IDI: Angka Kematian Pasien COVID-19 Masih Tinggi di Jatim

Total pasien meninggal karena COVID-19 di Jawa Timur mencapai 1.461 orang hingga Selasa, 21 Juli 2020.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Jul 2020, 10:39 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2020, 06:00 WIB
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Pasien meninggal karena Corona COVID-19 masih bertambah di Jawa Timur. Pada Selasa, 21 Juli 2020, ada tambahan pasien meninggal karena COVID-19 sebanyak 41 orang.

Total pasien meninggal karena COVID-19 di Jawa Timur mencapai 1.461 orang atau 7,83 persen dari terkonfirmasi positif COVID-19 hingga Selasa, 21 Juli 2020. Angka kematian karena Corona COVID-19 di Jawa Timur ini tertinggi di Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, setelah Jawa Timur, DKI Jakarta mencatat angka kematian karena COVID-19 mencapai 748 orang dan Jawa Tengah sebanyak 374 orang hingga 21 Juli 2020.

"Angka kematian masih tinggi, antara 7,5-7,7 persen. Sedangkan nasional di bawah lima persen,” ujar Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur, dr Sutrisno SpOG, saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Rabu (22/7/2020).

Sutrisno menuturkan, ada sejumlah faktor yang membuat angka kematian karena COVID-19 masih tinggi di Jawa Timur. Pertama, menurut Sutrisno kemungkinan pasien terlambat datang ke rumah sakit. Hal itu mungkin karena pasien tidak mau ke rumah sakit (RS) dan kondisi sudah parah baru dibawa ke RS.

Kedua, proses rujukan tidak mudah lantaran kapasitas rumah sakit yang sudah penuh. “Kesulitan mendapatkan rumah sakit karena rumah sakit sudah penuh. Ruang isolasi penuh,” ujar dia.

Ia menambahkan, di rumah sakit pun harus membangun zona-zona yang memisahkan pasien COVID-19 dan nonCOVID-19 agar tidak terjadi penularan. Sutrisno menuturkan, membangun zona tersebut tidak mudah karena membangun RS itu kompleks.

Ketiga, menurut Sutrisno ada juga RS yang belum mampu menangani dengan baik. “Rumah sakit ini ada tipe A,B, C, sesuai dengan kemampuan rumah sakit. Ada rumah sakit didapatkan tetapi tidak sesuai kemampuannya,” kata dia.

Keempat, Sutrisno menuturkan, dunia medis masih belajar seiring virus Sars-CoV-2 termasuk baru dan bermutasi tipe tertentu.”Kerentanan genetika tertentu. Ada satu keluarga, ibu, bapak dan anaknya kena, jadi pola-pola gen kena dan fatal. Virus sudah bermutasi,” ujar dia.

Oleh karena itu, menurut Sutrisno, vaksin untuk COVID-19 sulit dibuat karena karakter virus Sars-CoV2 ini mudah bermutasi. Dalam pembuatan vaksin tersebut, menurut Sutrisno butuh kerja keras.

"Kenapa vaksinnya sukar karena cepat sekali berubah. Bikin vaksin mudah, problemnya virus bermutasi misalkan tipe A nanti berubah tipe B, nanti tipe C, sampai kapan. Berbeda dengan vaksin cacar karena tidak bermutasi,” kata dia.

Meski demikian, Sutrisno mengatakan, angka kesembuhan pasien COVID-19 meningkat di Jawa Timur menjadi harapan. Pasien sembuh karena COVID-19 bertambah 348 orang menjadi 10.065 orang hingga Selasa, 21 Juli 2020.

"10 hari statistik angka kesembuhan melesat. Ini upaya masyarakat, upaya fasilitas kesehatan, pemerintah, berada di arah yang tepat. Menemukan kasus, lakukan isolasi secara ketat. Ini harapan yang baru, usaha-usaha yang ada diterapkan," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Mendorong Tes Masif COVID-19

Kelemahan Virus Corona
Ilustrasi Pandemi Covid-19 Credit: pexels.com/cottonbro

Sutrisno pun mendorong agar tes COVID-19 secara masih tetap dilakukan. Hal ini untuk menjaring orang tanpa gejala (OTG) yang positif COVID-19. Sutrisno menuturkan, OTG ini berpotensi menularkan kepada orang rentan apalagi kalau OTG tersebut tidak isolasi.

Oleh karena itu, setelah OTG dijaring, kemudian lakukan perawatan dengan isolasi. Ia menuturkan, isolasi tersebut harus dilakukan ketat. Bisa dilakukan secara mandiri dengan pengawasan petugas dan masyarakat sekitar, atau dibawa ke tempat yang disiapkan untuk isolasi.

”Isolasi bisa di rumah, atau di RS Lapngan, atau di Asrama Haji Surabaya. Kalau yang sakit dibawa ke rumah sakit, terutama berat dibawa ke RS rujukan” kata dia.

Sutrisno pun mengimbau masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan mulai dari memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun. Hal ini untuk mencegah penyebaran COVID-19.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya