Beri Kuliah Umum di ITS, Susi Pudjiastuti Minta Mahasiswa Berpikir Terbuka

Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019 Susi Pudjiastuti menyampaikan sejumlah pesan kepada perguruan tinggi dan mahasiswa baru.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Sep 2020, 15:41 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2020, 14:47 WIB
Intip Ragam Ekspresi Lucu Menteri Susi Pudjiastuti
Ups, salah ngomong saya (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019 Susi Pudjiastuti menyampaikan kuliah umum pada pengukuhan mahasiswa baru Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pada Rabu, (16/9/2020).

Susi Pudjiastuti menyampaikan sejumlah pesan kepada perguruan tinggi dan mahasiswa baru untuk melihat potensi yang dikembangkan di Indonesia dan memanfaatkan teknologi tepat sesuai karakteristik Indonesia seiring perkembangan zaman.

Susi menuturkan, merdeka dalam belajar juga merdeka dalam arti pemikirannya. Jadi seseorang memiliki akses untuk tahu bisa jadi melakukan pekerjaan, profesi, dan menyelesaikan tantangan yang begitu kompleks dari pada industri 4.0.

Susi menambahkan, saat ini harus duduk bersama perguruan tinggi dan mahasiswa untuk menyelesaikan tantangan yang ada. Apalagi Indonesia memiliki bonus demografi yang besar.

"Jangan sampai Indonesia dengan surplus demografi jadi negara loser karena kita tak mampu berikan arahan, tepat sasaran di butuhkan masyarakat. Ada kebutuhan zaman dan masyarakat, jangan sampai kita menjadi komponen dari sebuah industri yang memerlukan tangan kita saja, tactical knowledge bukan dengan intelegensia, kebudayaan, civil society yang lebih mengerti kualitas hidup tentang kesehatan, pendidikan, kualitas hidup tentang hari-hari dari pada bangsa kita," kata dia.

Susi menuturkan, penanganan surplus demografi harus benar untuk meningkatkan kualitas individu. Susi menilai, peningkatan kualitas manusia tersebut harus dimulai sejak dini. Namun, saat ini, Indonesia masih menghadapi stunting atau kekurangan gizi.

"Stunting jadi problem Indonesia. Kita belum bergerak berubah. Pola makan kita harus diarahkan lebih banyak makan protein dari pada karbohidrat," kata dia.

Susi Pudjiastuti menuturkan, saat ini individu dibutuhkan mampu independen dan merdeka yang membutuhkan inisiatif dan kreatif. Hal ini perlu dilatih untuk dapat bertahan dalam kompetisi terutama kompetisi global.

Ia menambahkan, tuntutan sekarang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan cara mengolah sumber daya alam yang praktis, cepat, murah, dan berteknologi tinggi. Hal tersebut juga tuntutan dari persaingan global.

"Jadi adik-adik dan mahasiswa, open your eyes, your mind, your ear dengan sebesar-besarnya dengan keterbukaan," ia menambahkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kemerdekaan Belajar dan Bekerja

Susi Pudjiastuti Bahas Masalah Natuna di DPP PKS
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat acara diskusi "Ngopi Bareng Presiden PKS" di DPP PKS, Jakarta, Senin (20/1/2020). Diskusi ini mengangkat tema "Sengketa Natuna dan Kebijakan Kelautan". (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Ia menambahkan, pendidikan di universitas tak lagi konvensional seperti zaman dahulu. Mahasiswa kini boleh sampaikan ide dan temuan sehingga menjadi sebuah kampus dan belajar merdeka.

"Kemerdekaan ini penting untuk melakukan pembelajaran, belajar dan juga bekerja. Tanpa kemerdekaan kita dalam belajar akan ada keterbatasan, achievement, dan teknologi. Harus keluarkan ide kreativitas kita yang terbaik yang akan menang. Yang terbaik yang akan survive," ujar dia.

Susi menilai, pandemi telah membuat baik dunia mundur satu hingga dua langkah. Meski demikian, Susi menuturkan, pandemi juga dapat menjadi kesempatan untuk mengatasi ketertinggalan. Namun, ia khawatir dengan surplus demografi sumber daya manusia. Oleh karena itu, ia melihat sektor sumber daya alam terutama kelautan dan sumber daya manusia dapat menjadi kekuatan jika dikelola benar.

"Dua ini kita betul arahkan keduanya. Sumber daya manusia ditingkatkan, kreativitas, kualitas, sumber daya alam terjaga, replasnishment, terus menerus sumber. Dua ini dicombine, kita bisa jadi bangsa pemenang," kata dia.

Susi mengharapkan apa yang sudah direncanakan ITS dalam mendidik mahasiswa baru untuk berkompetisi dan bertahan dalam perputaran zaman menuju industri 5.0. Ia optimistis Indonesia mampu mengejar meski ada kelemahan.

"Indonesia bangsa besar, jumlah penduduknya. Kita bangsa besar dengan kemajuannya, dengan sumber daya alam kita punya, kalau kita bisa jaga, kelola dengan ilmu dan teknologi yang kita punya, practical, adaptable, bukan ilmu pas. Yang sudah tidak lagi zamannya buang jauh. Kita harus progresif, zaman berubah, dosen harus buat paradigma perubahan. Kita tak boleh duduk berhenti," ujar dia.

Susi menuturkan, pandemi memberi waktu untuk mengatasi ketertinggalan dengan catatan disiplin, kemauan bersama dan sportivitas.

"Kita tak akui kelemahan kita, selama itu kita tak bisa lari dan kejar karena terlena dengan kamuflase yang kita buat sendiri, perguruan tinggi harus jadi tempat paling terbuka dengan segala integritas untuk menjadi titik tolak," ujar dia.

Susi mengingatkan mahasiswa untuk tetap belajar serius dan merdeka belajar. Ia juga mengingatkan untuk mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, jaga jarak dan sanitasi. "Selamat belajar, semoga Anda berhasil menjadi alumni ITS, membanggakan almamater," ujar dia.

Susi Pudjiastuti: Indonesia Harus Pilih Pola Industri yang Tepat

Menteri KKP Susi Pudjiastuti menenggelamkan 18 Kapal Perikanan Asing (KIA) ilegal di Perairan Pulau Datuk, Mempawah, Kalimantan Barat, Minggu (6/10). Pada tanggal 4 Oktober 2019, sebanyak 3 kapal juga telah dimusnahkan di Sambas. (Foto: KKP)
Menteri KKP Susi Pudjiastuti menenggelamkan 18 Kapal Perikanan Asing (KIA) ilegal di Perairan Pulau Datuk, Mempawah, Kalimantan Barat, Minggu (6/10). Pada tanggal 4 Oktober 2019, sebanyak 3 kapal juga telah dimusnahkan di Sambas. (Foto: KKP)

Susi menuturkan, pekerjaan dilakukan konvensional akan diambil oleh robot dan artificial intelligence (AI). Meski demikian, hal tersebut juga akan menciptakan jenis lapangan kerja baru.

Di sisi lain beberapa manufaktur juga memerlukan tenaga kerja dan membutuhkan sesuatu yang baru. Kondisi tersebut, menurut Susi, Indonesia harus memilih pola industri 4.0 yang tepat, demikian juga apa yang diperlukan untuk 5.0.

"Pada akhirnya Indonesia harus memilih pola industri yang tepat. Industri 4.0 yang tepat untuk Indonesia, 5.0 apa yang diperlukan dan memastikan kita sebagai negara kepulauan berbeda dengan continental, secara geografis dan sumber daya berbeda. Sumber daya alam dan sumber daya manusia kapasitas berbeda, di sini tantangan perguruan tinggi, adik-adik dan mahasiswa bisa sikapi adaptasi kemampuan kita, apa yang kita lakukan kejar ilmu, nanti sesuai yang dengan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya, kita tak ingin ketinggalan terus berkompetisi secara global," ujar dia.

Oleh karena itu, menurut Susi, kewajiban pemerintah dan perguruan tinggi untuk menuntun dan mendidik mahasiswa sebagai individu yang independen sehingga beradaptasi dengan teknologi 4.0. Apalagi tenaga kerja Indonesia menjadi kunci keberhasilan. Keberhasilan tersebut ditentukan dalam mendidik dan menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas, berkompetisi secara global dan bertahan jalani kehidupan. Dengan demikian berguna untuk membangun masyarakat.

"Perguruan tinggi harus bisa melihat potensi apa yang ada di Indonesia. Manufaktur kalau kita tak berlari, kita tak cepat dalam berikan edukasi sehingga buruh tenaga kerja Indonesia bisa memenuhi kebutuhan manufaktur kita akan ketinggalan jauh dan kita tak bisa kejar apa yang dilakukan Tiongkok dan negara Asia lainnya," ujar dia.

Meski demikian, menurut Susi, Indonesia memiliki sumber daya alam luar biasa seperti laut. Ia melihat potensi perikanan dan laut di Indonesia bisa dijadikan salah satu tujuan pendidikan untuk industri 4.0 dan 5.0. Susi menilai, jika bidang kelautan dan perikanan dikelola dengan benar baik dari industri, bisnis dan sumber daya dapat mendorong Indonesia memiliki kekuatan.

"Akan tetapi kalau tidak dilakukan benar dengan frame keberlanjutan sumber daya alam, sumber daya alam kita akan habis, teknologi memberikan dan memudahkan kita melihat potensi ini dan memastikan potensi tereksploitasi dengan benar," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya