaknya tenaga kesehatan juga terpapar COVID-19,” ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya