Mengunjungi Rumah Kelahiran Bung Karno di Surabaya yang Sempat Jadi Polemik

Liputan6.com mencoba menelusuri cerita dibalik penyerahan rumah kelahiran Bung Karno dari tangan ahli waris kepada Pemkot Surabaya.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 21 Agu 2020, 08:20 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2020, 06:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Rumah kelahiran Bung Karno di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Polemik rumah kelahiran Bung Karno di Jalan Peneleh gang Pandean IV nomor 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya, Jawa Timur berakhir di tangan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. 

Liputan6.com mencoba menelusuri cerita dibalik penyerahan rumah kelahiran Bung Karno dari tangan ahli waris kepada Pemkot Surabaya. Hal ini lantaran kabar yang beredar sang ahli waris mematok harga fantastis untuk rumah berukuran 5 x 14 meter persegi itu.

Saya mendatangi rumah tersebut sekitar pukul 13.22 WIB, dan sehari usai penyerahan rumah kelahiran Bung Karno Pintu rumah itu tertutup. Saya pun tidak berhasil bertemu ahli waris. 

Selanjutnya, saya  mencoba mengkonfirmasi dengan warga setempat yang rumahnya bersebelahan dengan rumah kelahiran Bung Karno. 

"Iya benar, itu rumah kelahiran Bung Karno. Ada orangnya di dalam rumah itu. Mungkin mereka masih tidur siang," ucap  pria berlogat Bali, tetangga sebelah rumah kelahiran Bung Karno kepada Liputan6.com, di Surabaya, Jawa Timur ditulis Jumat, (21/8/2020).

 

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Rumah kelahiran Bung Karno di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Saya akhirnya izin untuk pamit undur diri dan akan kembali lagi ke rumah kelahiran Bung Karno nanti sore. Kemudian memutuskan untuk berteduh di sebuah warung Kopi (warkop) di sekitaran daerah tersebut untuk melepas lelah dan dahaga. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Selanjutnya

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Rumah kelahiran Bung Karno di Surabaya, Jawa Timur (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Di dalam warkop tersebut, seorang bapak-bapak dan pemuda setempat sedang aksi mengobrol mengenai kedatangan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) di rumah kelahiran Bung Karno pada 17 Agustus 2020. Saya pun menanyakan mengenai rumah dan pemilik rumah tersebut.

"Saat ini pemilik rumah masih ada di dalam rumah. Mereka meminta waktu untuk pindah setelah mereka membeli rumah baru. Untuk tanggal pasti pindahan rumahnya, saya tidak tahu," ucap pemuda yang akrab disapa oleh warga setempat dengan sebutan Bob. 

Selanjutnya, tepat pukul 15.30 WIB, saya mencoba datang kembali ke rumah kelahiran Bung Karno. Setelah mengetuk pintu hingga beberapa kali, akhirnya seorang bapak-bapak berambut cepak, berkulit putih dan berbadan agak tinggi dan agak gemuk keluar dan membukakan pintu. 

Saya pun memperkenalkan diri dan meminta izin untuk masuk ke dalam rumah kelahiran Bung Karno serta hendak melakukan wawancara, tetapi sang bapak tidak berkenan dengan kedatangan, maksud dan tujuan saya. "Maaf, orangnya tidak ada di rumah," ujar bapak tersebut dan langsung menutup pintu rumah. 

Ahli Waris Serahkan Rumah Kelahiran Bung Karno kepada Pemkot Surabaya

Rumah Presiden Sukarno
Rumah Presiden Pertama RI Sukarno di Surabaya. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sebelumnya, ahli waris rumah kelahiran Presiden pertama RI Soekarno (Bung Karno) di Jalan Peneleh Gang Pandean IV Nomor 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur, diserahkan ke Pemkot Surabaya.

"Terima kasih para ahli waris yang sudah sudi dan berkenan merelakan rumah kebanggaan kami, ini simbol kebanggaan kami," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat proses penyerahan dari ahli waris kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di depan rumah bersejarah itu, Senin, 17 Agustus 2020.

Penyerahan rumah Bung Karno tersebut bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Seusai diserahkan, Risma sempat meninjau langsung kondisi di dalam rumah tersebut, bahkan juga menyempatkan diri membaca salah satu tulisan di dinding rumah tersebut, dilansir dari Antara.

Setelah itu, Risma juga meninjau beberapa tempat bersejarah yang ada di kawasan tersebut, seperti Langgar Dukur Kayu di Kampung Lawang Seketeng, dan Makam Mbah Pitono. Menurut dia, rumah tersebut akan dijadikan museum.

"Apalagi di kawasan ini banyak sejarahnya dan sudah kita beri titik-titik, seperti langgar, makam dan beberapa benda lainnya," katanya.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini mengatakan, niat baik para ahli waris ini akan sangat bermanfaat bagi bangsa dan negara Indonesia.

Sebab, nanti anak-anak Surabaya dan anak luar Surabaya bisa belajar sejarah di rumah ini, termasuk bagaimana perjuangan Bung Karno dengan segala keterbatasannya tetapi mampu membuat Indonesia sejajar dengan negara-negara lain di dunia.

"Jadi, meskipun usia Indonesia saat itu masih sangat muda, tapi sudah bisa sejajar dengan bangsa lain di dunia, itu sungguh luar biasa dan tidak mudah," ujarnya.

 

Harapan Risma

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) hadiri pertunjukan kesenian bertajuk “Sawunggaling Anak Dunia”. (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Risma mengatakan, rumah ini punya arti yang sangat besar dan kuat bagi anak-anak. Oleh karena itu, ia berkali-kali memohon kepada para ahli waris rumah itu untuk ikhlas supaya rumah tersebut bisa dijadikan tempat belajar bagi anak-anak, baik anak Surabaya maupun luar Surabaya.

"Saya yakin anak-anak dari luar daerah juga akan belajar ke sini, terutama belajar bagaimana besarnya Bung Karno di tengah keterbatasannya kala itu," katanya.

Sejak beberapa waktu lalu, kata dia, Pemkot Surabaya sudah memperbaiki beberapa infrastruktur di kawasan tersebut, termasuk pedestriannya. Bahkan, beberapa benda sejarah lainnya sudah diperbaiki karena kawasan itu nantinya akan dijadikan kawasan wisata yang luar biasa.

"Saya harap warga Peneleh bersiap diri menyambut itu. Sebab, dia sangat yakin bahwa suatu saat nanti wilayah itu akan bisa menjadi kawasan wisata yang sangat besar, karena ada rumah H.O.S Tjokroaminoto dan ada beberapa peninggalan sejarah lainnya," kata dia.

Risma juga mengaku sampai bermimpi untuk menjadikan kawasan itu sebagai kawasan bersejarah, termasuk dipikirkan pula alur wisatanya harus dimulai dari mana dan berakhir di tempat mana.

"Nah, warga di sini saya harap tetap kompak dan bersatu untuk menyambut peluang ini. Jadi, setelah kami perbaiki infrastrukturnya sejak kemarinnya, lalu selanjutnya kami mungkin akan menyiapkan warga supaya siap jadi pemandu wisata atau bahkan bisa menjual suvenir, sehingga peluang itu tidak diambil oleh warga luar," kata dia.

 

Apa Kabar Rumah Kelahiran Bung Karno di Surabaya?

Sebelumnya, rumah kelahiran Bung Karno di Jalan Pandean IV Nomor 40 Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya, Jawa Timur, nasibnya masih menggantung alias tidak jelas.

Sejak beberapa tahun lalu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berencana membeli rumah kelahiran Bung Karno dan bakal dijadikan sebagai tempat wisata atau museum.

Namun, rencana tersebut masih belum terealisasikan, rumah kelahiran Bung Karno masih menjadi milik keluarga Jamilah. Pemkot Surabaya hanya menetapkan rumah tersebut sebagai bangunan cagar budaya.

"Alhamdulillah, rumah kelahiran Bung Karno baik-baik saja. Statusnya masih belum diambil alih oleh Pemerintah Kota Surabaya. Jadi saya tidak banyak menceritakan masalah kampung Sukarno. Saat ini sudah generasi keempat, orang yang meninggali rumah tersebut," ujar Ketua RW 13 Kelurahan Pandean, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Farida kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu, 6 Juni 2020.

Berdasarkan catatan Liputan6.com, Pemerintah kota Surabaya telah menetapkan rumah itu sebagai bangunan cagar budaya pada 2013 lalu. Hal itu dijelaskan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya Wiwik Widayati.

Wiwik, menyebut pihaknya berupaya untuk membeli rumah ini, tetapi masih dalam proses penjajakan dengan pemilik rumah.

"Waktu itu ada masukan dari lembaga Institut sukarno dan memprosesnya sebagai bangunan cagar budaya, juga masukan dari anggota masyarakat," kata Wiwik.

"Pemerintah Kota telah mencoba ditetapkan jadi cagar budaya, rumah ini terpelihara, sehingga diharapkan tidak terjadi perubahan, kami masih proses (untuk pembelian) sampai hari ini," ia menambahkan.

Pemerintah Kota Surabaya juga telah menjadikan rumah kelahiran Sukarno sebagai rumah museum, yang dapat dikunjungi sebagai tempat wisata. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya